Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
pelajaran bahasa Indonesia, matematika, PPKn, SBDP serta PJOK. Kedua, pendekatan saintifik yaitu suatu pendekatan yang bagian proses pembelajarannya
terdapat proses ilmiah. Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengomunikasikan. Ketiga,
selain siswa dapat berperan aktif dan merasakan kegembiraan dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga dibekali pendidikan karakter. Setiap guru wajib
mendidik perilaku peserta didiknya agar dapat menjadi pribadi yang baik dan berkualitas bukan hanya sebatas memberikan pengetahuan saja. Implementasi
kurikulum 2013 memasukkan pendidikan karakter ke dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum Mulyasa: 2013.
Pendidikan karakter dapat membantu siswa dalam membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Pendidikan karakter adalah upaya terencana dalam mengetahui
kebaikan, mencintainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Suyadi: 2013. Pendidikan karakter dapat membantu perkembangan jiwa anak baik lahir
maupun batin agar menjadi lebih baik dan mempunyai nilai-nilai budaya bangsa Mulyasa: 2013. Nilai-nilai budaya perlu dikedepankan agar tidak ditinggalkan
Wibowo: 2013. Cara yang tepat untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan karakter dalam implementasi
kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 banyak menimbulkan masalahkendala yang
beragam. Reni menjelaskan bahwa “rencana perubahan kurikulum sekolah untuk 2013 nanti merupakan langkah yang tergesa-gesa sehingga guru harus
dipersiapkan dengan benar” Kompas, 22 November 2012. Guru masih dalam
tahap memahami kurikulum KTSP dan belum memahami kurikulum 2013. “RPP kurikulum lama belum selesai pembahasannya, akan tetapi saat ini sudah berganti
dengan RPP kurikulum 2013 Kompasiana, 19 September 2014. Banyak guru yang mengajar tanpa rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran seharusnya wajib dibuat oleh seluruh guru yang akan mengajar. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Guru harus
memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan pembelajaran yang menarik agar siswa semangat dalam belajar serta terlibat aktif sehingga
pembelajaran menjadi efektif. Guru adalah salah satu komponen penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru
bukan hanya bertugas untuk memberikan suatu pembelajaran tetapi guru juga harus mempunyai kreativitas yang tinggi agar anak antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Kreativitas guru juga akan mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak terasa membosankan. Guru adalah seseorang
yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran Susanto: 2013. Kreativitas guru merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi
kurikulum 2013 Mulyasa: 2013. Mulyasa 2013 juga mengatakan bahwa “Tugas guru tidak hanya sebatas menyampaikan suatu informasi kepada peserta
didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar facilitate learning
kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka”.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas I pada lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Alasan wawancara dilakukan pada guru kelas I
karena pada saat melakukan kegiatan PPL, sebagian guru kelas I banyak bertanya kepada peneliti mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran harian kurikulum
2013. Pemilihan lima sekolah diperoleh dari hasil dari Focus Group Disscussion yang
meliputi SDN J, SDN N, SDK G, SDK BJB dan SDN SB yang telah menerapkan kurikulum 2013. Hasil wawancara di lapangan menunjukkan masih
ada masalah kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan kurikulum 2013. Hasil identifikasi lapangan dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Masalah Guru Kelas I terkait implementasi kurikulum 2013
SD N J SD N N
SD K G SD K BJB
SD N SB
Guru kelas I belum
bisa membuat
RPPH kurikulum
2013, masih terpaku
dengan RPPH KTSP
Guru kelas I meminta
untuk dibuatkan
RPPH kepada
mahasiswa Keterlambatan
distribusi buku panduan
dan minimnya sosialisasi
tentang K13. Guru kelas I
mengalami kesulitan
dalam menyusun
rubrik penilaian
RPPH Guru kelas I
tidak bisa membuat
RPPH untuk mengajar
Tabel 1.1. menjelaskan bahwa terdapat masalah yang dialami oleh guru dalam penerapan kurikulum 2013. Masalah tersebut adalah guru kelas I pada lima
sekolah dasar di Yogyakarta masih mengalami berbagai kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013 terutama pada penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran harian. Guru masih kesulitan dalam hal menyusun penilaian dan masih terpaku pada KTSP yang berbasis pelajaran terpisah. Masalah yang lain
yaitu keterlambatan buku pegangan guru dan siswa sehingga membuat guru kesulitan dalam menyusun RPPH. Faktor utama dalam penyusunan RPPH adalah
kompetensi yang diharapkan dan materi yang akan diajarkan. Kesulitan guru dalam menyusun RPPH akan berdampak pada pembelajaran yang akan di terima
oleh siswa, maka dari itu penyusunan RPPH penting untuk dipahami guru dan diaplikasikan untuk siswa. Proses pembelajaran akan berjalan lancar dan tertata
apabila ada rencana pembelajaran. Rencana Pembelajaran adalah hal yang penting karena di dalamnya memuat berbagai kegiatan meliputi memilih, menetapkan
serta mengembangkan metode guna mencapai hasil pengajaran yang diinginkan dan mengacu pada kondisi pembelajaran yang dilakukan HusamahYanuar:
2013. Guru juga belum menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa.
Kurikulum 2013 memberikan banyak tuntutan bagi guru tetapi juga mengurangi beban para guru. Tuntutan dan pengurangan beban saling
berkesinambungan. Tuntutan guru yaitu harus membantu siswa agar aktif dalam pembelajaran serta merencanakan pembelajaran yang menarik. Guru harus
membuat siswa lebih aktif. Guru tidak hanya mencatat dan menerangkan, tetapi harus membuat sekolah nyaman, kata Sumarna Kompas, Kamis, 6 Maret 2014.
Beban guru yang berkurang
yaitu materi untuk membuat perencanaan pembelajaran guru sudah disiapkan pemerintah. Guru tidak perlu menjabarkan
kompetensi dasar ke dalam indikator, guru juga tidak perlu membuat silabus, guru cukup membuat rencana pembelajaran berdasarkan buku guru dan buku siswa
yang semuanya sudah disiapkan oleh pemerintah Mulyasa: 2013. Berbagai kemudahan sudah diberikan pemerintah untuk para guru di Indonesia. Guru
diharapkan mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan memanfaatkan
berbagai kemudahan yang sudah diberikan oleh pemerintah. Guru harus kreatif dalam mendesain model pembelajaran agar dapat membuat siswa menjadi aktif
dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, siswa dapat memahami materi dan dapat mencapai pembelajaran yang bermakna Susanto: 2013.
Permasalahan bukan hanya muncul dari guru namun juga terdapat dari siswa kelas I. Masalah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara siswa pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Analisis Kebutuhan Siswa kelas I dalam pembelajaran
Siswa kelas I SD N J
Siswa kelas I SD N N
Siswa kelas I SD K G
Siswa kelas I SD K BJB
Siswa kelas I SD N SB
Mengalami kebosanan
ketika pembelajaran
di kelas Ingin
bermain dengan
teman Tidak
konsentrasi ketika
pembelajaran karena
banyak teman yang
mengganggu Ingin belajar
sambil bermain
Mengalami kebingungan
ketika pembelajaran
di kelas
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa siswa mempunyai permasalahan ketika pembelajaran di kelas yaitu mengalami kebosanan, kebingungan, dan kurang
konsentrasi. Permasalahan siswa tersebut dapat diatasi dengan memberikan metode permainan sejalan dengan keinginan dari wawancara siswa yang
menunjukkan bahwa siswa ingin bermain dengan teman dan belajar sambil bermain. Siswa sekolah dasar sedang memasuki fase senang bermain, senang
bergerak, senang bekerjasama dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung Desmita: 2009. Anak dapat bermain dengan
melakukan suatu permainan. Lebih lanjut Semiawan 2002 berpendapat bahwa permainan merupakan alat bagi anak untuk menemukan apa yang belum diketahui
dan melakukan apa yang belum dapat dilakukan sehingga anak belajar
menjelajahi dunianya sendiri. Permainan dapat dijadikan sebagai wahana anak belajar berinteraksi dengan sesama. Permainan akan membantu siswa untuk
belajar menemukan apa yang diperoleh dari pengalamannya sendiri dalam lingkungannya, maka permainan merupakan cara yang tepat untuk diakomodasi
dalam penyusunan RPPH. Kesimpulan dari kebutuhan siswa tersebut dapat dijadikan pengembangan dari permasalahan guru untuk menyusun RPPH berbasis
permainan anak. Permasalahan yang ditemukan menunjukkan bahwa kebutuhan akan permainan diharapkan oleh siswa, sedangkan kebutuhan akan penyusunan
RPPH diharapkan oleh guru. Guru dan siswa membutuhkan RPPH berbasis permainan anak sesuai
kebutuhan dari siswa. RPPH adalah rencana pembelajaran dari suatu tema tertentu yang dikembangkan lebih rinci dan mengacu pada silabus Permendikbud: 2013.
Akbar 2013 mengatakan bahwa RPPH memiliki kriteria yang tinggi meliputi rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, dan logis, deskripsi materi
harus jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, pengelompokkan cakupan materinya jelas, sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa, materi, dan
lingkungan. Skenario pembelajaran awal, akhir inti harus rinci dan lengkap, langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan, teknik pembelajaran ada dalam
langkah pembelajaran. RPPH yang bernilai tinggi yaitu dikembangkan secara rinci dan lengkap serta sesuai dengan pedoman yang digunakan oleh guru.
Uraian masalah yang diungkapkan peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa hal krusial yang dibutuhkan guru dan siswa adalah RPPH berbasis permainan
anak. Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH Berbasis Permainan Anak Kelas I SD pada Subtema “Kegiatan Siang Hari”.”