Subsidi Harga Elpiji Subsidi Bahan Bakar Minyak Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah

190 berhubungan positif. Respon subsidi harga minyak tanah terhadap harga dunia minyak tanah bersifat elastis, dalam jangka pendek sebesar 2.4153 dan dalam jangka panjang sebesar 2.8076. Tabel 32. Hasil Estimasi Parameter Subsidi Harga Minyak Solar Tahun 1986-2006 Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -765.783 0.0795 MOPSSL Harga Dunia Minyak Solar 8.272682 0.3509 1.7401 2.1889 NTUKRR Nilai Tukar RpUS 0.132112 0.0121 3.1730 3.9914 DREVDDN Perub. Penerimaan Dalam Negeri 0.001276 0.6396 0.9178 1.1545 LSUBHSL Lag Subsidi Harga Minyak Solar 0.205053 0.3392 Adj-R 2 = 0.54872; F-hitung = 6.78; Pr F bernilai 0.0025; DW = 1.673092 Keterangan: MOPSSL = HDUSMB t 1.24 dalam USbarrel Tabel 33. Hasil Estimasi Parameter Subsidi Harga Minyak Tanah Tahun 1986-2006 Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -1 506.28 .0001 MOPSKR Harga Dunia Minyak Tanah 27.50348 0.0014 2.4153 2.8076 NTUKRR Nilai Tukar RpUS 0.18639 0.0002 1.7659 2.0527 REVDDN Penerimaan Dalam Negeri 0.000998 0.4704 0.2832 0.3291 LSUBHKR Lag Subsidi Harga Minyak Tanah 0.13972 0.3236 Adj-R 2 = 0.86408; F-hitung = 31.20; Pr F bernilai 0.0001; DW = 1.943414 Keterangan: MOPSKR = HDUSMB t 1.31 dalam USbarrel Estimasi parameter nilai tukar rupiah sebesar 0.18639 dan mempunyai hubungan yang positif. Respon subsidi harga minyak tanah terhadap nilai tukar rupiah bersifat elastis, dalam jangka pendek sebesar 1.7659 dan dalam jangka panjang sebesar 2.0507.

4. Subsidi Harga Elpiji

Hasil estimasi parameter subsidi harga elpiji disajikan pada Tabel 34. Estimasi parameter harga dunia elpiji sebesar 2.47841 dan mempunyai hubungan 191 yang positif. Respon subsidi harga elpiji terhadap harga dunia elpiji bersifat tidak elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 34. Hasil Estimasi Parameter Subsidi Harga Elpiji Tahun 1986-2006 Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -1 808.81 0.0695 HDUSLG Harga Dunia Elpiji 2.47841 0.0445 0.5133 0.7611 NTUKRR Nilai Tukar RpUS 0.13000 0.0333 0.7337 1.0878 RREVDDN Rasio Penerimaan Dalam Negeri 153.1878 0.8201 0.1467 0.2174 LSUBHLG Lag Subsidi Harga Elpiji 0.325504 0.1167 Adj-R 2 = 0.61762; F-hitung = 8.67; Pr F bernilai 0.0008; DW = 1.816376 Keterangan: HDUSLG = Harga ekspor LPG Indonesia dalam US000 kg = Harga dunia elpiji Estimasi parameter nilai tukar rupiah sebesar 0.13000 dan mempunyai hubungan yang positif. Respon subsidi harga elpiji terhadap nilai tukar rupiah bersifat tidak elastis dalam jangka pendek dan menjadi elastis dalam jangka panjang dengan koefisien elastisitas sebesar 1.0878. Subsidi harga elpiji dipengaruhi secara nyata oleh variabel bedakalanya. Artinya apabila subsidi harga elpiji tahun lalu naik sebesar Rp. 1 per kg, maka subsidi harga elpiji pada tahun sekarang akan naik sebesar Rp. 0.325504 per kg.

5. Subsidi Bahan Bakar Minyak

Nilai subsidi merupakan persamaan identitas berupa penjumlahan nilai subsidi premium SUBRPR t , subsidi minyak solar SUBRSL t , subsidi minyak tanah SUBRKR t , subsidi elpiji SUBRLG t , dan subsidi BBM lainnya SUBBBL t , yang tersaji berikut ini: SUBRPR t = SUBHPR t HJECPR t SUBRSL t = SUBHSL t HJECSL t SUBRKR t = SUBHKR t HJECKR t SUBRLG t = SUBHLG t HJECLG t 192 SUBBBM t = SUBRPR t + SUBRSL t + SUBRKR t + SUBRLG + SUBBBLt

5.4.2. Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah 1. Penerimaan

Pajak Hasil estimasi parameter nilai penerimaan pajak disajikan pada Tabel 35. Nilai penerimaan pajak dipengaruhi secara nyata oleh variabel bedakalanya, yaitu apabila penerimaan pajak tahun lalu naik sebesar Rp. 1 miliar, maka penerimaan pajak tahun sekarang akan naik sebesar Rp. 0.929618 miliar. Tabel 35. Hasil Estimasi Parameter Penerimaan Pajak Tahun 1986-2006 Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -105.437 0.9909 LGDPNAS Lag GDP Nasional 0.01561 0.3707 0.1544 2.1944 KRISIP Dummy Pemilu -1 982.86 0.7835 LREVTAX Lag Penerimaan Pajak 0.929618 .0001 Adj-R 2 = 0.94376; F-hitung = 107.27; Pr F bernilai 0.0001; DW = 2.673793

2. Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah

Persamaan penerimaan dalam negeri pemerintah REVDDN t adalah penjumlahan dari penerimaan pajak REVTAX t dengan penerimaan diluar pajak REVNTX t , yaitu: REVDDN t = REVTAX t + REVNTX t

5.4.3. Gap Fiskal

Persamaan gap fiskal dalam negeri FISCGP t adalah persamaan identitas yang merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dalam negeri pemerintah REVDDN t dengan belanja pemerintah atau anggaran belanja negara GOVEXP t , yaitu: FISCGP t = REVDDN t - GOVEXP t 193

5.5. Blok Permintaan Agregat

Hasil estimasi persamaan pada blok permintaan agregat yang meliputi konsumsi non-BBM, investasi migas, investasi non-migas, ekspor non-BBM, impor non-BBM, menunjukkan semua persamaan memiliki daya penjelas tinggi, terlihat dari nilai koefisien determinasi R 2 yang bernilai antara 0.82190 hingga 0.99114. Dilihat dari hasil statistik uji-F, semua persamaan mempunyai nilai Pr F bernilai alpha 0.01.

5.5.1. Konsumsi Nasional 1.

Konsumsi Non-Bahan Bakar Minyak Hasil estimasi parameter nilai konsumsi non-BBM disajikan pada Tabel 36. Nilai konsumsi non-BBM dipengaruhi secara nyata oleh variabel tingkat inflasi dengan hubungan yang negatif. Artinya apabila terjadi peningkatan tingkat inflasi sebesar 1 persen, maka nilai konsumsi nasional non-BBM akan menurun sebesar Rp. 14 969 miliar, ceteris paribus. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, variabel ini bersifat inelastis. Tabel 36. Hasil Estimasi Parameter Konsumsi Non-Bahan Bakar Minyak Tahun 1986-2006 Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -705 965 0.1744 INFLSI Tingkat Inflasi -14 969.3 0.0067 -0.2642 -0.6047 INTRIL Tingkat Suku Bunga -15 241.7 0.0058 -0.1547 -0.3541 POPNAS Jumlah Penduduk Indonesia 6 422.242 0.0420 1.9716 4.5129 KRISIS Dummy Krisis Ekonomi 99 778.84 0.0419 LKOSNBM Lag Kons. Non-BBM 0.56312 0.0044 Adj-R 2 = 0.99114; F-hitung = 426.28; Pr F bernilai 0.0001; DW = 2.180638 Estimasi parameter tingkat suku bunga sebesar 15 241.7 dan mempunyai hubungan yang positif. berpengaruh nyata secara statistik dengan hubungan yang 194 negatif. Respon nilai konsumsi non-BBM terhadap tingkat suku bunga bersifat inelastis, baik jangka panjang dan jangka pendek. Estimasi parameter jumlah penduduk Indonesia sebesar 6 422.242 dan mempunyai hubungan yang positif. Respon nilai konsumsi non-BBM terhadap jumlah penduduk Indonesia bersifat elastis, baik dalam jangka panjang dan jangka pendek. Ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia, nilai konsumsi non-BBM cenderung meningkat sebesar Rp. 99 778.84 miliar. Tampaknya fenomena ini terjadi karena inflasi yang tinggi, sehingga nilai konsumsi non-BBM dalam rupiah meningkat, meskipun konsumsi non-BBM dalam jumlah ternyata berkurang. Bedakala nilai konsumsi non-BBM berpengaruh nyata dengan besaran 0.56312.

2. Konsumsi Nasional