untuk merencanakan pembelajaran Majid: 2009. Trianto dalam Prastowo 2014 mengatakan bahwa bahan ajar yang sudah dikumpulkan perlu dipilah untuk
dikelompokkan kemudian disusun ke dalam indikator. Kurikulum 2013 mempunyai rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya terdapat bahan
ajar. Bahan ajar kurikulum 2013 disebut bahan ajar tematik. Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang memadukan berbagai disiplin ilmu ilmu alam, sehingga
pembelajaran tematik ini memerlukan bahan ajar yang lengkap dan komprehensif. Prastowo: 2014. Bahan ajar dapat disimpulkan sebagai materi yang disusun
secara terstruktur dan dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran. bahan ajar memiliki karakteristik. Prastowo 2014 mengatakan bahwa terdapat 4
karakteristik yang harus ada dalam bahan ajar tematik meliputi : Pertama,
Aktif. Bahan ajar harus memuat materi yang dapat membatu siswa lebih aktif pada fisik, mental, intelektual serta emosional dengan
mempertimbangkan minat, kemampuan dan motivasi belajar. Kedua, Menarik dan menyenangkan. Bahan ajar harus mampu membuat siswa tertarik untuk belajar
namun tidak mengurangu bobok materi yang ada. Ketiga, Holistik. Bahan ajar sbisa mungkin membantu siswa memahami suatu fenomena. Keempat, Autentik.
Bahan ajar yang dibuat harus mengacu pada pengalaman langsung yang sesuai dengan kenyataan.
2.1.9.4. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa selalu ada dalam kegiatan pembelajaran. guru wajib membuat LKS untuk melihat perkembangan yang dialami siswanya. LKS bersifat
teoritis dan
praktis yang
mengacu pada
pencapaian kompetensi
serta
penggunaannya tergantung pada bahan ajar lain yang digunakan. Prastowo: 2014. LKS mempunyai fungsi yaitu dapat membantu siswa dalam memahami
materi. Prastowo 2014 juga mengatakan bahwa LKS mempunyai fungsi yang meliputi: 1 LKS dapat mengaktifkan siswa; 2 LKS membantu memudahkan
siswa dalam memahami materi pembelajaran; 3 LKS berfungsi untuk melatih kemampuan siswa; serta 4 LKS dapat mempermudah penyampaian materi
kepada siswa. Lembar Kerja Siswa dapat diartikan sebagai materi ajar berbentuk lembaran kertas yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan siswa.
2.1.10. Pendidikan Karakter
Akbar 2013 mengatakan bahwa penyusunan RPP harus mengacu pada pendidikan karakter dan mempraktikkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Karakter adalah nilai-nilai universal tingkah laku manusia meliputi aktivitas kehidupan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat Suyadi: 2013. Karakter adalah watak dan sifat seseorang yang menjadi dasar
perbedaan dirinya dengan orang lain cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak Wibowo: 2013. Penyusunan RPP kurikulum 2013 menuntut guru
untuk menyeimbangkan pengetahuan dengan karakter masing-masing siswa. Pendidikan karakter adalah upaya terencana dalam mengetahui kebaikan,
mencintainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Suyadi: 2013. Pendidikan karakter merupakan pemberian tuntunnan kepada siswa agar menjadi
manusia yang baik menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa SamaniHariyanto: 2012.
Lisyarti 2012 mengatakan bahawa pendidikan karakter memiliki nilai- nilai yang meliputi : religious, jujur, toleransi, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, bersosialisasi serta tanggung jawab. Pendidikan
karakter dapat disimpulkan menjadi sebuah pendidikan yang menekankan kebaikan dalam sikap dan juga tindakan.
2.1.11. Permaianan anak
Permainan anak
dalam kegiatan
pembelajaran dapat
memberikan kesenangan sehingga anak tertarik untuk belajar. Belajar sambil bermain dapat
membantu anak mengatasi kebosanan yang terjadi. Vygotsky meyakini bahwa permainan adalah sebuah setting yang baik bagi perkembangan kognitif anak,
khususnya pada aspek-aspek simbolis serta khayalan. Contoh aspek simbolis serta khayalan adalah anak menirukan sesuatu yang dilihatnya sesuai dengan apa yang
dipikirkannya Choirun Nisak Aulina: 2012. Permainan anak dapat dijadikan
sebagai asset budaya yang berharga dalam pembentukan identitas budaya masyarakat maupun bangsa Dharmamulya: 2005.
Permainan anak dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan dan sarana hiburan yang dilakukan anak secara individu atau kelompok guna mendapatkan
kesenangan. Permainan anak penting di aplikasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan aktivitas yang
nyata melalui bermain. Melalui bermain anak akan mendapatkan perkembangan fisik dan keterampilan sosial yang baik.