103 ditunjukkan dengan kombinasi antara tingkat pendapatan dan harga. BOP berada
dalam keadaan keseimbangan bila X - M + net capital flow = 0. Arus modal netto net capital flow atau CF merupakan fungsi positif dari
tingkat suku bunga domestik. Jika diasumsikan bahwa tingkat suku bunga luar negeri adalah tetap, maka semakin tinggi tingkat suku bunga domestik akan
menyebabkan semakin besar arus modal yang masuk capital inflow ke dalam negeri atau semakin kecil arus modal ke luar negeri capital outflow. Persamaan
identitas yang menggambarkan penjelasan di atas disajikan sebagai berikut: 1. Neraca
Perdagangan BOT = X-M .......................................................................................... 3.8
2. Neraca Pembayaran
BOP = BOT + Net Capital Flow........................................................... 3.9 dimana:
BOT =
balance of trade BOP
= balance of payment
X =
ekspor Indonesia
M =
impor Indonesia
Net Capital Flow = capital inflow - capital outflow
3.3. Kemiskinan
3.3.1. Konsep dan Ukuran Kemiskinan
Kemiskinan didefinisikan sebagai masalah yang berkaitan dengan multidimensi. Kemiskinan sering dikonsepsikan sebagai ketidakcukupan
pendapatan dan harta lack of income and assets dalam memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Pengertian asset disini mencakup human assets, natural assets, physical assets,
104 financial assets
, dan social assets. Fenomena kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi tetapi juga dimensi non ekonomi World Bank, 2000.
Kemiskinan menurut Chambers 1996 menjadi faktor penentu yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap yang lainnya. Kemiskinan khususnya di
perdesaan berhubungan dengan masalah ketidakberdayaan powerless, keterisolasian isolation, kerentanan vulnerability, dan kelemahan fisik
physical weakness dimana masing-masing saling terkait. Produktivitas yang rendah dari tenaga kerja dapat pula dikarenakan
kemiskinan karena kemiskinan memberikan kontribusi terhadap kelemahan fisik. Bahkan ketiadaan pendidikan, keterpencilan, dan ketiadaan kontak dengan dunia
luar juga ikut memperparah kemiskinan. Chamber 1996 mengatakan bahwa saling keterkaitan di antara berbagai aspek kemiskinan tersebut akan membentuk
lingkaran setan kemiskinan the vicious circle of poverty. Kakwani 2000 menyebutkan ukuran kemiskinan yang baik harus
mempertimbangkan antara lain: 1 persentase penduduk miskin, 2 perbedaan kemiskinan agregat, dan 3 distribusi pendapatan antar penduduk miskin. Ada
empat ukuran yang sering digunakan para ahli untuk mengukur kemiskinan, yaitu: 1.
Poverty headcount index P0.
P0 adalah ukuran kasar dari kemiskinan yang hanya menunjuk kepada proporsi dari penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran ini
menjumlahkan banyaknya orang miskin, kemudian dibandingkan dengan total jumlah penduduk dalam persen, sedemikian sehingga setiap orang miskin
memiliki bobot yang sama besarnya. Kelemahan pengukuran ini hanya menghitung jumlah kepala orang miskin headcount namun tidak mampu
105 menangkap tingkat keparahan kemiskinan itu sendiri. Sementara persentase
penduduk miskin tidak menggambarkan intensitas dari kemiskinan. 2.
Poverty gap index P1.
P1 mengukur kedalaman kemiskinan di suatu wilayah dan mengestimasi perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu
proporsi dari garis kemiskinan. Ukuran ini lebih baik daripada ukuran yang pertama sehingga apabila pembuat kebijakan menerapkannya, maka dapat
memperkirakan besarnya dana untuk pengentasan kemiskinan. Kelemahan ukuran ini adalah belum memperlihatkan distribusi pendapatan antar penduduk miskin.
3. Squared poverty gap
P2. P2 adalah rata-rata dari kuadrat kesenjangan kemiskinan. Kelebihan ukuran
ini mempertimbangkan tingkat kepelikan atau keparahan kemiskinan severity of poverty
di dalam suatu wilayah dan ketimpangan pendapatan di antara penduduk miskin di wilayah tersebut, sehingga indeks ini sering disebut sebagai indeks
keparahan kemiskinan poverty severity index.
3.3.2. Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan