100 deflator
, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku GNP atau PDB nominal terhadap GNP atau PDB harga konstan GNP
atau PDB riil.
3.2.3. Pengangguran
Di samping menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, tujuan penting lain dari pembangunan adalah untuk menciptakan kesempatan kerja. Tujuan ini hanya
akan tercapai apabila penambahan kesempatan kerja berkembang lebih cepat dari penambahan tenaga kerja. Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang
dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Individu yang menghadapi masalah tersebut
dinamakan penganggur Putong, 2003 dan Sukirno, 2006b. Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibedakan menjadi: 1
pengangguran struktural yaitu pengangguran yang diakibatkan perubahan struktur ekonomi, 2 pengangguran siklikal yaitu pengangguran yang disebabkan
perkembangan ekonomi yang sangat lambat atau kemerosotan kegiatan ekonomi, 3 pengangguran normal atau friksional yaitu pengangguran yang terwujud
apabila ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh, dan 4 pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan perkembangan teknologi
Sukirno, 2006b. Berdasarkan cirinya, pengangguran dapat dibedakan atas: 1
pengangguran terbuka. Pengangguran ini tercipta sebagai akibat penambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari penambahan tenaga kerja. Sebagai
akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan; 2 pengangguran tersembunyi adalah keadaan
101 pengangguran yang tidak secara nyata dapat dilihat dan berlaku pada kegiatan
yang jumlah pekerjanya melebihi dari yang diperlukan; 3 pengangguran musiman yaitu pengangguran yang tidak terjadi sepanjang waktu tetapi hanya
terjadi ketika kegiatan ekonomi yang dijalankan sedang dalam keadaan tidak sibuk atau sedang tidak melakukan kegiatan. Pengangguran ini terutama terdapat
di sektor pertanian dan perikanan; dan 4 setengah pengangguran atau under- employment
adalah tenaga kerja yang melakukan kerja dengan jam kerja yang jauh lebih rendah dari jam kerja yang lazim dilakukan dalam sehari atau seminggu
Sukirno, 2006a. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah pengangguran di suatu negara
atau wilayah dapat digunakan ukuran tingkat pengangguran. Menurut Sukirno 2006b tingkat pengangguran adalah rasio antara jumlah penganggur dengan
jumlah angkatan kerja pada suatu waktu tertentu dan dinyatakan dalam persen. Menurut Dornbusch dan Fisher 1997, tingkat pengangguran adalah bagian dari
angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Mankiw 2003 menunjukkan pengangguran dalam persamaan sebagai berikut:
L = E + U .............................................................................................. 3.3 dimana:
L = angkatan kerja E = jumlah orang yang bekerja
U = jumlah pengangguran Sehingga tingkat pengangguran adalah UL. Jika tingkat pengangguran
tidak naik dan turun atau pasar tenaga kerja berada dalam kondisi stabil, maka
102 jumlah orang yang mendapatkan pekerjaan harus sama dengan jumlah orang yang
kehilangan pekerjaan. fU = sE .................................................................................................. 3.4
fU = sL-U .......................................................................................... 3.5
L U
1 s
L U
f ..................................................................................... 3.6
f s
s L
U
............................................................................................. 3.7
dimana: fU = jumlah orang yang memperoleh pekerjaan
sE = jumlah orang yang kehilangan pekerjaan Persamaan 3.7 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kondisi stabil
UL bergantung pada tingkat pemutusan hubungan kerja s dan tingkat perolehan kerja f. Semakin tinggi tingkat pemutusan hubungan kerja, maka semakin tinggi
tingkat pengangguran. Di lain pihak semakin tinggi tingkat perolehan kerja, maka semakin rendah penganggurannya.
3.2.4. Neraca Pembayaran