Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia

gabah di tingkat petani akan menurunkan luas areal jagung Indonesia sebesar 0.05 persen dalam jangka pendek dan jangka panjang, ceteris paribus. Harga riil jagung di tingkat petani tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung Indonesia dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi harga jagung tidak mempengaruhi keputusan petani jagung mengenai luas areal tanamnya. Kondisi ini dikaitkan dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah, dimana pengembangan sektor pertanian bukan berdasarkan komoditas, melainkan kemampuannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah Kariyasa, 2003. Suku bunga kredit riil Indonesia juga tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung Indonesia dengan arah negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan tingkat suku bunga kredit tidak mempengaruhi keputusan petani jagung mengenai luas arealnya. Kajian ini sejalan dengan Kariyasa 2003 yang menunjukan bahwa kebanyakan petani belum menggunakan kredit dalam berusahatani jagung. Penyebab masih rendahnya penggunaan kredit usahatani jagung diestimasi karena petani pada umumnya belum akses ke sumber kredit dan disamping prosedurnya berbelit-belit serta perlu agunan. Luas areal jagung Indonesia tidak dipengaruhi oleh harga riil eceran pupuk urea dengan arah negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa penurunan harga eceran pupuk urea tidak dapat menjadi tolak ukur dalam meningkatkan luas areal jagung Indonesia. Luas areal jagung Indonesia t-1 juga tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi luas areal jagung untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.

6.2.2. Produktivitas Jagung Indonesia

Hasil estimasi persamaan produktivitas jagung Indonesia mempunyai nilai R 2 yang tinggi yaitu 0.62 Tabel 14. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 62.00 persen produktivitas jagung Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung Indonesia. P-value untuk uji F-statistik yang diperoleh dari persamaan produktivitas jagung Indonesia nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara bersama-sama produktivitas jagung Indonesia dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung Indonesia. Harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung berpengaruh terhadap produktivitas jagung dengan arah positif. Produktivitas jagung Indonesia sangat responsif terhadap harga riil jagung di tingkat petani dalam jangka pendek. Peningkatan satu persen harga riil jagung di tingkat petani akan meningkatkan produktivitas jagung Indonesia 1.01 persen, ceteris paribus. Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Jagung Indonesia Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob | �| Label Variabel SR LR Intersep -2.9387800 0.0036500 Intersep HRJPI t 0.0019080 1.0063770 0.0053500 Harga riil jagung di tingkat petani AJI t 0.0000009 1.0861829 0.0057500 Luas areal jagung Indonesia Prob F: .0001000 R 2 : 0.6216800 Dw: 0.7600970 Keterangan: T araf α = 0.15 Produktivitas jagung Indonesia juga sangat responsif terhadap luas areal jagung Indonesia dalam jangka pendek. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai elastisitas produktivitas jagung terhadap luas areal jagung yaitu 1.09. 6.2.3. Produksi Jagung Indonesia Produksi jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari luas areal dikalikan dengan produktivitas jagung. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi luas areal dan produktivitas jagung akan mempengaruhi produksi jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan produksi jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2.4. Penawaran Jagung Indonesia

Penawaran jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari produksi ditambah impor dikurangi ekspor dan ditambah stok jagung t-1. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi, impor, ekspor, dan stok jagung t-1 akan mempengaruhi penawaran jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan penawaran jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.