terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan
dalam tiga kelompok. Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka
di jalan diberikan kepada orang tuanya, fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena
beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara
mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak
yang karena suatu sebab biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat
rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun seksual.
Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini
mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala
risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini dengan mudah ditemui
diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan sebagainya walau secara kuantitatif belum diketahui secara pasti.
63
3. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan atau tekanan kemiskinan,
ketidakharmonisan keluarga, dan masalah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Berbagai faktor tersebut seringkali memaksa anak-
anak mengambil inisiatif untuk mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan
untuk hidup di jalanan. Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi mereka
hidup di jalanan bukanlah sekadar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan
rumah tangga orang tuanya.
64
Namun faktor utama yang mempengaruhi anak turun ke jalan adalah masalah kemiskinan atau ekonomi. Kondisi ini dipicu oleh krisis moneter dan
ekonomi yang terus berlangsung hingga saat ini. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Soetarso seorang pakar pekerjaan sosial menjelaskan bahwa dampak
63
Ibid., h.201.
64
Ibid., h.211.
krisis ekonomi global dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah sebagai berikut.
65
1 Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga.
2 Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua
semakin meningkat sehingga anak turun ke jalan. 3
Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah.
4 Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrakan
rumahkamar meningkat. Selain faktor yang diungkapkan oleh Soetarso, secara umum terdapat
tiga faktor utama yang dikemukakan oleh Kalida Muhsin, yang menyebabkan anak turun ke jalanan.
66
1 Tingkat Mikro, yaitu faktor yang berhubungan dengan keluarga. Pada
tingkat ini, diidentifikasikan anak lari dari keluarga, kekurangan kasih sayang orang tua broken home, dipaksa bekerja baik yang masih
sekolah ataupun sudah putus sekolah, dieksploitasi, dan sebagainya. 2
Tingkat Messo, yaitu faktor lingkungan masyarakat setempat. Sebab yang diidentifikasi adalah masyarakat miskin, sehingga orangtua mengajarkan
anak-anaknya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. 3
Tingkat Makro, yaitu berhubungan dengan faktor informal misalnya ekonomi. Sektor ini menjadi pertimbangan mereka yang tidak terlalu
65
Soetarso, Praktik Pekerjaan Sosial Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1996. h.19.
66
Kalida Muhsin, Sahabatku Anak Jalanan Yogyakarta: Aliefpress, 2005, h.20