Tabel 12.   Perkembangan  Impor  Jagung  pada  Lima  Negara  Importir Utama Dunia Tahun 2001-2010
000 Ton
Tahun Negara
Dunia Jepang
Korea Selatan
Mexico China
Mesir Indonesia
2001 16 222
8 482 6 174
5 235 4 797
1 685 81 978
2002 16 421
9 113 5 513
5 062 4 721
3 157 87 622
2003 17 064
8 782 5 764
5 076 4 053
3 955 89 760
2004 16 479
8 371 5 519
4 863 2 429
1 470 82 695
2005 16 656
8 533 5 744
4 984 5 095
186 88 107
2006 16 883
8 670 7 610
5 143 3 769
959 95 987
2007 16 628
8 579 7 955
4 530 5 263
1 272 1 07 578
2008 16 460
9 021 9 146
4 231 3 980
278 1 03 180
2009 16 294
7 334 7 261
4 676 5 416
336 1 00 219
2010 16 193
8 541 7 849
6 213 6 170
1 528 1 07 232
Rata-rata 16 530
8 543 6 853
5 001 4 569
1 482 94 436
Pangsa 17.50
9.05 7.26
5.30 4.84
1.57 100.00
Laju Tahun 0.01
0.50 3.68
2.59 10.35
78.75 3.23
Sumber: FAO, 2012 diolah
Negara  importir  utama  dunia  adalah  Jepang  dengan  pangsa  17.50  persen terhadap volume impor jagung dunia. Negara importir utama dunia lainnya adalah
Korea Selatan, Mexico, China, dan  Mesir dengan rata-rata volume  impor jagung masing-masing  negara  yaitu  16.53  Juta  Ton,  8.54  Juta  Ton,  6.85  Juta  Ton,  5.00
Juta Ton, dan 4.57 Juta Ton dengan  masing-masing pangsa negara sebesar  9.05 persen,  7.26  persen,  5.30  persen,  dan  4.84  persen.  Jika  dibandingkan  dengan
impor negara-negara tersebut, rata-rata volume impor jagung Indonesia per tahun hanya  sebesar  1.48  Juta  Ton  atau  memiliki  pangsa  yang  lebih  kecil  yaitu  1.57
persen terhadap volume total impor jagung dunia.
VI.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG
6.1.  Keragaan Umum Hasil Estimasi Model
Model yang baik harus dapat memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan  kriteria  ekonometrika  Koutsoyiannis,  1977.  Berdasarkan  kriteria  ekonomi,
semua  variabel  penjelas  telah  menunjukan  tanda  parameter  estimasi  yang  sesuai dengan  harapan  hipotesis  dan  logis  dari  sudut  pandang  ekonomi.  Berdasarkan
kriteria  statistik,  nilai  koefisien  determinasi  R
2
secara  umum  cukup  tinggi. Sebagian  besar  55.56  persen  persamaan  struktural  mempunyai  nilai  R
2
diatas 50.00 persen. Hal  ini  menunjukan bahwa terdapat 55.56 persen  variabel penjelas
yang  mampu  menjelaskan  dengan  baik  lebih  dari  50.00  persen  perilaku  variabel endogen. Kemudian apabila dilihat dari nilai peluang uji statistik-F, sebesar 77.78
persen persamaan memiliki nilai peluang uji statistik-F yang lebih kecil dari taraf α = 0.15.
Berdasarkan  kriteria  ekonometrika,  hasil  uji  statistik  durbin-w  Dw didapatkan  kisaran  nilai  0.76  sampai  2.35  dan  hasil  uji  statistik  durbin-h  Dh
didapatkan  kisaran  nilai  -6.78  sampai  2.88.  Dari  hasil  tersebut  diperoleh  empat persamaan  yang  tidak  mengalami  masalah  serial  korelasi,  10  persamaan  yang
tidak terdeteksi serial korelasinya, dan empat persamaan yang mengalami masalah serial  korelasi.  Terlepas  dari  ada  tidaknya  masalah  serial  korelasi  yang  serius,
Pindyck dan Rubinfeld 1998  menjelaskan  bahwa  masalah serial korelasi  hanya mengurangi  efisiensi  estimasi  parameter  dan  serial  korelasi  tidak  menimbulkan
bias  regresi.  Selain  itu,  hasil  uji  multicollinearity  menunjukan  bahwa  seluruh variabel penjelas  yang terdapat dalam  masing-masing persamaan  struktural  lebih
kecil  dari  10,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  model  yang  dibangun  tidak memiliki masalah multicollinearity yang serius. Berdasarkan kriteria tersebut dan
mempertimbangkan  model  yang  cukup  besar,  serta  periode  pengamatan  yang cukup panjang,  maka  hasil estimasi  model  Perdagangan  Jagung Indonesia  cukup
representatif menangkap fenomena ekonomi dari pasar jagung di Indonesia.
6.2.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Jagung
6.2.1. Luas Areal Jagung Indonesia
Persamaan  luas  areal  jagung  Indonesia  mempunyai  nilai  R
2
yang  tinggi yaitu 0.59 Tabel 13. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam
persamaan  dapat  menjelaskan  dengan  baik  variabel  endogennya.  Sebesar  60.00 persen  luas  areal  jagung  Indonesia  dapat  dijelaskan  oleh  variabel-variabel  harga
riil  jagung  di  tingkat  petani,  harga  riil  kacang  tanah  di  tingkat  petani,  harga  riil gabah  di  tingkat  petani,  suku  bunga  kredit  riil  Indonesia,  harga  riil  pupuk  urea
eceran, dan luas areal jagung Indonesia t-1.
Tabel 13.  Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Jagung Indonesia
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob | �|
Label Variabel SR
LR
Intersep 4 027 980.00000
0.00140  Intersep HRJPI
t
507.48080 0.22179
0.24400 0.17085  Harga riil jagung  di
tingkat petani HRKTPI
t
-153.03000 -0.34752
-0.38231 0.00765  Harga riil kacang tanah
di tingkat petani HRGI
t
-72.60970 -0.04846
-0.05331 0.01505  Harga riil gabah di
tingkat petani SBKRI
t
-2 241.12000 -0.00599
-0.00659 0.39705  Suku bunga kredit riil
Indonesia HRPUI
t
-203.59700 -0.08436
-0.09281 0.17190  Harga eceran riil pupuk
urea AJI
t-1
0.09101 0.34525  Luas areal jagung
Indonesia t-1 Prob  F: 0.00940
R
2
: 0.59493 Dw: 2.07189                   Dh: -
Keterangan: T araf α = 0.15
Luas areal jagung Indonesia dipengaruhi oleh harga riil kacang tanah dan harga  riil  gabah  di  tingkat  petani  dengan  arah  negatif.  Fenomena  tersebut
menunjukan bahwa kacang tanah dan gabah menjadi pesaing yang serius terhadap pengembangan  tanaman  jagung,  namun  respon  luas  areal  jagung  terhadap  harga
riil kacang tanah dan harga riil gabah di tingkat petani adalah inelastis baik dalam jangka  pendek  maupun  jangka  panjang,  sehingga  meskipun  harga  riil  kacang
tanah  dan  harga  riil  gabah  meningkat,  tingkat  penurunan  luas  areal  jagung Indonesia tidak sebesar kenaikan harga pesaingnya. Peningkatan satu persen harga
riil  kacang tanah di tingkat petani akan  menurunkan  luas areal  jagung Indonesia sebesar 0.35 persen dalam jangka pendek dan 0.38 persen dalam jangka panjang,
ceteris  paribus .  Begitupula  harga  riil  gabah,  peningkatan  satu  persen  harga  riil