1. Jabatan Rangkap
Hubungan ailiasi melalui jabatan rangkap ini dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku pelaku usaha yang diailiasi. Pasal 26 melarang komisaris dan direksi
suatu perusahaan merangkap jabatan di perusahaan yang lain apabila perusahaan- perusahaan tersebut; a berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau b
memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha; atau c secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Prinsip ketentuan Pasal 26 tersebut tidak melarang mutlak jabatan rangkap. Jabatan
rangkap baru dilarang apabila akibat jabatan rangkap tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
rule of reason. Pertanyaannya adalah apakah jabatan rangkap tersebut dapat diawasi
di depan pencegahan atau kemudian repressif? Penilaian terhadap jabatan rangkap biasanya dilakukan pada proses
merger atau akuisisi saham perusahaan. Jika perusahaan melakukan pengambilalihan saham perusahaan yang lain, dan
akibat pengambilalihan saham tersebut ditempatkan Komisaris atau Direksi, maka penempatan tersebut dapat dinilai, apakah nanti dapat mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat di pasar yang bersangkutan atau tidak, maka dinilai kembali melalui besarnya saham yang dimiliki dan pangsa pasar yang dikuasai oleh pelaku
usaha yang mengambilalih dan pangsa pasar yang diambilalih secara horizontal. Artinya, pelaku usaha yang mengambilalih dan yang diambilalih berada pada pasar
bersangkutan yang sama.
218
Selain itu jabatan rangkap juga dapat terjadi di dua perusahaan yang tidak bergerak dibidang usaha yang sama, melainkan adanya
keterkaitan usaha dalam proses produksi barang terebut dari pasar hulu sampai ke pasar hilir. Ini disebut perusahaan-perusahaan memiliki keterkaitan yang erat
dalam bidang dan atau jenis usaha.
219
Kasus VI.4
Contoh jabatan rangkap: PT Garuda Indonesia mempunyai saham 95 di PT Abacus, maka PT Garuda Indonesia menempatkan dua orang direksinya merangkap jabatan di
PT Abacus, yaitu Emirsyah Satar dan Wiradharma Bagus Oka sebagai Komisaris di PT Abacus Indonesia. PT Garuda dinyatakan sah dan meyakinkan melanggar ketentuan
Pasal 26 UU No. 51999, karena keberadaan Emirsyah Satar dan Wiradharma ikut menentukan kebijakan dual acess yang mengharuskan travel agent untuk
mengakses sistem abacus untuk pasar domestik, padahal abacus adalah untuk pasar internasional Putusan KPPU No. 01KPPU-L2003 tentang Garuda Indonesia
218
Pasal 26 huruf a UU No. 51999
219
Pasal 26 huruf b UU No. 51999
Selain itu jabatan rangkap tersebut juga ditentukan oleh pangsa pasar perusahaan-perusahaan dimana seseorang merangkap jabatan sebagai Direksi atau
sebagai Komisaris.
220
Ketentuan pangsa pasar pelaku usaha dua atau tiga pelaku usaha ditetapkan mempunyai posisi dominan jika dua atau tiga pelaku usaha secara
bersama-sama menguasai pangsa pasar lebih dari 75. Penerapan Pasal 26 juga tergantung penguasaan pangsa pasar atau posisi dominan pelaku usaha tersebut
dimana seseorang menduduki jabatan secara bersamaan sebagai Direksi atau Komisaris.
Seseorang yang menjabat di suatu perusahaan sebagai Komisaris atau Direktur dan pada waktu bersamaan menjabat juga di perusahaan yang lain baik
sebagai Komisaris atau Direktur, maka jabatan rangkap tersebut interlocking
directors yang demikian dapat mempengaruhi persaingan usaha dalam berbagai cara. Misalnya akibat seseorang menduduki jabatan rangkan di dua perusahaan,
maka orang tersebut dapat melakukan pengawasan administratif dimana keputusan sehubungan dengan investasi dapat melahirkan strategi bersama terhadap kedua
perusahaan sehubungan dengan harga, alokasi pasar dan kegiatan lainnya.
221
Jadi, jabatan rangkap Direksi atau Komisaris oleh seseorang dapat menimbulkan hambatan persaingan usaha bagi pelaku usaha pesaingnya, karena pelaku usaha-
pelaku usaha yang dipimpin oleh orang tersebut akan menimbulkan perilaku yang sama ke pasar yang mengakibatkan pelaku usaha tersebut dapat bertindak sebagai
satu pelaku usaha. Perilaku seperti ini dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di pasar yang bersangkutan bahkan merugikan pesaing-pesaingnya.
2. Kepemilikan saham silang
Hubungan ailiasi pelaku usaha yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari aspek kepemilikan saham suatu pelaku usaha di dua atau lebih pelaku usaha yang
bergerak dibidang usaha yang sama atau dengan pelaku usaha yang lain.
Ketentuan Pasal 27 menetapkan bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas
222
pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar yang bersangkutan yang sama, atau
mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang apabila mengakibatkan: a. Satu pelaku usaha atau satu
220
Lihat Pasal 26 huruf c UU No. 51999.
221
Heermann, in Knud Hansen, op.cit. p.366
222
Konsep dasar saham mayoritas adalah penguasaan saham lebih dari 50. Akan tetapi di dalam Putusan KPPU No. 07KPPU-L2007 saham mayoritas diartikan jika pemegang saham tersebut dapat mengendalikan suatu
perusahaan.