Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan Kemiskinan

105 menangkap tingkat keparahan kemiskinan itu sendiri. Sementara persentase penduduk miskin tidak menggambarkan intensitas dari kemiskinan. 2. Poverty gap index P1. P1 mengukur kedalaman kemiskinan di suatu wilayah dan mengestimasi perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis kemiskinan. Ukuran ini lebih baik daripada ukuran yang pertama sehingga apabila pembuat kebijakan menerapkannya, maka dapat memperkirakan besarnya dana untuk pengentasan kemiskinan. Kelemahan ukuran ini adalah belum memperlihatkan distribusi pendapatan antar penduduk miskin. 3. Squared poverty gap P2. P2 adalah rata-rata dari kuadrat kesenjangan kemiskinan. Kelebihan ukuran ini mempertimbangkan tingkat kepelikan atau keparahan kemiskinan severity of poverty di dalam suatu wilayah dan ketimpangan pendapatan di antara penduduk miskin di wilayah tersebut, sehingga indeks ini sering disebut sebagai indeks keparahan kemiskinan poverty severity index.

3.3.2. Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan

Chamber 1996 mengatakan bahwa terdapat dua pandangan yang mengidentifikasi penyebab kemiskinan, terutama di daerah perdesaan. Pertama adalah pandangan ekonomi politik yang melihat kemiskinan sebagai fenomena sosial. Kemiskinan muncul di perdesaan sebagai akibat dari proses pengkonsentrasian kekayaan dan kekuasaan yang terjadi melalui tiga tingkatan, yaitu tingkat global, nasional, dan lokal. Pada tingkat global atau internasional kemiskinan muncul akibat dari hubungan pertukaran yang eksploitatif dan tidak seimbang antara negara kaya dan negara miskin. Pada tingkat nasional, 106 kemiskinan perdesaan muncul sebagai akibat dari ulah berbagai kelompok kepentingan khususnya urban middle class yang berusaha memperoleh keuntungan dengan mengorbankan kepentingan perdesaan melalui investasi pada industri dan jasa di perkotaan. Pada tingkat lokal atau perdesaan, kemiskinan perdesaan muncul sebagai akibat dari ulah para elit lokal seperti tuan tanah, pedagang, pelepas uang money lenders, dan birokrat yang terus berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan dan kekayaannya. Adanya proses pertukaran yang eksploitatif dan tidak seimbang pada tingkat global hingga lokal telah menyebabkan kaum kaya menjadi semakin kaya dan kuat, sementara kelompok miskin secara relatif maupun absolut semakin miskin dan lemah. Kedua adalah kelompok pandangan ekologis fisik, yang melihat kemiskinan sebagai fenomena fisik. Kemiskinan perdesaan muncul sebagai akibat dari pertumbuhan dan tekanan penduduk yang tidak terkendali atas sumberdaya dan lingkungan sehingga lahan menjadi semakin langka. Sebagian tenaga kerja terpaksa bermigrasi ke perkotaan atau ke lingkungan marginal untuk dapat mempertahankan hidup. Selain itu parasit, penyakit, kurang gizi, kondisi lingkungan yang tidak sehat, perumahan yang kurang layak, lingkungan yang kurang nyaman, dan kondisi iklim yang tidak menentu menyebabkan timbulnya kemiskinan di daerah perdesaan.

3.4. Keseimbangan Perekonomian dalam Kerangka Makroekonomi