13 konsep siswa tersebut hasil dari persederhanaan atau simpulan dari
konsep-konsep para ahli maka siswa tidak dapat dikatakan miskonsepsi. Budi 1992: 15, juga mengungkapkan salah konsep dapat diartikan
sebagai sebuah kesalahan terhadap konsep-konsep yang terjadi apabila konsepsi seorang siswa berbeda dengan konsep para ahli yang secara
teoritis konsep tersebut dianggap benar dan baku, dan secara objektif keilmuan konsepsi tersebut memang salah
Berdasarkan pendapat yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan kesalahan konsep yang dialami seseorang
siswa yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang telah ditetapkan para ahli.
3. Penyebab miskonsepsi
Timbulnya miskonsepsi siswa disebabkan oleh berbagai hal. Suparno 2005: 29 mengungkapkan secara garis besar, penyebab
terjadinya miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Di bawah ini
peneliti akan menguraikan kelima penyebab miskonsepsi yaitu sebagai berikut.
a. Siswa
Siswa merupakan
penyebab paling
banyak terjadinya
miskonsepsi. Penyebab miskosepsi yang berasal dari siswa yaitu sebagai berikut.
1 Prakonsepsi atau konsepsi awal
14 Prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki oleh siswa
tentang suatu konsep sebelum siswa tesebuat mendapat pengajaran dari guru pembimbing. Prakonsepsi ini didapatkan oleh siswa dari
orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Misalnya dari pengalaman kehidupan sehari-hari yaitu
tentang terbit dan terbenamnya matahari. Siswa berpendapat bahwa matahari yang mengeliling bumi karena matahari terbit dari timur,
kemudian berjalan di atas bumi, dan akhirnya terbenam di barat. Miskonsepsi siswa tersebut bahwa mataharilah yang mengelilingi
bumi. Konsep yang diutarakan oleh siswa tersebut salah, konsep yang benar yaitu bumi mengeliling matahari.
2 Pemikiran Asosiatif
Marshall dan Gilmour Suparno, 2005: 36 mengungkapakan bahwa pengertian yang berbeda dari kata-kata antara siswa dan
guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran diasosiakan lain
oleh siswa, karena dalam kehidupan mereka kata dan istilah itu mempunyai arti lain. Asosiasi ini paling sering terjadi karena siswa
sudah mempunyai konsep tertentu dengan arti tertentu sebelum mengikuti pembelajaran. Misalnya siswa mengasosiasilkan gaya
dangan aksi atau gerak. Jika siswa mendorong sebuah kereta dan kereta tersebut tidak bergerak sama sekali maka siswa tersebut
akan beranggapan bahwa tidak ada gaya terhadap kereta tersebut.
15 Konsep yang benar yaitu tetap ada gaya, hanya gaya tidak cukup
kuat untuk menggerakan kereta. 3
Pemikiran Humanitik Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan
manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti
tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Misalnya miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Seorang bila bekerja
secara terus menerus atau bermain secara terus menerus akan merasa lelah dan lapar. Dari pengalaman sebagai manusia yang
menjadi lapar dan kehabisan energi bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi.
Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap. Siswa tidak mudah untuk keluar dari pemikiran yang manusiawi ini
4 Reasoning yang tidak lengkapsalah
Reasoning bisa disebut juga dengan penalaran. Comins Suparno, 2005: 38 megungkapakan miskosepsi dapat disebabkan
oleh penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh
atau data yang kurang lengkap. Alasan yang kurang lengkap dan kurangnya informasi yang diperoleh mengakibatkan siswa menarik
kesimpulan secara salah dan menyebabkan timbulnya miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi dapat terjadi juga karena logika yang salah