Pengembangan Produk Prosedur Penyusunan RPPH Berbasis Permainan Anak Kelas I SD

Tabel 4.10 menunjukkan tentang penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian berbasis permainan anak yang dilakukan dalam Focus Group Disscusion. Subtema “Kegiatan siang Hari” terdiri dari 6 pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua penggalan. Alokasi waktu untuk satu pertemuan yaitu 5X35 menit. Setelah menentukan alokasi waktu, peneliti mengidentifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar pada subtema tersebut untuk menemukan indikator. Kemudian dari indikator tersebut, peneliti melakukan dapat menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan memperhatikan kelengkapan A, B, C, D Audience, Behaviour, Condition, Degree. Penyusunan RPPH mengikuti petunjuk dari buku panduan PLPG untuk sertifikasi guru tahun 2014. Langkah berikutnya peneliti mencari jenis permainan yang cocok dan dapat diterapkan ke dalam materi pembelajaran. Peneliti menggunakan 3 jenis permainan yaitu “Mencari Pasangan”, “Engklek”, serta “Pasaran” dan dimasukkan dalam pertemuan 1, 2, dan 5. Peneliti mengembangan desain produk RPPH ini dengan memperhatikan beberapa hal yang meliputi : 1. Mengakomodasikan permainan anak Permainan anak dipilih karena anak senang belajar sambil bermain. Bermain dapat mengembangkan kemampuan anak. Dockett dan Fleer dalam Yuliani 2009 berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain anak mendapatkan pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Peneliti menggunakan 3 jenis permainan dalam menjelaskan subtema “Kegiatan Siang Hari” yaitu permainan “Mencari Pasangan”, “Engklek”, dan “Pasaran” yang dimasukkan dalam pertemuan 1,2 dan 5. Permainan tersebut dipilih Karena sesuai dengan indikator yang terdapat dalam subtema “Kegiatan Siang Hari”. “Mencari pasangan ” digunakan untuk membedakan perilaku tertib dan perilaku tidak tertib, “engklek” digunakan untuk mengetahui bangun-bangun ruang, serta “pasaran” digunakan untuk mengetahui menu empat lima sempurna. 2. Menggunakan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 menganut pendekatan saintifik berupa 5 pengalaman pokok belajar yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan Kemendikbud: 2014. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian yang dibuat oleh peneliti sudah memuat 5 pengalaman pokok belajar. 3. Menggunakan pendekatan tematik terpadu Pendekatan tematik terpadu merupakan pendekatan yang memadukan beberapa materi dalam satu tema pembelajaran serta dapat membantu siswa belajar dengan aktif. Pendekatan tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran dan memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep dari proses pembelajaran secara aktif Trianto: 2011. Lebih lanjut Mulyoto 2013 menyatakan bahwa pendekatan tematik dapat mengembangkan kreatifitas siswa karena anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. 4. Menggunakan model Discovery Learning Model discovery learning adalah proses pembelajaran yang tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk akhir, namun siswa dapat mengorganisasi sendiri pembelajaran tersebut dengan melakukan berbagai kegiatan meliputi mengkategorikan, menganalisis serta membuat kesimpulan Kemedikbud: 2014. 5. Menggunakan Model Cooperatif Learning Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengembangkan interaksi sosial dalam kelompok secara langsung demi menghindari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yang meliputi menciptakan suasana yang mendorong, mengembangkan interaksi untuk bertatap muka, penguasaan konsep setiap siswa, keterampilan menjalin hubungan antar sesama Sugiyanto: 2010. 6. Mengintegrasikan pendidikan karakter Akbar 2013 mengatakan bahwa penyusunan RPP harus mengacu pada pendidikan karakter dan mempraktikkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Karakter adalah nilai-nilai universal tingkah laku manusia meliputi aktivitas kehidupan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat Suyadi: 2013. Karakter adalah watak dan sifat seseorang yang menjadi dasar perbedaan dirinya dengan orang lain cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak Wibowo: 2013. Penyusunan RPP kurikulum 2013 menuntut guru untuk menyeimbangkan pengetahuan dengan karakter masing-masing siswa. Pendidikan karakter adalah upaya terencana dalam mengetahui kebaikan, mencintainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Suyadi: 2013. Pedidikan karakter merupakan pemberian tuntunnan kepada siswa agar menjadi manusia yang baik menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa SamaniHariyanto: 2012. Lisyarti 2012 mengatakan bahawa pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang meliputi : religious, jujur, toleransi, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, bersosialisasi serta tanggung jawab. 7. Menggunakan penilaian Autentik Penilaian dalam kurikulum 2013 meliputi penilaian hasil dan proses yang biasa disebut penilaian autentik. Maksud dari penilaian autentik yaitu selain menilai hasil yang dicapai siswa, proses dalam mengikuti kegiatan pembelajaran juga dinilai. Penilaian autentik merupakan kegiatan penilaian pada siswa yang berfokus pada nilai hasil dan nilai proses dengan menggunakan tabel penilaian sesuai kompetensi yang akan dicapai Kunandar: 2014. Penilaian autentik memandang penilaian dan proses pembelajaran adalah dua hal yang selalu berkaitan Kemendikbud: 2014. Kemendikbud 2014 juga menyatakan bahwa penilaian autentik mempunyai tujuan yaitu memberikan prestasi bukan hanya pada hasil akan tetapi pada proses yang dijalani. Ada tiga jenis penilaian autentik yaitu 1 penilaian sikap meliputi observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal catatan guru; 2 penilaian pengetahuan berupa tes tertulis, tes lisan, dan penugasan; 3 Penilaian keterampilan berupa penilaian kinerja, proyek, dan portofolio Kemendikbud: 2014.

4.1.2.2.2. Revisi Produk

Revisi desain dilakukan dengan melihat penilaian ahli secara kuantitatif dan kualitatif. Rata-rata jumlah nilai yang diperoleh dari masing- masing ahli yaitu di atas 90. Pembelajaran 1,2,3,4,5 dan 6 berada para peringkat “Amat Baik”. Secara kuantitatif, peneliti tidak perlu melakukan revisi. Secara kualitatif, peneliti melakukan revisi yang didapakan dari komentar dan saran yang diperoleh dari para ahli validasi RPPH. Peneliti melakukan revisi sesuai dengan komentar dan saran yang didapatkan. Secara garis besar, revisi dilakukan pada penilaian, penulisan kata, alokasi waktu, indikator dan tujuan serta memperjelas kegiatan saintifik.

4.1.2.3. Kualitas Penyusunan RPPH Berbasis Permainan Anak Kelas I SD

pada Subtema Kegiatan Siang Hari Kualitas produk RPPH diperoleh dari validasi produk oleh 12 ahli meliputi pakar Kurikulum, pakar pembelajaran tematik, pakar permainan anak, pakar bidang studi Bahasa Indonesia, Matematika, PPKn, IPS, IPA, PJOK, dan SBdP, serta kepala sekolah dan guru. Validasi mengahsilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari skor yang diperoleh dan data kualitatif diperoleh melalui komentar atau masukan dari para ahli. Bagian ini akan menjelaskan kualitas produk RPPH berdasarkan validasi produk , hasil validasi ahli, dan revisi produk.

4.1.2.3.1. Validasi Produk

Validasi produk dilakukan sebelum produk digunakan untuk uji coba terbatas. validasi dilakukan oleh pakar atau tenaga ahli yang berkompeten dibidangnya untuk menilai produk yang dirancang oleh peneliti. Validasi dilakukan oleh 12 pakar yang meliputi pakar bidang studi bahasa Indonesia, Matematika, SBdP, PPKn, IPA, IPS, PJOK, pakar kurikulum, pakar pembelaran, pakar permainan anak, kepala sekolah dan guru. Penilaian validasi berupa kuesioner yang diambil dari BPSDM Badan Pengembangan Sumber Daya Pendidikan Manusia. Kuesioner tersebut menunjukkan penskoran secara kuantitatif dan kualitatif. Nilai kuantitatif diperoleh dari perolehan nilai dan kualitatif diperoleh dari komentar dan saran ahli. Jumlah skor maksimal yang diperoleh peneliti adalah 90. Rumus perhitungan penilaian RPPH dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Rumus Skor Penilaian RPPH Hasil penskoran yang telah dilakuakn kemudian dikelompokkan kedalam beberapa kriteria untuk mengetahui tingkat kualitas produk yang dihasilkan. Kriteria penilaian diambil dari instrument penilaian RPPH oleh Kemendikbud tahun 2014. Kriteria penilaian dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Kriteria Penilaian Peringkat RPPH PERINGKAT NILAI Amat Baik AB 90AB100 BaikB 80B ≤90 Cukup C 70C ≤80 Kurang K ≤70 Sumber: Kemendikbud 2014 Nilai = X 100 Validasi produk dilakukan dengan 12 ahli dengan tujuan mengetahui kelayakan dan kualitas produk sebelum di uji cobakan. RPPH dalam satu pertemuan akan direvisi jika perolehan rerata keseluruhan dari para ahli ≤90. Ahli juga memberikan komentar dan saran secara langsung maupun dalam bentuk tulisan dalam memvalidasi produk. Revisi juga dilakukan dari hasil komentar dan saran dalam penilaiannya. Rekapitulasi penilaian para ahli secara kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada tabel 4.12 - 4.23.