2. Bagaimanakah kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang
dihadapi oleh Ali Baba Restaurant ? 3.
Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi Ali Baba Restaurant?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Mengkaji strategi bauran pemasaran yang telah dijalankan oleh Ali Baba Restaurant
2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang
dihadapi oleh Ali Baba Restaurant 3.
Merumuskan alternatif strategi pemasaran terbaik dengan memperhatikan kondisi lingkungan perusahaan di Ali Baba Restaurant
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang akan didapat sebagai berikut :
1. Bagi pihak manajemen Ali Baba Restaurant, hasil penelitian ini diharapkan
memberikan masukan
dan pertimbangan
alternatif terbaik dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. 2.
Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah diterima selama perkuliahan dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya. 3.
Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai strategi pemasaran restoran.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengkaji strategi pemasaran yang sudah dijalankan oleh Ali Baba Restaurant, mengidentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada Ali Baba Restaurant dan menyusun alternatif strategi pemasaran yang dapat
diterapkan di Ali Baba Restaurant. Untuk implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada manajemen Ali Baba Restaurant sebagai pengambil
keputusan akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Restoran
Restoran berasal dari kata dalam bahasa Perancis restaurer yang berarti
tempat menyediakan makanan. Sugiarto diacu dalam Lestari 2008 menjelaskan
bahwa pada dasarnya kebutuhan konsumen atau masyarakat akan jasa boga restoran berkaitan dengan tiga hal pokok, yaitu physical product makanan dan
minuman, psychological product yang mencakup sensual benefit cuci mata, suasana nyaman, sense of side kebersihan, kerapihan, dan kesopanan, sense of
listening music, dan yang terakhir kebutuhan akan customer service product
kecepatan, reservasi, kemudahan transaksi. Berdasarkan Peraturan Daerah kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004, restoran
adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk
proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
keputusan ini. Restoran termasuk dalam kategori jasa, walaupun prosesnya terkait dengan
produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak berwujud intangible dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi Lovelock dan
Wright, 2005. Menurut Kotler 2002 restoran terkait dengan orang, bukti fisik, dan proses, karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan,
dan motivasi pegawai dapat membuat perbedaan yang besar dalam kepuasaan pelanggan. Hal inilah yang menyebabkan bisnis ini unik karena menggabungkan
antara penjualan produk berupa makanan dan minuman dengan usaha memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya.
Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek yang bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Sukses
usaha dibidang pelayanan makanan minuman ini tidak hanya ditentukan oleh jumlah pengunjung tetapi juga ditentukan oleh kemampuan meningkatkan
pertumbuhan pelanggannya. Bisnis restoran memiliki prospek yang bagus, tetapi
sangat rentan, terutama terhadap masalah konsistensi rasa, kontrol mutu, dan pelayanannya. Sehingga pelaku bisnis ini membutuhkan pemahaman yang kuat
tentang bisnis restoran terutama yang berkaitan dengan produk, mutu pelayanan, manajemen, adminstrasi pengawasan.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran. Menurut Siahan 2008, keberhasilan operasional restoran dapat dilihat dari lima
hal yang disebut G-factors, yaitu: 1.
Good Food G-1 Dimana makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan segar dan sistem
pengelolaan yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan perlengkapan berkualitas tinggi dan higienis, cita rasa makanan baik dan sesuai dengan selera
konsumen. 2.
Good Location Parking Facilities G-2 Lokasi restoran harus strategis, dimana lokasi merupakan pedoman dalam
mendirikan restoran. Luas tempat parkir juga menentukan kenyamanan konsumen. Oleh Karena itu, restoran harus mudah terlihat dan dijumpai,
memiliki daya tarik dengan pemilihan warna atau ornamen khusus serta letaknya tidak terlalu jauh dari pusat keramaian.
3. Good Atmosphere G-3
Suasana yang nyaman dan menyenangkan perlu diciptakan demi kepuasan konsumen melalui penampilan interior yang seimbang, dekorasi yang
digunakan, pemilihan warna dan fasilitas lengkap seperti toilet, kursi dan meja serta table set up yang lengkap.
4. Good Reputation G-4
Reputasi yang baik harus dimiliki oleh sebuah restoran meliputi pelayanan, pengelolaan dan prestasi sehingga membentuk suatu kesan yang baik yang
dapat mempengaruhi pendapat masyarakat. 5.
Good Pleasant Courteous Service G-5 Perlakuan tata saji dilakukan dengan begitu mengesankan, menyenangkan dan
memuaskan. Pramusaji harus mampu memberikan masukan bagi para tamu yang kurang memahami keinginannya dan menyajikan makanan dengan tata
saji yang berkualitas, sopan dan ramah.