BAB VIII PENGECUALIAN DALAM UU NO. 5 TAHUN 1999
Persaingan dalam dunia usaha dimengerti sebagai kegiatan positif dan independen dalam upaya mencapai
equilibrium.
270
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap pelaku ekonomi yang masuk dalam pasar akan melalui proses persaingan
dimana produsen mencoba memperhitungkan cara untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan dalam upaya merebut pasar dan konsumen. Ketika keadaan ini
dapat dicapai, maka produsen atau pelaku usaha tersebut akan berupaya untuk mempertahankan kondisi tersebut paling tidak tetap bertahan menjadi incumbent
dengan pangsa pasar tertentu pada pasar bersangkutan. Dilema yang terjadi adalah ketika ada pelaku usaha yang berhasil menjadi seorang monopolis di pasar yang
mengakibatkan produsen atau pelaku usaha tersebut menjadi tidak eisien dan mampu meningkatkan hambatan masuk pasar
barrier to entry
271
bagi pesaingnya. Bila kondisi ini terjadi maka efeknya adalah penggunaan sumber daya yang tidak
efektif dan bahkan mampu mengakibatkan pasar terdistorsi.
272
Untuk memahami konsep persaingan serta alokasi sumber daya yang eisien maka Ilmu Ekonomi
273
menguraikan beberapa hal mengenai sumber daya yaitu: adanya sumber daya yang dikonsumsi atau dipergunakan manusia, alternatif pengalokasian
yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia.
274
Sumber daya tidak selamanya merupakan sesuatu yang bebas dan ketersediaannya yang
terbatas menjadikannya masuk dalam kategori sumber daya ekonomi economic
resources, misalnya tanah, tenaga kerja atau modal. Dalam pengaturan sumber daya ini implementasinya dapat dilihat dari cara memproduksi dan pendistribusiannya
270
George Stigler, “Perfect Competition, Historically Contemplated”, The Journal of Political Economy Vol. 65, Issue 1 Februari, 1957 pp. 1-3.
271
W.Kip Viscusi. et.all. Economica of Regulation and Anti trust, 2nd ed. Massachusetss, London: The MIT Press,
Cambridge, 1998 p.158. Dikatakan bahwa: “The traditional wisdom in industrial organization is that serious
and persistent monopolistic deviations of price from costs are likely only when two conditions coexits: suificiently high seller concentration to permit collusive pricing and high barriers to entry of new competition.
272
Ibid. pp. 8-9.
273
Alfred Marshal, ekonom terkenal dari Inggris mengatakan bahwa: ”Economics is a study of men as they
live and move and think in the ordinary business of life. But it concerns itself chiely with those motives which affect, most powerfully and most steady, man’s conduct in the business part of life. The steadiest
motive to ordinary business work is the desire for the pay which is the material reward of work”, A.Marshal, Principles of Economics London: Mac Millan, 1920 sebagaimana dikutip dari Edwin Mansield, Principles of
Microeconomics, 3rd ed. New York: WW Norton Company, 1980 p.18.
274
Giles H.Burgess, Jr. The Economic of Regulation and Anti trust Harper Collins College Publishers, 1995 p.18.
dalam masyarakat. Karena pada dasarnya tidak semua sumber daya ini bebas, maka regulasi ataupun peraturan yang diciptakan pemerintah sangat menentukan
agar terdapat keseimbangan bagaimana dan kepada siapakah pengaturan sumber daya tersebut dapat dialokasikan atau didistribusikan. Di samping itu dalam upaya
mencapai tujuan ekonomi, yang dapat dilakukan melalui proses mekanisme pasar akan dapat diawasi melalui adanya Hukum Persaingan
competition law. Persaingan dalam mekanisme pasar adalah berlaku bagi setiap pelaku pasar
tanpa terkecuali. Hukum Persaingan melindungi mekanisme proses persaingan tanpa mempertimbangkan siapakah yang menjadi pelakunya dengan tujuan yang
baik agar alokasi sumber daya menjadi eisien. Mekanisme pasar yang berjalan melalui persaingan yang sehat dan
fair serta konsisten dengan tujuan distribusi yang adil diharapkan mampu mencapai eisiensi nasional serta kesejahteraan
umum. Di samping itu Hukum Persaingan diharapkan mampu mengawasi terjadinya diskriminasi harga, pemerataan informasi pasar bagi yang kurang mampu mempunyai
akses, kesempatan atau akses kepada modal, teknologi dan berbagai kesempatan berusaha lainnya. Tetapi bila berbagai tujuan yang baik untuk mendukung mekanisme
pasar ini tidak berhasil dicapai, maka dapat berakibat pada kegagalan mekanisme pasar yang kemungkinan dilakukan oleh pelaku pasar yang bertentangan dengan
prinsip persaingan usaha yang sehat.
Hukum Persaingan berupaya mengawasi agar perbuatan atau perjanjian yang bersifat anti persaingan seperti kartel, monopoli, penggunaan posisi dominan,
monopsoni dan lainnya dapat dicegah. Tetapi pada kenyataannya ada juga berbagai kegagalan pasar yang terjadi tetapi tidak dapat dijangkau, dicegah atau diatur
melalui Hukum Persaingan. Oleh sebab itu ada kebutuhan yang mendasar terhadap pentingnya pengaturan atau regulasi yang jelas mengenai jenis tindakan atau kegiatan,
industri ataupun pelaku usaha tertentu yang tidak termasuk dalam pengaturan Hukum Persaingan. Sebagai contoh, dibutuhkan adanya regulasi terhadap industri
yang masuk dalam kategori kepentingan umum misalnya monopoli alamiah dalam penyediaan air bersih, listrik atau telekomuniasi. Dimana bila diperhitungkan secara
ekonomi, maka proses produksi yang dilakukan oleh hanya satu perusahaan akan mampu mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Ada juga keadaan dimana
akibat penggunaan sumber daya yang tidak diatur dengan baik terhadap sumber daya yang sifatnya universal akan mengakibatkan terjadinya
externalities
275
atau
275
Robert H.Bork, The Anti trust Paradox, A Policy at War with ItselfNew York: Basic Books Inc, 1978 pp. 114 -155.
Externalities refer to a cost that one economic actor imposes on another or beneits that one receives from another without paying in the market for doing so – ie: environtment waste etc. Dengan kata lain, dalam ilmu
eknomi Externalities dinyatakan sebagai biaya dimana suatu perusahaan membebaninya terhadap perusahaan
lain ataupun dapat saja berupa suatu keuntungan yang diterima oleh suatu perusahan dari perusahaan lain tanpa ikut serta membiayainya dalam suatu pasar atau industri– misalnya: pembuangan limbah dan lain-lain.