II.2.1.c. Pasar Monopolistik 34
II.2.1.d. Pasar Oligopoli 35
II.2.2. Kebijakan Persaingan
36 II.2.2.a. Eisiensi Ekonomi
36 II.2.2.b. Kebijakan Persaingan dan Intervensi Pemerintah
38 II.3.
Paradigma Dalam Organisasi Industri 40
II.3.1. Paradigma Harvard
42 II.3.2.
Paradigma Chicago 43
II.4. Perilaku Strategis Penentuan Harga
46 II.4.1.
Predatory Pricing Menjual Rugi 46
II.4.2. Price Discrimination Diskriminasi Harga
48 II.5.
Relevant Market Pasar Bersangkutan 50
II.5.1. Pasar Menurut Produk
50 II.5.2. Pasar Menurut Geograis
54 Bab III
Penerapan Pendekatan “Per Se Illegal” dan “Rule of Reason” dalam
Hukum Persaingan 55
III.1. Pendekatan
“Per Se Illegal” dan Penerapannya 56
III.2. Pendekatan
“Rule of Reason” dan Penerapannya 66
III.3. Penerapan
“Per Se Illegal” atau “Rule of Reason” secara alternatif 80 Bab IV
Perjanjian Yang Dilarang [Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999] 85 IV.1.
Perjanjian Yang Dilarang 85
IV.1.1. Oligopoli 87
IV.1.2. Penetapan Harga 90
IV.1.2.a. Perjanjian Penetapan Harga Price Fixing Agreement
91 IV.1.2.b. Perjanjian Diskriminasi Harga
Price Discrimination Agreement 93
IV.1.2.c. Harga Pemangsa atau Jual Rugi Predatory Pricing
95 IV.1.2.d. Penetapan Harga Jual Kembali
Resale Price Maintenance 98
IV.1.3. Pembagian Wilayah Market Division
100 IV.1.4. Pemboikotan
Group Boycott 103
IV.1.5. Kartel 106
IV.1.6. Trust
109 IV.1.7. Oligopsoni
110 IV.1.8. Integrasi Vertikal
113 IV.1.9. Perjanjian Tertutup
118 IV.1.10. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri
124 Bab V
Kegiatan Yang Dilarang [Dalam Hukum Persaingan Usaha] 127
V.1. Monopoli
127 V.2.
Monopsoni 136
V.3. Penguasaan Pasar
138
V.4. Kegiatan Menjual Rugi
Predatory Pricing 143
V.5. Kecurangan Dalam Menetapkan Biaya Produksi
145 V.6.
Persekongkolan 146
Bab VI Posisi Dominan dan Penyalahgunaannya
165 VI.1.
Posisi Dominan 165
VI.2. Penetapan Posisi Dominan
175 VI.3.
Penyalahgunaan Posisi Dominan 178
VI.4. Hubungan Ailiasi Dengan Pelaku Usaha Yang Lain
189 Bab VII
Merger Penggabungan 189
VII.1. Pengertian
Merger 190
VII.2. Bentuk Umum
Merger 191
VII.3. Pengaturan
Merger di dalam Peraturan Perundang-undangan 192
VII.4. Dampak
Merger Terhadap Persaingan 197
VII.5. Perlunya Pengaturan
Merger 199
VII.5.1. Substansi Yang Perlu Diakomodir Dalam Sistem 203
VII.5.2. Tes Substansi Substantive Test
205 VII.5.3. Metode Perhitungan Konsentrasi
209 Bab VIII
Pengecualian Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 213
VIII.1. Pengecualian 218
VIII.2. Pengecualian Dan Pertimbangan 220
VIII.3. Pengecualian Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
223 Bab IX
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dan Penegakan Hukum Persaingan di Indonesia
311 IX.1.
Peranan KPPU Dalam Penegakan Hukum Persaingan di Indonesia 311
IX.1.1. Kedudukan KPPU Dalam Sistem Ketatanegaraan 311
IX.1.2. Tugas dan Wewenang KPPU 314
IX.1.3. Komisi Persaingan di Beberapa Negara 316
IX.2. Hukum Acara di KPPU
324 IX.3.
Pemeriksaan oleh KPPU 325
IX.3.1. Pemeriksaan Atas Dasar Laporan 326
IX.3.2. Pemeriksaan Atas Dasar Inisiatif KPPU 326
IX.3.3. Jenis Pemeriksaan oleh KPPU 326
IX.3.4. Tahap Pemeriksaan oleh KPPU 327
IX.4. Pelaksanaan Putusan KPPU
330 IX.4.1. Beberapa Macam Tanggapan Pelaku Terhadap Putusan KPPU
330 IX.4.2. Upaya Hukum oleh Pelaku Usaha
331 IX.4.3. Pelaksanaan Putusan Eksekusi
341 IX.4.4. Sanksi
342