273
VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian,
kemiskinan, dan kesejahteraan di Indonesia, dirumuskan simpulan berdasarkan tujuan penelitian pertama, sebagai berikut :
1. Fungsi penawaran BBM di Indonesia ditunjukkan oleh perilaku impor
premium, minyak solar, dan minyak tanah dan ekspor elpiji. Impor premium menunjukkan respon yang positif dan elastis terhadap perubahan
indek harga konsumen domestik. Artinya, meningkatnya indek harga konsumen akan diikuti oleh meningkatnya impor premium, dan
sebaliknya. Atau dengan kata lain, jika inflasi di masa mendatang cenderung meningkat maka diduga konsumsi premium di Indonesia akan
semakin meningkat. Impor premium sangat dipengaruhi oleh impor premium pada tahun sebelumnya. Impor minyak solar dipengaruhi oleh
indek harga konsumen dan jumlah kendaraan niaga di Indonesia. Namun respon impor minyak solar terhadap perubahan indek harga konsumen dan
jumlah kendaraan niaga kurang elastis. Impor minyak tanah sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dan menunjukkan respon
yang positif dan elastis terhadap perubahan jumlah penduduk. Ekspor elpiji sangat dipengaruhi oleh harga dunia elpiji dan jumlah produksi elpiji
dan keduanya memiliki respon positif. Ekspor elpiji tidak elastis terhadap
274 perubahan harga dunia elpiji, namun elastis terhadap perubahan jumlah
produksinya dalam jangka pendek dan panjang. 2.
Konsumsi premium di sektor transportasi dipengaruhi oleh harga jual ecerannya, memiliki respon negatif, dan tidak elastis terhadap perubahan
harga jual ecerannya. Selain itu, konsumsi premium di sektor transportasi dipengaruhi oleh jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan respon
positif dan elastis terhadap perubahan jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 dalam jangka panjang. Konsumsi minyak solar di sektor transportasi
dipengaruhi oleh harga jual ecerannya dengan respon negatif dan elastis terhadap perubahan harga jual ecerannya dalam jangka panjang. Selain itu,
konsumsi minyak solar di sektor transportasi dipengaruhi oleh jumlah kendaraan niaga dengan respon positif dan elastis terhadap perubahan
jumlah kendaraan niaga dalam jangka panjang. Konsumsi minyak solar di sektor industri dipengaruhi oleh jumlah industri yang ada dengan respon
positif dan elastis terhadap perubahan jumlah industri dalam jangka panjang. Konsumsi minyak tanah di sektor rumahtangga dan komersial
sangat dipengaruhi oleh harga jual ecerannya dengan respon negatif dan tidak elastis terhadap perubahan harga jual ecerannya. Selain itu, konsumsi
minyak tanah di sektor rumahtangga dan komersial sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dengan respon positif dan sangat elastis
terhadap perubahan jumlah penduduk Indonesia dalam jangka pendek dan panjang. Konsumsi elpiji di sektor rumahtangga dan komersial sangat
dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dengan respon positif dan
275 elastis terhadap perubahan jumlah penduduk Indonesia dalam jangka
pendek dan jangka panjang. 3.
Subsidi harga premium dipengaruhi oleh harga dunia premium dan nilai tukar dengan respon positif dan sangat elastis terhadap perubahan harga
dunia premium dan nilai tukar, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Subsidi harga minyak solar dipengaruhi oleh nilai tukar dengan
respon positif dan elastis terhadap perubahan nilai tukar jangka pendek dan jangka panjang. Subsidi harga minyak tanah sangat dipengaruhi oleh
harga dunia minyak tanah dan nilai tukar dengan respon positif dan sangat elastis terhadap perubahan harga dunia minyak mentah dan nilai tukar baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Subsidi harga elpiji dipengaruhi oleh harga dunia elpiji dan nilai tukar dengan respon positif
dan tidak elastis terhadap perubahan harga dunia elpiji namun elastis terhadap perubahan nilai tukar jangka panjang.
4. Harga jual eceran premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji
dipengaruhi oleh harga dunianya dan besaran subsidi harganya masing- masing. Artinya, apabila terjadi kenaikan harga dunianya dan diimbangi
oleh kenaikan subsidi harga pada besaran yang sama, maka harga jual eceran premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji akan tetap.
Berdasarkan tujuan penelitian kedua, maka disimpulkan sebagai berikut: 1.
Jika terjadi kenaikan harga dunia minyak mentah sebesar 5 persen, maka harga jual eceran BBM meningkat antara 4.051 persen sampai 19.720
persen. Kenaikan harga jual eceran tersebut disebabkan karena subsidi harga BBM relatif tidak berubah yang tampaknya sebagai akibat dari
276 keterbatasan belanja pemerintah. Kenaikan harga jual eceran BBM
berdampak pada penurunan jumlah konsumsi BBM, sehingga anggaran belanja untuk subsidi BBM juga sedikit menurun, yang seterusnya
berdampak pada penurunan belanja pemerintah. Kenaikan harga jual eceran berdampak pada kenaikan harga-harga umum sehingga inflasi
meningkat cukup besar, selain itu juga terjadi depresiasi nilai tukar rupiah. Dampak selanjutnya adalah terjadinya kenaikan tingkat suku bunga
sehingga nilai investasi nasional menurun. Penurunan investasi nasional bersamaan dengan penurunan belanja pemerintah mengakibatkan GDP
nasional menurun dan tingkat pertumbuhan ekonomi juga menurun. Hal ini selanjutnya, bersama-sama dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi,
mengakibatkan tingkat penduduk miskin nasional meningkat. Kenaikan harga dunia minyak mentah yang mengakibatkan kenaikan harga jual
eceran BBM berdampak pada transfer kesejahteraan dari konsumen ke produsen. Namun transfer ini masih belum mampu menetralisasi
berkurangnya kesejahteraan dari faktor subsidi BBM, sehingga dampak bersih kesejahteraan mengalami penurunan sebesar Rp. 1 064 miliar.
2. Jika pemerintah meningkatkan penerimaan dalam negeri sebesar 10
persen, maka peningkatan itu akan terserap pada belanja pemerintah, baik belanja subsidi BBM maupun belanja non-subsidi BBM. Peningkatan
belanja subsidi BBM berdampak pada penurunan harga jual eceran BBM antara 0.029 persen sampai 4.654 persen, sehingga harga-harga umum
relatif dapat terkendali. Penurunan harga jual eceran BBM mengakibatkan kenaikan jumlah konsumsi BBM yang akhirnya cenderung mendorong
277 peningkatan GDP nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi cenderung
meningkat. Peningkatan GDP nasional akan meningkatkan penawaran uang sehingga tingkat suku bunga cenderung turun, yang kemudian akan
mendorong peningkatan investasi nasional, baik di sektor migas maupun diluar sektor migas. Peningkatan kegiatan usaha ekonomi nasional akan
membutuhkan tambahan tenaga kerja yang selama ini tidak bekerja, sehingga pasar tenaga kerja mengalami permintaan lebih dan tingkat upah
nasional akan meningkat serta pengangguran berkurang. Pada akhirnya, kondisi perekonomian yang kondusif tersebut mampu mengurangi jumlah
orang miskin di desa dan di kota sehingga tingkat kemiskinan nasional berkurang tajam. Menggunakan analisis kesejahteraan, penurunan harga
jual eceran BBM memberikan dampak sangat positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dimana terjadi transfer kesejahteraan dari
produsen BBM ke konsumen BBM yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan yang berasal dari peningkatan subsidi BBM.
3. Jika pemerintah menurunkan subsidi BBM yaitu premium, minyak solar,
minyak tanah, dan elpiji, dan belanja pemerintah diluar subsidi BBM cenderung konstan, maka hal ini akan menurunkan anggaran belanja
pemerintah. Penurunan belanja pemerintah cenderung berdampak buruk bagi upaya pemerintah mengurangi angka kemiskinan nasional. Penurunan
subsidi harga BBM mengakibatkan harga jual eceran BBM meningkat tajam, yang berkisar antara 11.235 persen sampai 102.742 persen, dimana
kemudian jumlah konsumsi BBM mengalami penurunan yang berkisar antara 0.458 persen sampai 16.378 persen. Penurunan jumlah konsumsi
278 BBM memberikan sinyal kurang baik bagi kegiatan usaha nasional
sehingga diperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi akan cenderung menurun. Penurunan kegiatan usaha nasional merupakan sinyal bagi
penurunan permintaan uang sedemikian sehingga tingkat suku bunga domestik meningkat dan investasi menurun serta pengangguran
meningkat. Gap fiskal menurun 52.291 persen yang mengindikasikan bahwa simulasi ini sejalan dengan kebijakan fiskal yang berkelanjutan
karena mengurangi ketergantungan pada sumber pembiayaan luar negeri. Pada akhirnya GDP nasional mengalami penurunan dan jumlah penduduk
miskin nasional juga mengalami peningkatan. Harga jual eceran BBM yang meningkat mengindikasikan terjadinya transfer kesejahteraan dari
konsumen BBM ke produsen BBM, dan pada saat bersamaan terjadi penurunan kesejahteraan masyarakat yang berasal dari penurunan subsidi
BBM. Dampak bersih kesejahteraan mengalami penurunan tajam sebesar Rp. 54 410 miliar.
4. Jika pemerintah melakukan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji,
maka harga jual eceran minyak tanah dinaikkan dan harga jual eceran elpiji diturunkan, dengan harapan jumlah konsumsi minyak tanah menurun
yang kemudian digantikan dengan peningkatan jumlah konsumsi elpiji. Simulasi ini mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi minyak tanah,
baik di sektor transportasi, industri, maupun rumahtangga dan komersial. Demikian pula jumlah konsumsi elpjii mengalami peningkatan baik di
sektor industri dan rumahtangga dan komersial. Namun besarnya penurunan konsumsi minyak tanah, baik dari segi kandungan kalori
279 maupun dari segi volume, tidak dapat dikompensasi dengan besasrnya
peningkatan konsumsi elpiji. Hal ini mengindikasikan terjadinya peralihan sumber energi masyarakat, yang biasanya menggunakan minyak tanah
beralih ke non-minyak tanah. Untuk pengguna rumah tangga di perdesaan, kemungkinan besar terjadi peralihan ke sumber energi biomassa seperti
kayu bakar, sampah organik, dan arang. Untuk rumahtangga di perkotaan kemungkinan besar terjadi peralihan ke sumber energi elpiji. Peralihan
sumber energi ini diperkirakan akan berdampak pada penurunan produktivitas masyarakat sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi
cenderung menurun, tingkat pengangguran dan inflasi meningkat. Pada akhirnya, peningkatan harga energi secara umum untuk konsumsi
rumahtangga dan komersial, baik yang di perdesaan maupun perkotaan, akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin nasional.
Pada simulasi ini terjadi kenaikan harga minyak tanah sebesar 141.352 persen, sehingga terjadi pengurangan kesejahteraan konsumen Rp. 27 146
miliar dan peningkatan kesejahteraan produsen sebeser Rp. 14 902 miliar. Hal ini terjadi karena jumlah konsumsi minyak tanah relatif lebih elastis
terhadap perubahan harga jual ecerannya dibandingkan dengan jumlah penawaran minyak tanah. Secara keseluruhan, simulasi ini mengakibatkan
penurunan dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 39 824 miliar. 5.
Jika pemerintah menggabungkan kebijakan pengurangan subsidi BBM dengan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji, maka akan memberikan
dampak yang kurang kondusif bagi perekonomian karena tingginya kenaikan harga jual eceran BBM yang berkisar antara 11.537 persen
280 sampai 145.116 persen, kecuali harga jual eceran elpiji. Selain itu,
penurunan subsidi harga BBM secara umum mengakibatkan penurunan belanja pemerintah cukup besar yang berdampak pada penurunan GDP
nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Gap fiskal menurun 58.905 persen sehingga baik bagi upaya pemerintah untuk mengurangi
ketergantungan dari sumber pembiayaan luar negeri. Kombinasi kenaikan harga jual eceran BBM dan penurunan belanja pemerintah cenderung akan
berdampak stagflasi bagi perekonomian. Pada akhirnya tingkat penduduk miskin nasional meningkat cukup tajam terutama penduduk miskin di
perkotaan, meskipun harga jual eceran elpiji sedikit menurun. Selain itu juga terjadi penurunan kesejahteraan konsumen sebesar Rp. 61 597 miliar
dan peningkatan kesejahteraan produsen sebesar Rp. 55 536 miliar, dan penurunan dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 65 187 miliar.
6. Jika pengurangan subsidi BBM dan konversi minyak tanah ke elpiji
dilakukan ketika harga dunia minyak mentah dan penerimaan dalam negeri pemerintah meningkat, maka kondisi perekonomian secara umum masih
kurang baik. Harga jual eceran BBM meningkat, kecuali elpiji, yang berkisar antara 20.034 persen sampai 166.956 persen, sehingga belanja
pemerintah dan GDP nasional menurun. Naiknya harga jual eceran BBM secara umum mengakibatkan jumlah konsumsi BBM mengalami
penurunan sehingga berdampak kurang kondusif bagi kegiatan perekonomian. Dampak selanjutnya adalah penurunan tingkat investasi
nasional, penurunan upah nasional, penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, peningkatan pengangguran, peningkatan inflasi, dan peningkatan
281 jumlah penduduk miskin nasional. Simulasi ini mampu mengurangi
ketergantungan pada sumber pembiayaan luar negeri sebesar 54.474 persen, karena itu sejalan dengan kebijakan fiskal yang berkelanjutan.
Selain itu terjadi penurunan dampak bersih kesejahteraan masyarakat sebesar Rp. 66 900 miliar.
7. Jika penghematan yang diperoleh dari pengurangan subsidi BBM
ditambahkan kembali pada belanja non-subsidi BBM sehingga belanja pemerintah relatif konstan, atau kebijakan realokasi anggaran, maka
simulasi ini memberikan dampak yang relatif baik bagi kinerja perekonomian, kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat. Pada simulasi
ini, harga jual eceran BBM, kecuali elpiji, meningkat antara 20.491 persen sampai 168.134 persen sehingga jumlah konsumsi BBM secara umum
mengalami penurunan cukup tajam. Hal ini cenderung berdampak kurang baik bagi kegiatan perekonomian nasional. Namun di sisi lain, belanja
pemerintah mengalami peningkatan yang berasal dari peningkatan penerimaan dalam negeri pemerintah. Tampaknya, di negara berkembang
seperti Indonesia, belanja pemerintah masih memegang posisi dominan dalam mendorong perekonomian nasional. Hal ini terbukti bahwa
peningkatan belanja pemerintah sebesar 10.177 persen mampu meningkatkan GDP nasional dan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 9.591 persen. Peningkatan GDP nasional mengakibatkan penawaran uang lebih besar dari permintaan uang sehingga
tingkat suku bunga menurun dan investasi meningkat. Lebih lanjut peningkatan investasi berdampak pada peningkatan permintaan tenaga
282 kerja dan penyerapan tenaga kerja yang menganggur. Gap fiskal
meningkat sebesar 9.678 persen, kurang baik bagi strategi kebijakan fiskal yang berkelanjutan. Kombinasi antara kenaikan harga jual eceran BBM
dan peningkatan belanja pemerintah ternyata mampu mengurangi jumlah penduduk miskin perdesaan dan terutama penduduk miskin perkotaan,
sehingga tingkat penduduk miskin nasional menurun cukup besar. Meskipun simulasi ini mengakibatkan membaiknya dampak terhadap
kinerja perekonomian dan kemiskinan, namun dampak bersih kesejahteraan mengalami penurunan sebesar Rp. 66 863 miliar.
8. Jika diasumsikan bahwa terjadi inflasi 5 persen per tahun, untuk lebih
mendekati kondisi dunia nyata, maka simulasi ini secara umum memberikan dampak yang kurang baik bagi kinerja perekonomian dan
kemiskinan. Harga jual eceran BBM, kecuali elpiji, meningkat antara 22.854 persen sampai 174.203 persen, yang berdampak pada penurunan
jumlah konsumsi BBM dan relatif kurang baik bagi kegiatan ekonomi nasional. Secara umum GDP nasional meningkat, tingkat suku bunga
meningkat, investasi nasional mengalami penurunan, penyerapan tenaga kerja berkurang, inflasi sangat tinggi, dan pertumbuhan ekonomi
meningkat tajam. Gap fiskal meningkat sebesar 11.874 persen yang mengindikasikan kurang baik dalam upaya pelaksanaan strategi fiskal
yang berkelanjutan. Kombinasi dari kinerja perekonomian diatas tampaknya relatif baik bagi upaya pengentasan penduduk miskin yang
berkurang sebesar 7.967 persen. Meskipun demikian terjadi penurunan dampak bersih kesejahteraan sebesar Rp. 66 387 miliar.
283 Pada saat harga dunia minyak mentah dan inflasi meningkat, kebijakan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM, konversi minyak tanah ke elpiji, peningkatan penerimaan dalam negeri, dan realokasi anggaran, tampaknya
mampu memberikan dampak yang relatif baik bagi kinerja perekonomian dan upaya pengentasan kemiskinan. Meskipun diakui bahwa simulasi ini
meningkatkan ketergantungan pemerintah pada pembiayaan luar negeri dan terjadinya penurunan kesejahteraan masyarakat yang cukup besar. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengurangan subsidi BBM dan konversi minyak tanah ke elpiji masih mampu memberikan hasil yang relatif baik bagi
perekonomian Indonesia.
7.2. Implikasi Kebijakan