117 Kebijakan tunggal dapat membawa perekonomian kembali ke titik A
hanya apabila ketidakseimbangan awal terletak pada garis titik-titik. Misalkan ketidakseimbangan awal di titik B’, maka kebijakan tunggal berupa pengurangan
penyerapan domestik akan berdampak pada terjadinya keseimbangan intenal dan eksternal, sehingga perekonomian kembali ke titik A. Hal ini mengindikasikan
bahwa apabila nilai tukar riil berada dekat dengan nilai keseimbangannya, maka kebijakan tunggal penyerapan domestik dapat membawa perekonomian pada
keseimbangan internal dan eksternal sekaligus.
3.5.4. Hubungan Subsidi dengan Keberlanjutan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan makroekonomi yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal yang
menjadi salah satu penggerak perekonomian Indonesia tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Perubahan yang terjadi pada variabel
ekonomi makro dapat mempengaruhi APBN, sementara kebijakan APBN pada akhirnya juga akan mempengaruhi aktivitas ekonomi Bappenas, 2007.
Kebijakan fiskal disebut juga dengan kebijakan anggaran budgetary policy yang dilakukan melalui APBN. Fungsi kebijakan fiskal adalah: 1 fungsi alokasi, 2
fungsi distribusi, 3 fungsi stabilisasi, dan 4 fungsi dinamisatif. Fungsi alokasi merupakan fungsi yang berkaitan dalam mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi dengan penyediaan barang-barang sosial atau proses penggunaan sumberdaya yang dengan menciptakan insentif maupun diinsentif
agar kegiatan ekonomi dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Sementara fungsi distribusi atau retribusi adalah fungsi kebijakan fiskal yang berkaitan dengan
upaya untuk menciptakan pembagian pendapatan dan kekayaan yang lebih adil
118 dan merata di masyarakat. Fungsi stabilisasi adalah fungsi kebijakan fiskal yang
berhubungan dengan mempertahankan tingginya tingkat tenaga kerja yang bekerja high employment, stabilitas harga, dan tingkat pertumbuhan ekonomi, yang
dapat berpengaruh pada neraca perdagangan dan pembayaran Musgrave and Musgrave, 1984. Fungsi dinamisatif merupakan peran kebijakan anggaran dan
belanja pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh dan berkembang Bappenas, 2007.
Definisi gap fiskal fiscal gap adalah selisih antara penerimaan dalam negeri dengan belanja negara. Konsep gap fiskal seringkali dipakai untuk
menunjukkan bahwa defisit anggaran berkaitan erat dengan keberlanjutan fiskal. Keberlanjutan fiskal fiscal sustainability seringkali diartikan beragam, namun
umumnya dipahami bahwa kebijakan fiskal suatu negara dikatakan berkelanjutan apabila negara tersebut dapat mengatasi masalah keterbatasan anggarannya
dengan sumber dana dalam negeri. Oleh sebab itu analisis keberlanjutan fiskal mencerminkan besarnya biaya dan manfaat dari beberapa alternatif mekanisme
penyesuaian, baik melalui pajak ataupun pengeluaran Alvarado, Izquierdo, and Panizza, 2004. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Krejdl 2006 dimana
kebijakan fiskal dikatakan mempunyai derajat keberlanjutan apabila present value dari future primary surplusses sama dengan tingkat hutang pada saat itu atau
intertemporal budget constraint . Kondisi tersebut dimaksudkan untuk
menghindarkan pemerintah dari akumulasi hutang yang berlebihan. Selain itu menurut Blanchard 1990 dalam Krejdl 2006, keberlanjutan
fiskal dikaitkan dengan utang yang berlebihan dan terus meningkat. Kebijakan fiskal yang berkelanjutan adalah kebijakan fiskal yang mampu menjamin bahwa
119 rasio utang terhadap GDP akan kembali ke posisi semula. Buiter 1985 dalam
Krejdl 2006 menyatakan bahwa kebijakan fiskal yang berlanjut adalah apabila rasio utang terhadap GDP dapat dipertahankan pada tingkat yang berlaku saat ini.
Definisi ini memiliki kelemahan yaitu: 1 tidak ada teori yang menyatakan bahwa rasio utang terhadap GDP harus kembali ke posisi semula dan bukan posisi stabil
yang lain, 2 tidak ada batasan sejauh apa rasio utang terhadap GDP yang disebut sebagai berlebihan.
3.6. Dampak Subsidi terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Perekonomian