Dampak Subsidi terhadap Kesejahteraan

119 rasio utang terhadap GDP akan kembali ke posisi semula. Buiter 1985 dalam Krejdl 2006 menyatakan bahwa kebijakan fiskal yang berlanjut adalah apabila rasio utang terhadap GDP dapat dipertahankan pada tingkat yang berlaku saat ini. Definisi ini memiliki kelemahan yaitu: 1 tidak ada teori yang menyatakan bahwa rasio utang terhadap GDP harus kembali ke posisi semula dan bukan posisi stabil yang lain, 2 tidak ada batasan sejauh apa rasio utang terhadap GDP yang disebut sebagai berlebihan.

3.6. Dampak Subsidi terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Perekonomian

3.6.1. Dampak Subsidi terhadap Kesejahteraan

Beban pajak atau manfaat suatu subsidi sebagian dipikul konsumen dan sebagian lagi oleh produsen, dimana besarnya bagian dari pajak yang dibayar konsumen tergantung dari bentuk kurva penawaran dan permintaan dan khususnya tergantung pada elastisitas relatif dari permintaan dan penawaran. Dalam kenyataannya subsidi dapat dipandang sebagai pajak negatif. Pada umumnya keuntungan dari subsidi dinikmati oleh konsumen Pindyck and Rubinfeld, 1991. Seperti yang diperkirakan, efek dari subsidi pada jumlah yang diproduksi dan dikonsumsi adalah kebalikan dari pada efek suatu pajak. Subsidi dapat dibedakan atas subsidi output subsidized consumption dan subsidi input subsidized production. Subsidi output adalah subsidi yang diberikan pada pasar output sedemikian sehingga konsumen seolah-olah mengalami peningkatan pendapatan. Karena tingkat pendapatan konsumen meningkat, maka daya beli konsumen juga meningkat. Peningkatan daya beli konsumen ditampilkan sebagai pergeseran kurva permintaan ke kanan atas 120 sehingga harga barang meningkat dan jumlah konsumsi juga meningkat. Contoh subsidi output adalah pengurangan pajak individu atau transfer dana ke konsumen. Subsidi output diilustrasikan pada Gambar 10, dimana keseimbangan awal pada E P , Q , dimana surplus produsen sebesar bidang g dan surplus konsumen sebesar a+d. Apabila dilakukan kebijakan subsidi output dalam bentuk cash grant, misalkan BLT Bantuan Tunai Langsung, maka pendapatan masyarakat akan meningkat, sehingga kurva permintaan bergeser dari D ke D 1 dan keseimbangan baru berada di E 1 P 1 , Q 1 . Jika diasumsikan tidak ada perdagangan, kebijakan subsidi output yang dilakukan oleh pemerintah sebesar bidang a+b+d+e dapat merubah surplus produsen dan konsumen. Surplus produsen menjadi sebesar bidang d+e+f+g dan surplus konsumen sebesar bidang a+b+c serta dead weight loss sebesar bidang c+f. Pada Tabel 14 disajikan evaluasi sebelum dan sesudah adanya kebijakan subsidi output terhadap kesejahteraan. Subsidi input adalah subsidi yang diberikan pada pasar input sedemikian sehingga produsen seolah-olah mengalami penurunan biaya produksi. Karena biaya produksi berkurang, maka produsen cenderung memproduksi lebih banyak pada tingkat daya beli konsumen konstan. Penurunan biaya produksi produsen ditampilkan sebagai pergeseran kurva penawaran ke kanan bawah sehingga harga barang menurun dan jumlah penawaran meningkat. Contoh subsidi input adalah pengurangan pajak produsen atau transfer dana ke produsen yang dikenal dengan subsidi. Sebagai konsekuensi dari subsidi output atau subsidi input, kesejahteraan mengalami pergeseran yang dicerminkan pada pergeseran surplus konsumen, surplus produsen, dan pembayaran subsidi pemerintah. 121 Gambar 10. Pengaruh Kebijakan Subsidi Output terhadap Kesejahteraan Tabel 14. Evaluasi Kebijakan Subsidi Output terhadap Kesejahteraan Keterangan Surplus Produsen Surplus Konsumen Subsidi Pemerintah DWL Sebelum Subsidi g a, d - - Setelah Subsidi d, e, f, g a, b, c a, b, d, e c, f Keterangan: DWL: Dead Weight Loss. Subsidi input digambarkan pada Gambar 11 yaitu ketika subsidi diberikan pada produsen, maka harga input akan menjadi lebih rendah, sehingga kurva penawaran bergeser dari S ke S 1 Handoko dan Patriadi, 2005. Jika diasumsikan tidak ada perdagangan, maka keseimbangan awal pada titik keseimbangan E P , Q , dimana surplus produsen sebesar b+c dan surplus konsumen sebesar a. Apabila subsidi input dilakukan oleh pemerintah, maka keseimbangan baru di titik E 1 P 1 , Q 1 pada kurva permintaan yang sama. Jumlah produksi meningkat dari Q menjadi Q 1 dan pada akhirnya menurun kembali menjadi Q karena harga output menurun menjadi P 2 . Pada keseimbangan baru, subsidi input sebesar bidang Q P S D D 1 Q Q 1 P P 1 a E 1 b c d e f E h P 2 g 122 b+c+d+f, surplus produsen sebesar bidang c+f+g, dan surplus konsumen sebesar bidang a+b+d+e, serta dead weight loss sebesar bidang e+g. Gambar 11. Pengaruh Kebijakan Subsidi Input terhadap Kesejahteraan Pada Tabel 15 disajikan evaluasi sebelum dan sesudah adanya kebijakan subsidi input terhadap kesejahteraan.

3.6.2. Dampak Subsidi terhadap Kinerja Perekonomian