43
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan pengertian subsidi, kondisi pasar penawaran dan permintaan BBM, sejarah subsidi BBM, subsidi energi di negara lain, serta
studi terdahulu tentang subsidi BBM dan kemiskinan.
2.1. Pengertian dan Jenis Subsidi
Nugroho 2005 mendefinisikan subsidi yang berkaitan dengan subsidi BBM yaitu pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada
Pertamina, sebagai pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia, dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PT Pertamina persero dari tugas
menyediakan BBM di pasar domestik lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan dan mendistribusikan BBM.
Subsidi BBM menjadi salah satu instrumen untuk memeratakan penggunaan energi di masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah.
Kebijakan subsidi diberlakukan pada saat harga suatu produk energi dinilai tidak sebanding dengan daya beli masyarakat khususnya masyarakat yang
berpenghasilan rendah Yusgiantoro, 2000. Jenis-jenis subsidi adalah: 1 direct subsidies, 2 indirect subsidies, 3
labor subsidies , 4 tax subsidies, 5 production subsidies, 6 regulatory
advantages , 7 infrastructure subsidies, 8 trade protection import, 9 export
subsidies trade promotion, 10 procurement subsidies, 11 consumption
subsidies , 12 tax breaks and corporate welfare, dan 13 subsidies due to the
effect of debt guarantees . Khusus untuk subsidi konsumsi, pemerintah
memberikan subsidi ini melalui pembelian barang atau jasa, penggunaan asset
44 atau property pemerintah pada harga di bawah harga pasar. Contoh: pemerintah
membeli bahan bakar minyak atau barang lainya dengan harga yang lebih tinggi dan menjualnya ke masyarakat dengan harga yang lebih rendah Bappenas, 2007.
Menurut Bappenas 2007, subsidi pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai: 1 alat pemerataan output melalui mekanisme peningkatan elastisitas
permintaan, 2 alat stabilitas harga melalui mekanisme intervensi harga, dan 3 alat optimalisasi output melalui mekanisme elastisitas penawaran.
Di lain pihak subsidi juga memiliki eksternalitas negatif, seperti yang dinyatakan oleh Basri 2002, bahwa subsidi yang tidak transparan dan tidak jelas
targetnya akan menyebabkan: 1 distorsi baru dalam perekonomian, 2 menciptakan inefisiensi, dan 3 tidak dinikmati oleh masyarakat yang berhak.
Relatif rendahnya harga barang subsidi berdampak pada perilaku masyarakat yang kurang kurang hemat dalam konsumsi dan karenanya terjadi pemborosan
sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut.
2.2. Penawaran dan Permintaan Bahan Bakar Minyak