Prosedur Pengembangan METODE PENELITIAN

kekurangan dan kelemahan pada produk yang dihasilkan, perlu adanya perbaikan atau revisi produk kemudian produk tersebut dapat diproduksi secara masal. Model yang kedua diambil dari BorgGall yang juga terdiri dari 10 langkah pengembangan Sanjaya: 2013. Bagan prosedur pengembangan menurut BorgGall dapat dilihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2. Bagan Prosedur Research and Development menurut BorgGall Sumber : Sanjaya 2013 Gambar 3.2 menunjukkan bahwa terdapat sepuluh tahapan pengembangan produk yang meliputi: 1 riset dan pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui studi literature dan observasi; 2 perencanaan merumuskan tujuan dan mengujikan desain dalam skala terbatas; 3 pengembangan produk awal preliminary form of product termasuk Penelitian dan Pengumpulan data Perencanaan Pengembangan draf produk Uji coba lapangan awal Merevisi hasil uji coba Uji coba lapangan Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan Uji Pelaksanaan Lapangan Penyempurnaan Produk Akhir Dis eminasi dan Impelementasi mempersiapkan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan, dan perangkat penilaian; 4 uji lapangan produk awal melibatkan 5 siswa; 5 revisi memperbaiki produk; 6 uji lapangan produk yang telah diperbaiki dalam skala yang lebih luas pengumpulan data menggunakan data kualitatif untuk menilai proses, serta data kuantitatif dari hasil pretest dan posttest; 7 revisi produk berdasarkan hasil uji coba produk; 8 uji lapangan menggunakan teknik wawancara, observasi dan angket, selanjutnya data tersebut dianalisis; 9 revisi akhir produk berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir; 10 desiminasi dan melaporkan produk akhir penelitian melalui seminar dan jurnal. Kedua model penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono 2013 dan BorgGall dalam Sanjaya: 2013 merupakan dasar yang akan digunakan dalam prosedur pengembangan penelitian ini. Tahapan dari dua model tersebut akan dimodifikasi sampai dengan tahap uji coba terbatas. Peneliti membatasi penelitian pengembangan hanya sampai dengan uji coba terbatas. Alasan peneliti membatasi hanya sampai pada uji coba terbatas adalah keterbatasan waktu, biaya, serta subjek uji coba masal. Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui apakah RPPH yang dihasilkan dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan serta mengetahui kualitaskelayakan RPPH yang dihasilkan. Taha-tahap yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini ditunjukkan oleh gambar 3.3. Gambar 3.3 Tahapan Prosedur Pengembangan TAHAP 4 INSTRUMEN UJI COBA Instrumen Siap Digunakan Istrumen Observasi Validas Pengembangan Kuesioner Siswa Wawancara Guru Test Revisi TAHAP 1 STUDI PENDAHULUAN Analisis Potensi Masalah Instrumen Pengumpulan Data Awal Pengumpulan Data Awal Deskripsi Temuan Data Awal Kajian Literatur Instrumen Siap Digunakan Penyusunan Instrumen Validasi Instrumen Revisi TAHAP 3 VALIDASI PRODUK Instrumen Revisi Produk Validasi Ahli Analisis Data Kuatitatif Kualitatif TAHAP 2 PEMBUATAN PRODUK Penilaian Identitas, Tema, Subtema, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran Penulisan, Indikator, Tujuan Analisis KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran Analisis Konteks Siswa Mengembangkan Materi Mengembangkan Proses Pembelajaran TAHAP 5 UJI COBA TERBATAS Pretest Posttest Uji Coba Lapangan Terbatas Pembelajaran Menggunakan Gambar 3.3 menjelaskan 5 tahapan penelitian dan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis permainan anak yang meliputi : Tahap pertama adalah tahap pendahuluan yang merupakan hasil modifikasi dari Sugiyono 2014 dan BorgGall dalam Sanjaya: 2013 pada pengumpulan data awal. Pada tahap ini, peneliti menemukan adanya potensi masalah terkait dengan implementasi kurikulum 2013 melalui studi literatur. Potensi masalah ditemukan dari guru sekolah dasar mengenai belum optimalnya implementasi Kurikulum 2013. Langkah selanjutnya yaitu peneliti menganalisis potensi dan masalah yang ditemukan pada studi literatur koran serta beberapa sumber. Setelah menganalisis potensi dan masalah, peneliti melakukan pengumpulan data awal yang sudah ditemukan dari Koran, data lapangan, dan analisis kebutuhan selanjutnya peneliti dapat menyusun deskripsi dari awal masalah yang ditemukan. Setelah penyusunan deskripsi awal, peneliti menyusun instrumen kemudian divalidasikan kepada ahli. Instrumen yang sudah divalidasi kemudian direvisi. Tahap revisi selesai dan instrumen siap digunakan. Tahap kedua adalah pembuatan produk berdasarkan temuan awal yang telah diperoleh. Tahap ini menggunakan langkah dari BorgGall dalam Sanjaya: 2013 yaitu perencanaan dan pengembangan draf produk. Produk yang disusun berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian yang akan diakomodasikan dengan permainan anak. Selanjutnya peneliti menganalisis kompetensi dasar kemudian melakukan analisis kebutuhan siswa. Hasil analisis dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator setra tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Materi, kegiatan pembelajaran serta penilaian disusun berdasarkan indikator yang telah dianalisis. Tahap Ketiga adalah validasi produk yang diambil dari Sugiyono 2014. Pada tahap ketiga ini, dilakukan validasi produk yang berupa RPPH berbasis permainan anak oleh 12 ahli yang berkomperen dimasing-masing bidangnya. Validasi dilakukan dengan tujuan peneliti dapat mengetahui nilai serta komentar kelebihan dan kekurangan dari ahli mengenai produk yang telah dibuat. Hasil validasi berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dan kualitatif dianalisis untuk mengetahui kualitas dan kelayakan produk untuk diuji cobakan. Hasil analisis data dijadikan dasar dalam melakukan revisi produk. Tahap keempat adalah pengembangan instrumen untuk digunakan dalam uji coba terbatas yang merupakan tambahan dari peneliti. Instrumen yang disusun meliputi kuesioner siswa, wawancara kepada guru, serta soal tes. Instrumen yang sudah disusun kemudian divalidasi oleh ahli. Validasi dari ahli yang berupa tanggapan dijadikan dasar perbaikanrevisi untuk mendapatkan instrumen yang terstandar sehingga dapat digunakan. Instrumen selanjutnya yaitu penilaian RPP dan observasi pembelajaran di kelas yang sudah terstandar dan tidak memerlukan validasi. Uji coba terbatas dalam penelitian ini menggunakan instrument yang sudah terstandar dan belum terstandar dari buku materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014 Kemendikbud: 2014. Tahap kelima adalah uji coba terbatas yang menggunakan langkah dari Sugiyono 2014 dan BorgGall dalam Sanjaya: 2013. Tahap ini dilakukan apabila produk RPPH telah selesai direvisi dan seluruh instrumen uji coba terbatas siap digunakan berdasarkan hasil validasi dan revisi. Tahap uji coba terbatas ini diawali dengan pemberian soal pretest terlebih dahulu untuk mengukur keadaan awal siswa dan diakhiri dengan posttest sehingga dapat diketahui perbedaannya setelah penerapan permainan anak dalam pembelajaran. Peneliti juga memberikan kuesioner tanggapan siswa dan melakukan wawancara dengan guru terkait pelaksanaan ujicoba terbatas. Uji coba terbatas dilakukan pada 5 siswa kelas I SDN J.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah:

3.4.1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya Sugiyono: 2014. Penelitian ini menggunakan jenis kuesioner tertutup. Sugiyono 2014 mengatakan bahwa kuesioner tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya singkat dan responden dapat memilih salah satu pilihan jawaban dari setiap pertanyaan yang ada. Kuesioner dalam tahap pendahuluan digunakan untuk menilai RPP dan silabus guru ketika mengajar. Kuesioner dalam tahap penyusunan produk, digunakan untuk menilai RPPH yang disusun peneliti melalui validasi oleh para ahli. Kuesioner dalam tahap uji coba terbatas digunakan untuk mengetahui pendapat siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi permainan anak.

3.4.2. Observasi

Pengamatan merupakan “kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera” Arikunto: 2005. Penelitian ini menggunakan 2 jenis observasi, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi digunakan dalam tahap pendahuluan. Observasi terstruktur yaitu observasi mengenai apa yang diamati, waktu dan tempatnya secara runtut dan baik Sugiyono: 2014. Bentuk observasi yang dibuat adalah check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda cekcentang pada kolom jawaban yang tersedia Trianto: 2010. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru kelas I. Observasi dilakukan dengan kisi-kisi. Kisi-kisi observasi menggunakan pedoman dari kemendikbud. Pada pelaksanaan pembelajaran, peneliti mengamati cara mengajar guru, metode yang digunakan dan penilaian pembelajaran. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan dalam kelas dan diluar kelas sesuai dengan tempat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut dilakukan mulai dari kegiatan pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, hingga penutup. Aspek yang diamati pada kegiatan inti pembelajaran yaitu meliputi penguasaan materi pembelajaran, pendekatan srategi pembelajaran yang digunakan, pemanfaatan media pembelajaransumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, kemampuan khusus pembelajaran di SD, penilaian proses dan hasil belajar dan pengunaan bahasa. Observasi yang kedua yaitu tidak terstruktur yang digunakan dalam tahap uji coba terbatas. Observasi tidak terstruktur merupakan observasi yang tidak sistematis mengenai apa yang akan diamati Sugiyono: 2014.

3.4.3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu Sugiyono: 2014. Wawancara digunakan untuk tiga tahap penelitian. Pertama, tahap pendahulan untuk analisis kebutuhan siswa dan guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik siswa terkait dengan kurikulum 2013. Kedua, tahap pengembangan dengan focus group discussions , dan ketiga, tahap uji coba terbatas untuk mengetahui pendapat siswa. Penelitian ini menggunakan dua jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan–pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas dan pedoman yang digunakan tidak tersusun secara sistematis dan lengkap Sugiyono: 2013. Pedoman yang digunakan berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti juga menggunakan Focus Group Discussion FGD untuk mendiskusikan temuan serta langkah penelitian. Focus group discussion menurut Patton “A focus group interview is an interview with a small group of people or a specific topic. Group are typically 6 to 10 people with similar backgrounds who participated in interview for one to two hours. Focus group interviewing was