96 antara terletak di Q k
2
, m
2
. Namun dalam kenyataannya, penambahan kapital lebih kecil dari yang diharapkan, yaitu k
1
ke k
3
yang mengakibatkan input BBM bergerak ke kiri dari m
1
ke m
3
sehingga tercapai keseimbangan baru di R k
3
, m
3
. Pada keseimbangan final ini tingkat output turun dari ISQ
1
menjadi ISQ
2
. 3.2.
Kinerja Perekonomian
Selama lebih dari tiga dekade terakhir, teori makroekonomi dan aplikasinya dalam perekonomian telah berkembang lebih baik, dimana prinsip-
prinsip teori makroekonomi banyak mendasari kegiatan makroekonomi itu sendiri Chari and Kehoe, 2006.
Menurut Mankiw 2003, ada beberapa variabel yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian, namun paling tidak terdapat tiga variabel
makroekonomi yang penting dan banyak menjadi perhatian para ahli ekonomi yaitu pendapatan nasional atau GDP, kestabilan harga atau inflasi, dan
pengangguran. Pohan 2008 menambahkan bahwa keseimbangan neraca pembayaran atau BOP Balance of Payment menjadi salah satu target kebijakan
makroekonomi selain yang telah disebutkan. Stabilitas ekonomi dapat dilihat dari dampak gejolak variabel makroekonomi lainnya terhadap variabel kunci
makroekonomi
3.2.1. Pendapatan Nasional
PDB Produk Domestik Bruto atau GDP Gross Domestic Product dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Model ekonomi yang
menggambarkan keseimbangan ekonomi nasional sebagaimana disampaikan oleh Mankiw 2003 adalah sebagai berikut:
GDP = Y = C + I + G + X – M ....................................................... 3.1
97 Yd
= Y – Tax .................................................................................. 3.2 Pendapatan nasional dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan
pengeluaran. Dari sisi pengeluaran pendapatan nasional diartikan sebagai penjumlahan dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan
impor. Persamaan ini adalah persamaan identitas dan seringkali disebut dengan identitas persamaan pos pendapaan nasional Mankiw, 2003. Pendapatan
perorangan adalah jumlah yang tersedia bagi rumahtangga dan perusahaan non- korporasi untuk melakukan pengeluaran setelah membayar pajak disposable
income . Kinerja perekonomian dapat direpresentasikan melalui indikator
makroekonomi yaitu: 1.
Pertumbuhan ekonomi melalui perubahan PDB, investasi, neraca perdagangan, dan neraca pembayaran.
2. Stabilisasi ekonomi melalui fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, dan
tingkat pengangguran.
3.2.2. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum yang terus-menerus dalam perekonomian Susanti, et.al, 1995 dan Putong, 2003. Inflasi merupakan
kecenderungan harga barang dan jasa termasuk faktor-faktor produksi yang diukur dengan satuan mata uang yang semakin naik terus-menerus. Kaum monetaris
mengemukakan bahwa inflasi adalah fenomena moneter yang disebabkan oleh kelebihan jumlah uang yang beredar.
Menurut Sukirno 2006b penyebab terjadinya inflasi dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu sisi permintaan, penawaran, dan campuran antara keduanya.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 tarikan
98 permintaan demand pull inflation, 2 desakan biaya cost push inflation, dan
3 karena inflasi negara lain yang tersalur melalui jaringan perdagangan imported inflation. Inflasi yang disebabkan oleh permintaan agregat disebut
demand pull inflatio n, yang umumnya terjadi karena adanya penambahan
permintaan yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh produsen. Inflasi yang disebabkan oleh aspek penawaran agregat sering disebut dengan cost push
inflation , yaitu kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi sebagai dampak kenaikan harga bahan mentah atau upah. Di samping itu terdapat pula inflasi yang diimpor imported inflation yang disebabkan oleh
kenaikan harga-harga barang impor yang dikonsumsi langsung maupun digunakan sebagai input produksi di dalam negeri.
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu: 1 inflasi yang berasal dari dalam negeri domestic inflation yang timbul karena adanya defisit
dalam pembiayaan, belanja negara, musim paceklik, dan bencana alam yang berkepanjangan. Dalam rangka mengatasi inflasi, pemerintah dapat mencetak
uang baru; dan 2 inflasi yang berasal dari luar negeri imported inflation. Negara-negara yang menjadi mitra dagang mengalami inflasi yang tinggi,
sehingga harga barang- barang dan ongkos produksi di negara tersebut relatif tinggi. Bagi negara pengimpor terpaksa menjual barang impor tersebut di dalam
negeri dengan harga yang lebih mahal Putong, 2003. Kenaikan harga dunia minyak mentah merupakan salah sumber terjadinya imported inflation.
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian. Namun dalam jangka pendek, terdapat trade off antara
inflasi dan pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan
99 tingkat pengangguran atau menyeimbangkan perekonomian negara. Akibat
negatif yang ditimbulkan oleh inflasi adalah: 1 menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap, 2 mengurangi nilai kekayaan yang
berbentuk uang, dan 3 memperburuk pembagian kekayaan, khususnya kekayaan yang bersifat keuangan Sukirno, 2006b.
Selain itu inflasi juga dapat menurunkan nilai riil tabungan dan investasi sehingga dapat membuat perekonomian berjalan tidak efisien, menghambat
pertumbuhan ekonomi, dan menurunkan standar hidup Kahn, 1994. Penurunan standar hidup ini banyak dirasakan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Tingkat kemiskinan di Indonesia masih sangat sensitif terhadap perubahan garis kemiskinan, dalam arti jika batas kemiskinan dinaikkan, misalnya karena laju
inflasi yang tinggi, akan berdampak pada laju peningkatan kemiskinan yang relatif lebih besar Ikhsan, 2001 dalam Tambunan, 2003.
Dampak positif dari inflasi Putong, 2003 adalah: 1 bagi pengusaha barang-barang mewah high end dimana barangnya menjadi lebih laku pada saat
harganya semakin tinggi masalah prestise, 2 masyarakat semakin selektif dalam mengkonsumsi dan produksi akan diusahakan seefisien mungkin, 3 inflasi
yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri yang dipercaya dan tangguh, dan 4 tingkat pengangguran cenderung menurun karena
masyarakat terdorong melakukan kegiatan produksi. Menurut Putong 2003 angka inflasi dapat dihitung dari angka IHK
Indeks Harga Konsumen atau CPI Consumer Price Index, yang biasanya diterbitkan setiap bulan, 3 bulan atau 1 tahun. Selain IHK, tingkat inflasi juga
dapat dihitung dengan menggunakan GNP Gross National Product atau PDB
100 deflator
, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku GNP atau PDB nominal terhadap GNP atau PDB harga konstan GNP
atau PDB riil.
3.2.3. Pengangguran