68 Subsidi BBM di Malaysia diberikan langsung kepada produsen atau
pengecer. Pemerintah akan melanjutkan subsidi BBM namun dengan jumlah subsidi yang diperbaharui dan ditentukan oleh pemerintah, mengingat subsidi
BBM juga berdampak negatif, yaitu: 1 menimbulkan distorsi pasar karena harga tidak mencerminkan harga aktualnya, 2 penyelundupan BBM ke negara lain, 3
meningkatkan defisit anggaran pemerintah karena besaran subsidi BBM sebesar RM 6.6 miliar, dan 4 potensi penerimaan pajak penjualan yang hilang sebesar
7.9 miliar Ringgit Malaysia Bappenas, 2007. Potensi pajak penjualan dan subsidi BBM sebesar RM 14.5 miliar dapat digunakan untuk mengurangi defisit
fiskal dari 3.8 persen dari GDP menjadi 0.7 persen. Permasalahan utama yang dihadapi dalam kaitan subsidi energi adalah kurang tepat sasaran. Oleh karena itu
akan dilakukan penyempurnaan dengan membuat metode yang lebih efektif, sehingga operator transportasi publik, nelayan, dan operator transportasi sungai
benar-benar dapat merasakan manfaatnya.
2.4.3. Subsidi Energi di Negara-negara Eropa
IMF 2008 dalam laporannya menguraikan bahwa subsidi energi di negara-negara Eropa ditujukan untuk: 1 proteksi industri energi domestik,
sebagaimana yang terjadi pada subsidi pertambangan batubara di Jerman dan Spanyol, subsidi industri energi sampah di Finlandia dan Irlandia, subsidi biofuel
di Perancis dan Itali, 2 pengembangan industri energi terbarukan agar bisa bersaing di pasar internasional, 3 riset dan pengembangan teknologi sumber
energi yang ramah lingkungan, dan 4 upaya pemerataan kesejahteraan sosial bagi masyarakat miskin, berupa pembangunan pipa jaringan distribusi gas untuk
pemanas ruangan di daerah kantong kemiskinan di negara Denmark, Spanyol,
69 Yunani, dan Irlandia. Hal ini untuk menjamin kepastian pasokan gas dan
mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah yang warganya tidak mampu. Subsidi energi tidak lagi menjadi issue yang menarik di negara-negara
Eropa karena sejak dua dasawarsa terakhir telah diberlakukan harga keekonomian bagi energi. Kebijakan energi dilakukan secara terbatas dalam bentuk grant,
pajak-pajak, instrumen pengaturan, dan dukungan untuk riset dan pengembangan, dimana kebijakan energi telah menginternalisasi dampak eksternal lingkungan,
pengembangan energi terbarukan, dan pengembangan energi alternatif. Berbeda dengan negara-negara di Eropa Barat, negara-negara Eropa Timur yang
ekonominya masih dalam masa transisi menerapkan subsidi energi dalam bentuk penetapan harga domestik yang lebih rendah dari harga keekonomiannya.
Beberapa kebijakan energi di negara-negara Eropa adalah: 1 hibah atau kredit bunga rendah untuk produsen atau konsumen energi. Sebagai contoh
Denmark memberikan subsidi maksimal 30 persen dari biaya pengembangan efisiensi energi atau konservasi di sektor industri dan perdagangan; 2 kebijakan
fiskal yaitu penerapan besaran pajak yang berbeda untuk mendorong atau mengurangi produksi atau konsumsi energi tertentu, seperti pajak karbon untuk
mengurangi efek gas rumah kaca; 3 pengaturan untuk mendorong konsumen membeli energi tertentu. Di Jerman konsumen yang membeli energi listrik dari
pembangkit angin dapat membeli dengan harga lebih murah, sementara di Perancis perusahaan negara diharuskan membeli energi listrik dari pembangkit
angin dengan harga lebih mahal untuk merangsang pengusahaan energi angin; dan 4 subsidi untuk melakukan riset dan pengembangan energi terbarukan dan
70 energi alternatif, dimana sekitar 40 persen dana dialokasikan untuk
pengembangan energi nuklir dan sektiar 15 persen untuk energi fosil. Kebijakan energi di negara-negara Eropa membutuhkan dukungan dana
cukup besar. Pengurangan pajak pertambahan nilai untuk BBM dan gas di Inggris pada tahun 2004 mencapai nilai €1.4 miliar. Subsidi batubara di negara-negara
Eropa Barat dan Eropa Timur EU-27 pada periode 2002-2006 mencapai nilai €31.0 miliar. Pengurangan pajak karbondioksida untuk industri di Denmark
mengurangi penerimaan pemerintah sebesar €0.6 miliar.
2.4.4. Subsidi Energi di Negara-negara Asia