Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia
6.2.5. Permintaan Jagung Indonesia 6.2.5.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung
Hasil estimasi persamaan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disajikan pada Tabel 15. Nilai R
2
yang tinggi yaitu 0.78 menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik
variabel endogennya. Sebesar 78.00 persen permintaan jagung untuk konsumsi langsung dapat dijelaskan oleh variabel-variabel perubahan harga riil jagung
eceran, harga riil beras eceran, perubahan pendapatan nasional, jumlah penduduk Indonesia, dan permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1.
Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob | �|
Label Variabel SR
LR
Intersep -3 482 069.00000
0.22965 Intersep HRJEI
t
- HRJEI
t-1
-118.85300 -0.00121
0.00172 0.48035 Perubahan harga riil
jagung eceran HRBEI
t
2 012.73700 0.86286
1.22378 0.06355 Harga riil beras eceran
PDBRI
t
- PDBRI
t-1
2.32328 0.04710
0.06680 0.18345 Perubahan pendapatan
nasional POPI
t
0.00983 0.27227
0.38615 0.40055 Jumlah penduduk
Indonesia DJK
t-1
0.29492 0.08810 Permintaan jagung untuk
konsumsi langsung t-1 Prob F: .00010
R
2
: 0.77548 Dw: 2.16348 Dh: -
Keterangan: T araf α = 0.15
Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh harga riil beras eceran dengan arah positif. Sejalan dengan Kariyasa 2003, bahwa beras
merupakan komoditas substitusi dari jagung yang ditunjukan oleh nilai elastisitas silang permintaan jagung terhadap beras bertanda positif. Permintaan jagung
untuk konsumsi langsung tidak responsif dalam jangka pendek namun sangat responsif dalam jangka panjang terhadap harga riil beras eceran. Peningkatan satu
persen harga riil beras eceran akan meningkatkan permintaan jagung untuk konsumsi langsung 0.86 persen pada jangka pendek dan 1.22 persen pada jangka
panjang ceteris paribus. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1 juga berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang cukup bagi permintaan jagung konsumsi langsung untuk menyesuaikan diri dalam merespon
perubahan ekonomi yang terjadi.
Perubahan harga riil jagung eceran tidak berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah negatif. Hal tersebut
berarti fluktuasi harga jagung eceran tidak mempengaruhi permintaan jagung untuk konsumsi langsung. Perubahan pendapatan nasional Indonesia dan jumlah
penduduk Indonesia juga tidak berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan
jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk Indonesia tidak akan meningkatkan permintaan jagung untuk konsumsi langsung.