Impor Jagung Korea Selatan

RMSPE = Root Mean Squares Percent Error U-Theil = Theil’s Inequality Coefficient Semakin kecil nilai RMSPE dan U-Theil maka semakin baik model digunakan untuk simulasi. Program komputer dan hasil validasi disajikan pada Lampiran 8 dan 9.

4.6. Simulasi Model

Analisis simulasi digunakan untuk menjelaskan dampak perubahan variabel eksogen dan endogen terhadap seluruh variabel endogen dalam model. Tujuan dari simulasi historis pada tahun 2003 sampai 2010 dilakukan untuk menjelaskan dampak perubahan faktor internal: 1 tarif impor jagung, 2 harga eceran pupuk urea, dan 3 harga jagung di tingkat petani dan eksternal: 1 produksi jagung Amerika Serikat dan 2 konsumsi jagung Jepang terhadap penawaran jagung, permintaan jagung, surplus produsen, surplus konsumen, dan penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung. Program komputer dan hasil simulasi disajikan pada Lampiran 10 dan 11. Skenario simulasi yang dilakukan adalah: 1. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA. Alternatif kebijakan berdasarkan tarif impor jagung yang berasal dari negara yang telah melakukan perjanjian FTA dengan Indonesia seperti negara-negara anggota ASEAN yang diberlakukan pada tahun 2010. 2. Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen. Simulasi dilakukan untuk melihat alternatif perubahan tarif impor jagung yang masih dapat diterapkan dalam era liberalisasi perdagangan jagung AFTA karena batas tarif yang diperbolehkan dalam perjanjian tersebut adalah antara nol sampai lima persen. 3. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA. Alternatif ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan impor jagung di Indonesia. Kebijakan ini diestimasi akan menguntungkan bagi konsumen jagung. Simulasi ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah impor jagung Indonesia sangat responsif dalam merespon pembebasan tarif impor. 4. Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen. Simulasi ini sengaja dilakukan untuk melihat alternatif perubahan tarif impor jagung yang masih dapat diterapkan dalam era liberalisasi perdagangan jagung AFTA untuk negara non AFTA. 5. Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen. Pupuk urea merupakan faktor input bagi usaha jagung. Dalam upaya memacu produksi jagung, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen diestimasi dapat meningkatkan produksi jagung. 6. Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Simulasi ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung. Besarnya peningkatan sebesar 10 persen diestimasi dapat meningkatkan produksi jagung. 7. Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen. Jagung dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar nabati etanol. Pada tahun 2006 AS merupakan produsen etanol terbesar di dunia sehingga produksi jagung AS semakin tinggi untuk pembuatan etanol. Besarnya perubahan tersebut hanya berdasarkan laju tertinggi produksi jagung AS pada lima tahun terakhir yang mendekati 24 persen. 8. Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen. Pertimbangan memasukan negara tersebut karena Jepang merupakan negara importir utama jagung di pasar dunia, sehingga jika terjadi perubahan konsumsi dari Jepang akan mempunyai dampak yang lebih besar dibanding negara lainnya terhadap kinerja pasar jagung domestik. Besarnya perubahan hanya berdasarkan laju tertinggi konsumsi jagung Jepang pada lima tahun terakhir yang mendekati 20 persen. 9. Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Simulasi kombinasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana penurunan harga eceran pupuk urea dan peningkatan harga jagung di tingkat petani mampu melindungi petani dan industri jagung nasional dari derasnya impor akibat penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA. 10. Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA,