Kegiatan Menjual Rugi KEGIATAN YANG DILARANG DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

yang saling menyesuaikan conspiracy is an agreement which has consequence of concerted action. 175 Namun demikian ada juga yang menyamakan istilah persekongkolan conspiracykonspirasi dengan istilah Collusion kolusi, yakni sebagai : “A secret agreement between two or more people for deceiful or produlent purpose “. Artinya, bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjanjian rahasia yang dibuat oleh 2 dua orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan yang sama artinya dengan konspirasi dan cenderung berkonotasi negatifburuk. 176 Secara yuridis pengertian persekongkolan usaha atau conspiracy ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999, yakni “sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol“. Bentuk kegiatan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan adanya perjanjian, tetapi bisa dalam bentuk kegiatan lain yang tidak mungkin diwujudkan dalam suatu perjanjian. Terdapat 3 tiga bentuk kegiatan persekongkolan yang dilarang oleh UU No. 5 Tahun 1999, yaitu persekongkolan tender Pasal 22, persekongkolan untuk membocorkan rahasia dagang Pasal 23, serta persekongkolan untuk menghambat perdagangan Pasal 24. Untuk itulah, maka di bawah ini akan diuraikan satu- persatu berbagai kegiatan persekongkolan yang secara per se illegal dan rule of reason dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999.

a. Persekongkolan Tender Pasal 22

Penjelasan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan, bahwa tender merupakan tawaran untuk mengajukan harga, untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Kegiatan bersekongkol menentukan pemenang tender jelas merupakan perbuatan curang, karena pada dasarnya tender dan pemenangnya tidak diatur dan bersifat rahasia. 177 Dalam hukum persaingan usaha salah satu hal yang menjadi obyek persekongkolan adalah masalah tender, dimana pengertian tender atau lelang dapat diketemukan dalam berbagai sumber: 1. Berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang mencabut Keppres No. 18 Tahun 175 Knud Hansen, op.cit. pp.323-324. 176 Elyta Ras Ginting, op.cit. p.72. 177 Walaupun ada tender yang dilakukan secara terbuka. Ayudha D. Prayoga, et al. ed. Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengatur di Indonesia, Jakarta: Proyek ELIPS, 2000 p.122 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barangjasa Instansi Pemerintah, tender atau pengadaan barangjasa adalah kegiatan pengadaan barangjasa yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barangjasa. 178 2. Tender to put out contract adalah memborongkan pekerjaanmenyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan. 179 3. Dalam Memori Penjelasan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, tender adalah tawaran mengajukan sebuah harga untuk memborong suatu pekerjaan, maupun untuk pengadaan barang-barang atau untuk menyediakan jasa- jasa tertentu. Berdasar pada pengertian tersebut, maka cakupan tawaran pengajuan harga dalam tender meliputi: 1 memborongmelaksanakan suatu pekerjaan tertentu, 2 pengadaan barang dan atau jasa, 3 membeli barang dan atau jasa, serta 4 menjual barang dan atau jasa. 4. Dalam praktek pengertian tender sama dengan pengertian “lelang” yang secara tidak langsung telah disebutkan dalam Keppres No. 80 tahun 2003, misalnya dalam metode pemilihan penyedia barangjasa, dapat dilakukan dengan cara pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Dalam Keppres tersebut yang dimaksud dengan, pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas, dunia usaha yang dan memenuhi kualiikasi dapat mengikuti lelang tersebut. Sedangkan pelelangan terbatas adalah metoda pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barangjasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barangjasa lainnya yang memenuhi kualiikasi. Jika pengertian tender atau lelang dari berbagai sumber ini disimpulkan, maka tender itu sendiri mempunyai cakupan yang lebih luas, karena tender merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas penawaran mengajukan harga untuk : memborong 178 Yang dimaksud dengan pelaksanaan pengadaan barangjasa secara swakelola adalah, bahwa pengadaan dilaksanakan sendiri secara langsung oleh instansi penanggung jawab anggaran, institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggung jawab anggaran, misalnya perguruan tinggi Negara atau lembaga penelitian ilmiah pemerintah serta kelompok masyarakat penerima hibah dari penanggung jawab anggaran. Penjelasan Pasal 1 angka 1 Keppres No. 80 Tahun 2003. 179 Christopher Pass, et.al. Collins Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi Kedua Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997 p. 54. Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Jakarta: KPPU RI, 2007 p.9. atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakanmenyediakan barang-barang danatau jasa, membeli barang dan atau jasa, menjual barang danatau jasa. menyediakan kebutuhan barang danatau jasa secara seimbang dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi, berdasarkan peraturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak terkait. 180 Dalam pelaksanaan penawaran tender, tujuan utama yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan yang seimbang bagi semua penawar, sehingga menghasilkan harga yang paling murah dengan outputkeluaran yang optimal dan berhasil guna. Diakui, bahwa harga murah bukanlah semata-mata ukuran untuk menentukan kemenangan dalam pengadaan barang danjasa. Melalui mekanisme penawaran tender sedapat mungkin dihindarkan kesempatan untuk melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar dengan panitia penyelenggara lelang. Dalam Pasal 3 Keppres No. 80 Tahun 2003 yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah disebutkan pula, bahwa dalam rangka pengadaan barangjasa wajib diterapkan berbagai prinsip, antara lain Eisiensi, Efektif, Terbuka dan bersaing, Transparan, Adiltidak diskriminatif, serta Akuntabel. Suasana bersaing secara sehat harus diciptakan, dan suasana seperti ini harus mulai nampak dalam proses tender, prosedur tender yang kompetitif, terbuka dan tidak terbatas untuk memberikan peluang sebesar mungkin bagi para peserta yang berkeinginanberminat mengikuti kegiatan pengadaantender. Oleh karena itu panitia pengadaan diwajibkan untuk menyebarluaskan informasi pengadaan barangjasa secara terbuka dalam proses pengadaan. Publikasi adanya kegiatan pengadaan barangjasa secara terbuka oleh panitia ini meliputi publikasi pengumuman mengenai tanggal batas akhir, syarat-syarat serta ketentuan kontrak beserta spesiikasi teknis dan prosedur secara terinci. Baik UNCITRAL maupun Bank Dunia juga mensyaratkan prinsip transparansi dan non diskriminatif dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa. Kedua prinsip tersebut wajib diterapkan pada setiap kegiatan pengadaan barangjasa. Prinsip transparansi merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pengadaan barangjasa, dan oleh karenanya prinsip transparansi ini kemudian dijadikan pedomanlandasan dalam menjabarkan setiap aturan serta prosedur pengadaan. Bank Dunia pun juga melihat, bahwa pentingnya prinsip transparansi tersebut diterapkan dalam proses pengadaan, guna menekan ineisiensi serta ketidak efektifan setiap proses pengadaan untuk mendapatkan kualitas serta kuantitas barang danjasa yang sesuai dengan jumlah uangdana yang dibelanjakan. 181 180 Berdasarkan pengertian pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, pengertian tender mencakup pengertian- pengertian tersebut, yakni tawaran mengajukan harga untuk membeli atau mendapatkan barang dan atau jasa, atau menyediakan barang dan atau jasa, atau melaksanakan suatu pekerjaan. 181 Ayudha D.Prayoga, et.all. op.cit. pp. 102,104.