Penghapusan tarif impor jagung dari negara non AFTA S3 akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen
dan peningkatan kesejahteraan konsumen. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 13.17 Milyar
disebabkan oleh penurunan harga riil jagung di tingkat petani sehingga produksi jagung Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.08 persen. Peningkatan surplus
konsumen sebesar Rp 100.04 Milyar yang merupakan total dari peningkatan surplus konsumen rumahtangga Rp 94.98 Milyar dan surplus konsumen industri
pakan Rp 5.06 Milyar. Sama halnya dengan S1, S3 juga akan menurunkan penerimaan pemerintah yaitu Rp 230.98 Miyar. S3 akan menurunkan
kesejahteraan yaitu Rp 144.11 Milyar, karena impor jagung Indonesia dari non ASEAN lebih besar dari impor jagung Indonesia dari ASEAN, sehingga
penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari non AFTA memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan penerimaan pemerintah dibandingkan
penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari AFTA. Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen S4
akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan kesejahteraan konsumen baik konsumen rumahtangga maupun konsumen industri
pakan. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 2.64 Milyar yang disebabkan oleh penurunan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 0.01 persen. Peningkatan
surplus konsumen rumahtangga yaitu Rp 22.29 Milyar disebabkan oleh penurunan harga riil jagung eceran sebesar 0.08 persen sedangkan peningkatan surplus
konsumen industri pakan yaitu Rp 0.86 Milyar disebabkan oleh penurunan harga riil jagung pedagang besar sebesar 0.07 persen.
S4 akan menurunkan penerimaan pemerintah akibat penurunan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN. S4 meningkatkan kesejahteraan net
surplus yaitu Rp 19.38 Milyar karena penurunan penerimaan pemerintah lebih kecil dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara
non AFTA, sehingga penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masih dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen.
Dampak penghapusan pajak terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia dari negara AFTA lebih besar dari negara non
AFTA. Secara keseluruhan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA meningkatkan kesejahteraan terbesar net surplus.
8.1.2. Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani
Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen S5 akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan
kesejahteraan konsumen Tabel 37. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 9.31 Milyar karena peningkatan produksi yang disebabkan oleh penurunan harga
eceran pupuk urea tidak dapat mengkompensasi penurunan harga jagung di tingkat petani.
Tabel 37. Dampak Perubahan Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani terhadap Kesejahteraan Produsen dan
Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 Rp Milyar
No. Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi S5
S6
1. Surplus Produsen
-9.31 2 341.55
2. Surplus Konsumen
592.22 4 177.87
a. Konsumen Rumahtangga 592.22
4 177.87 b. Konsumen Industri Pakan
0.00 0.00
3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor:
-1.66 -13.95
a. Thailand -1.16
-10.37 b. Myanmar
-0.09 -0.70
c. Sisa ASEAN 0.00
0.00 d. China
0.00 -0.10
e. Amerika Serikat -0.40
-2.74 f. Sisa Non ASEAN
-0.01 -0.04
4. Kesejahteraan Pelaku Pasar Net Surplus
581.25 6 505.47
Keterangan: S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebeasar 10 persen
S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen
Peningkatan kesejahteraan konsumen akibat S5 yaitu Rp 592.22 Milyar. Penurunan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN akan
memiliki dampak yang kecil terhadap penurunan harga jagung pedagang besar, sehingga dampak terhadap peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan
juga kecil. Hal tersebut mengakibatkan dampak penurunan harga eceran pupuk urea terhadap peningkatan surplus konsumen industri pakan juga kecil.
S5 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp 1.66 Milyar, hal ini disebabkan oleh penurunan harga impor jagung
Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN masing-masing sebesar 0.03 persen dan
0.02 persen. Secara keseluruhan S5 akan meningkatkan kesejahteraan net surplus yaitu Rp 1
. 405.32 Milyar karena penurunan surplus produsen dan
penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S6 akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. Peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 341.55 Milyar disebabkan
oleh kenaikan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga produksi meningkat. Ditinjau dari sisi konsumen, S6 juga akan meningkatkan surplus
konsumen yaitu Rp 4 177.87 Milyar. Sama halnya dengan S5, S6 juga memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan surplus konsumen industri pakan. Hal
tersebut karena dampak penurunan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN terhadap penurunan harga jagung pedagang besar kecil,
sehingga dampak tehadap peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan juga kecil.
Peningkatan penawaran jagung akan menurunkan impor jagung Indonesia sehingga penerimaan pemerintah dari tarif impor akan menurun sebesar Rp 13.95
Milyar. Secara keseluruhan S6 akan meningkatkan kesejahteraan terbesar yaitu Rp 6
. 505.47 Milyar karena penurunan penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh
peningkatan surplus produsen dan konsumen jagung.
8.2. Faktor Eksternal
Tabel 38 menyajikan bahwa peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S7 akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen
dan peningkatan kesejahteraan konsumen. Penurunan kesejahteraan produsen dilihat dari penurunan surplus produsen yaitu Rp 7.91 Milyar yang disebabkan
oleh penurunan harga jagung di tingkat petani sebesar 0.04 persen sehingga
produksi jagung juga menurun sebesar 0.05 persen. Peningkatan kesejahteraan konsumen dilihat dari peningkatan surplus
konsumen yaitu Rp 71.90 Milyar. S7 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp 28.03 Milyar. Secara keseluruhan S7 akan
meningkatkan net surplus yaitu Rp 67.08 Milyar karena penurunan surplus
produsen dan penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen.
Tabel 38. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010
Rp Milyar
No. Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi S7
S8
1. Surplus Produsen
-7.91 0.00
2. Surplus Konsumen
71.90 -2.02
a. Konsumen Rumahtangga 68.81
-1.94 b. Konsumen Industri Pakan
3.09 -0.09
3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor:
-28.03 0.57
a. Thailand -6.24
0.14 b. Myanmar
-0.69 0.01
c. Sisa ASEAN -0.10
0.00 d. China
-13.30 0.30
e. Amerika Serikat -3.24
0.04 f . Sisa Non ASEAN
-4.46 0.07
4. Kesejahteraan Pelaku Pasar Net Surplus
67.08 -1.46
Keterangan: S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen
S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen
Peningkatan harga jagung pedagang besar akan memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan harga jagung di tingkat petani, sehingga peningkatan
konsumsu jagung Jepang memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan surplus produsen. Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen S8
akan berdampak pada penurunan kesejahteraan konsumen. Penurunan surplus konsumen pada S8 yaitu Rp 2.02 Milyar. Penurunan surplus konsumen
disebabkan oleh penurunan surplus konsumen rumahtangga dan surplus konsumen industri pakan. S8 juga akan berdampak pada peningkatan penerimaan
pemerintah dari tarif impor sebesar Rp 0.57 Milyar. Secara keseluruhan S8 akan menurunkan kesejahteraan yaitu Rp 1.46 Milyar.
8.3. Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal
Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan
peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S9 akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di
Indonesia Tabel 39. Peningkatan kesejahteraan produsen dilihat dari peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 362.77 Milyar. Peningkatan surplus
produsen disebabkan oleh peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga meningkatkan produksi jagung.
Tabel 39. Dampak Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di
Indonesia Tahun 2003-2010 Rp Milyar
No. Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi S9
S10
1. Surplus Produsen
2 362.77 2 362.77
2. Surplus Konsumen
5 210.29 5 207.38
a. Konsumen Rumahtangga 5 197.17
5 194.25 b. Konsumen Industri Pakan
13.13 13.13
3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor:
-280.26 -280.26
a. Thailand -43.66
-43.66 b. Myanmar
-4.96 -4.96
c. Sisa ASEAN -0.81
-0.81 d. China
-146.50 -146.50
e. Amerika Serikat -35.21
-35.21 f. Sisa Non ASEAN
-49.12 -49.12
4. Kesejahteraan Pelaku Pasar Net Surplus
7 292.80 7 289.89
Keterangan: S9 = Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA,
penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen.
S10 = Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk
urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen.
Dari sisi konsumen, peningkatan surplus konsumen baik konsumen rumahtangga yaitu Rp 5 197.17 Milyar dan konsumen industri pakan yaitu Rp
13.13Milyar disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran sehingga permintaan jagung untuk konsumsi langsung meningkat dan penurunan harga jagung
pedagang besar sehingga permintaan jagung untuk industri pakan meningkat. S9 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp
280.26 Milyar. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA yang menyebabkan penurunan surplus produsen dapat dikompensasi
dengan penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga kesejahteraan dapat
meningkat net surplus. Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen,
penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga
jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S10 akan berdampak pada
peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung. Peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 362.77 Milyar disebabkan oleh peningkatan harga jagung di
tingkat petani sebesar 10 persen sehingga produksi jagung juga meningkat, sedangkan peningkatan surplus konsumen yaitu Rp 5 207.38 Milyar. Peningkatan
surplus konsumen merupakan total dari peningkatan surplus konsumen rumahtangga yaitu Rp 5 194.25 Milyar dan peningkatan surplus konsumen
industri pakan yaitu Rp 13.13 Milyar. S10 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung yaitu Rp 280.26 Milyar.
8.4. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen
dan Konsumen Jagung
Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan
peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S9 dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor
jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani
sebesar 10 persen S10 akan meningkatkan kesejahteraan produsen jagung terbesar dibandingkan dengan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar
10 persen S6. Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen S5 akan
menurunkan kesejahteraan produsen jagung terbesar dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S1, tarif impor
jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S2, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S3, tarif impor jagung Indonesia
dari negara non AFTA sebesar 5 persen S4, dan peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen.
Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan
peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S9 akan memiliki dampak paling besar terhadap peningkatan kesejahteraan konsumen jagung
Indonesia dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia
Tabel 40. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010
Rp Milyar
No. Perubahan
Komponen
Kesejahteraan Simulasi
S1 S2
S3 S4
S5 S6
S7 S8
S9 S10
1. Surplus Produsen
-19.76 -2.64
-13.17 -2.64
-9.31 2 341.55
-7.91 0.00
2 362.77 2 362.77
2. Surplus Konsumen
214.50 57.15
100.04 23.15
592.22 4 177.87
71.90 -2.02
5 210.29 5 207.38
a. Konsumen Rumahtangga
206.44 56.21
94.98 22.29
592.22 4 177.87
68.81 -1.94
5 197.17 5 194.25
b. Konsumen Industri Pakan
8.06 0.94
5.06 0.86
0.00 0.00
3.09 -0.09
13.13 13.13
3. Penerimaan Pemerintah
dari tarif impor:
-49.40 -0.02
-230.98 -1.13
-1.66 -13.95
-28.03 0.57
-280.26 -280.26
a. Thailand
-43.66 -0.01
-0.14 -0.05
-1.16 -10.37
-6.24 0.14
-43.66 -43.66
b. Myanmar
-4.96 0.08
-0.01 0.00
-0.09 -0.70
-0.69 0.01
-4.96 -4.96
c. Sisa ASEAN
-0.81 -0.08
0.00 0.00
0.00 0.00
-0.10 0.00
-0.81 -0.81
d. China
0.00 0.00
-146.50 -3.00
0.00 -0.10
-13.30 0.30
-146.50 -146.50
e. Amerika Serikat
0.03 0.00
-35.21 -0.75
-0.40 -2.74
-3.24 0.04
-35.21 -35.21
f. Sisa Non ASEAN
0.00 -0.01
-49.12 2.67
-0.01 -0.04
-4.46 0.07
-49.12 -49.12
4.
Kesejahteraan Pelaku Pasar Net Surplus
145.35 54.50
-144.11 19.38
581.25 6 505.47
67.08 -1.46
7 292.80 7 289.89
103
S1 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen
S2 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen
S3 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen
S4 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen S9 = Kombinasi S1, S3, S5, dan S6
S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen S10 = Kombinasi S8, S1, S3, S5, dan S6
dari negara AFTA S1, tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S2, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA
S3, tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen S4, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen S5, peningkatan harga
jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S6, peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S7, dan kombinasi peningkatan konsumsi
jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10
persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S10, sedangkan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen S8 akan
menurunkan kesejahteraan konsumen jagung terbesar di Indonesia. Secara keseluruhan kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia
dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S9
akan meningkatkan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung serta kesejahteraan net surplus terbesar, sedangkan penghapusan tarif impor jagung
Indonesia dari negara non AFTA S3 akan menurunan kesejahteraan net surplus terbesar.