Hubungan Antara Nilai Tukar dan Pengeluaran Pemerintah

115

3.5.3. Hubungan Antara Nilai Tukar dan Pengeluaran Pemerintah

Indonesia adalah pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah maupun produk-produk minyak termasuk BBM. Pada saat ini Indonesia menjadi negara net importer minyak mentah, sehingga ketika harga minyak mentah dalam US meningkat atau nilai tukar rupiah terdepresiasi, maka jumlah subsidi yang harus dibayar oleh pemerintah akan meningkat. Chowdhury and Hossain 1998 mengatakan untuk menggambarkan keterkaitan antara nilai tukar rupiah dengan penyerapan domestik terdiri dari konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah, dapat dijelaskan melalui Diagram Swan, sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 9. Pada diagram Swan terdapat 2 kurva yaitu kurva IB dan EB. Kurva IB dari kiri atas ke kanan bawah menggambarkan kesimbangan internal yaitu keseimbangan ketika terjadi penggunaan tenaga kerja penuh full employment dan kestabilan harga. Ke arah kanan kiri dari kurva IB akan terjadi tekanan inflasi deflasi terhadap perekonomian karena pada nilai tukar riil tertentu, penyerapan domestik lebih besar kecil dari yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan tenaga kerja. Kurva EB dari kiri bawah ke kanan atas menggambarkan keseimbangan eksternal yaitu keseimbangan neraca pembayaran. Ke arah kanan kiri kurva EB akan terjadi defisit surplus neraca pembayaran, karena pada nilai tukar riil tertentu penyerapan domestik lebih besar kecil dari yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Titik A merupakan titik keseimbangan internal dan eksternal. Melalui titik A juga terdapat garis titik-titik vertikal dan horizontal yang membagi dua setiap zona guna merinci penyebab ketidakseimbangan agar arahan kebijakan lebih akurat. 116 Sumber: Chowdhury and Hossain, 1998. Gambar 9. Diagram Swan Diasumsikan suatu negara sedang mengalami masalah inflasi dan defisit neraca pembayaran yang ditunjukkan oleh titik B. Titik B terletak di sebelah kanan kurva IB dan dibawah garis titik-titik horizontal, kedua hal ini menunjukkan bahwa terjadi overvalued mata uang domestik dan terjadi tekanan inflasi. Langkah kebijakan yang perlu dilakukan agar perekonomian kembali ke titik A adalah dengan mengurangi penyerapan domestik dan sekaligus melakukan depresiasi mata uang domestik. Kebijakan tunggal berupa pengurangan penyerapan domestik akan berakibat pada seimbangnya neraca pembayaran tetapi mengakibatkan terjadinya pengangguran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh titik C. Apabila kebijakan tunggal berupa depresiasi mata uang domestik diterapkan, maka neraca pembayaran seimbang namun terjadi tekanan inflasi sehingga inflasi meningkat di titik D. Nilai Tukar Riil Defisit Depresiasi Penyerapan Domestik Apresiasi Defisit Surplus Pengangguran Pengangguran Inflasi Inflasi Surplus III I IV II EB IB A B B’ C D 117 Kebijakan tunggal dapat membawa perekonomian kembali ke titik A hanya apabila ketidakseimbangan awal terletak pada garis titik-titik. Misalkan ketidakseimbangan awal di titik B’, maka kebijakan tunggal berupa pengurangan penyerapan domestik akan berdampak pada terjadinya keseimbangan intenal dan eksternal, sehingga perekonomian kembali ke titik A. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila nilai tukar riil berada dekat dengan nilai keseimbangannya, maka kebijakan tunggal penyerapan domestik dapat membawa perekonomian pada keseimbangan internal dan eksternal sekaligus.

3.5.4. Hubungan Subsidi dengan Keberlanjutan Fiskal