Langkah Penelitian Kesimpulan Saran

106 b Seleksi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi yang sesuai dengan persoalan biologi yang akan dimuat dalam penduan belajar. c Penerapan dan pengembangan hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi. 2 Analisis Peserta Didik Peserta didik yang menjadi sasaran uji coba penggunaan panduan belajar adalah siswa SMA kelas X . Kondisi siswa yang dianalisis adalah kemampuan awal siswa, kesanggupan belajar, survei pengguna android, dan aspek-aspek penting lainnya. 3 Analisis Kompetensi Analisis ini dilakukan terhadap kurikulum yang ada dengan mengidentifikasi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013. 4 Analisis Instruksional Analisis instruksional dalam penyusunan bahan ajar dilakukan dengan menjabarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator-indikator yang harus dicapai pada materi keanekaragaman hayati. 107

b. Desain Desain

1 Penyusunan Kerangka Struktur Panduan Belajar Dari hasil analisis kompetensi, disusun kerangka isi media panduan belajar yang menggambarkan keseluruhan materi dan kegiatan yang akan dimuat dalam aplikasi panduan pengamatan capung. 2 Penentuan Sistematika Produk Tahap ini menentukan sistematika penyajian materi pada produk secara runtut sesuai dengan tahap-tahap dalam mempelajari isi materi media panduan belajar. 3 Perancangan Alat Evaluasi Menentukan validasi konstruksi oleh dosen pembimbing untuk menilai instrumen yang akan dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi hasil belajar.

c. Development Pengembangan

1 Pra Penulisan Pada tahap ini dilakukan kajian referensi dan sumber pustaka serta keperluan lain yang mendukung dalam proses penyusunan media panduan belajar. 2 Penulisan Draf Penulisan dilakukan sesuai dengan kerangka dan sistematika penulisan media panduan belajar yang telah disusun. Tahap 108 penyusunan media mengikuti Hackbarth Endang, 2011: 174 dengan tahap sebagai berikut: a memilih materi b menuliskan tujuan penyusunan media c memilih dan mengorganisasikan isi d membuat story board e menguji story board f revisi story board. Pengembangan dalam penelitian ini berisi kegiatan realisasi dan validasi produk sebelum diuji cobakan secara terbatas kepada siswa di dalam pembelajaran. Tahap realisasi produk dimulai dengan pengumpulan gambar sesuai rancangan story board yang telah disusun. Pengumpulan gambar dilakukan dengan 3 cara yaitu pengumpulan gambar secara langsung live, pengumpulan gambar dari sumber yang tersedia copy, dan pengumpulan gambar dengan cara editing grafic. Gambar yang telah disortir kemudian diedit menggunakan software Adobe Photoshop dan Picasa. Tahap selanjutnya adalah menyusun gambar sesuai rancangan lengkap dengan teks maupun keterangan lainnya menggunakan program corel draw. Tahap terakhir dari proses produksi adalah penggabungan gambar dan teks melalui software Android Studio oleh tim IT untuk menjadi sebuah aplikasi oleh ahli pengembang android. 109 3 PenyuntinganValidasi Produk awal hasil penyusunan panduan belajar kemudian divalidasi oleh ahli yang relevan, dalam hal ini adalah dosen ahli materi dan dosen ahli media untuk memperoleh masukan dan komentar. Masukan dan komentar dari dosen ahli digunakan untuk menyempurnakan panduan belajar sebelum diuji coba terbatas. Tujuan tahap ini adalah untuk menghindari adanya kesalahan konsep dan bahasa. 4 Revisi I Revisi dilakukan dari hasil validasi oleh dosen ahli untuk menyempurnakan produk yang dihasilkan. Tahap ini merupakan tahap terakhir sebelum melakukan pelaian terhadap produk. 5 Uji Coba Terbatas Uji coba terbatas dilakukan pada 12 orang siswa kelas X semester 2 dan 3 orang Guru Biologi MAN Yogyakarta III, Sleman. 6 Revisi Akhir Masukan dan saran yang diberikan oleh guru dan siswa dijadikan dasar untuk revisi panduan belajar sebagai revisi akhir 110 sehingga didapatkan produk akhir berupa prototipe aplikasi Panduan Pengamatan Capung untuk mempelajari materi keanekaragaan hayati indonesia bagi siswa kelas SMA kelas X.

3. Objek dan Subjek Penelitian

a. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini berupa media pembelajaran Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung.

b. Subjek Penelitian

1 Ahli Materi , 2 orang dosen biologi yang ahli dalam bidang ilmu serangga dan keanekaragaman hayati ditunjuk sebagai reviewer panduan belajar yang telah disusun. 2 Ahli Media, 2 orang dosen pendidikan biologi yang ahli dalam bidang penyusunan panduan belajar dan media pembelajaran biologi lainnya ditunjuk sebagai reviewer panduan belajar yang telah disusun. 3 Guru Mata Pelajaran, 2 orang guru mata pelajaran biologi di MAN Yogyakarta III ditunjuk untuk memberi penilaian mengenai kualitas panduan belajar yang telah disusun. 4 Responden Responden pada penelitian ini terdiri dari 10 siswa MAN Yogyakarta III. 111

4. Teknik Pengumpulan Data

Data kualitas media Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung berupa data kualitatif yang didapat dari penilaian reviewer I ahli media; ahli materi dan reviewer II guru biologi menggunakan instrumen khusus. Data tanggapan siswa terhadap kualitas media didapat dari instrumen tanggapan siswa menggunakan skala Likert. Semua bentuk instrumen dilengkapi dengan kolom kritik dan saran.

5. Instrumen Pengumpulan data

a. Instrumen Pembuatan Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies

Capung 1 Kamera 2 Program Microsoft Office Word 3 Program Corel Draw X7 4 Program Adobe Photoshop 5 Program Android Studio

b. Instrumen Pengumpulan Data Kualitas Aplikasi Panduan

Identifikasi Spesies Capung Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian kualitas media Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung. Instrumen berupa indikator-indikator kualitas media dari berbagai aspek yang disusun sebagai berikut: 112 1 Instrumen yang digunakan Reviewer I ahli materi berdasarkan penilaian aspek kebenaran konsep. Instrumen disusun menggunakan skala Gutman disertai lembar kritik dan saran. 2 Instrumen yang digunakan Reviewer II Ahli Media dan Guru Biologi untuk menilai aspek, isi, tampilan, serta fungsi sebagai media belajar. Instrumen disusun menggunakan skala Gutman disertai lembar kritik dan saran. 3 Instrumen tanggapan siswa selama proses uji coba terbatas. Instrumen disusun khusus untuk menilai aspek materi, bahasaketerbacaan, penyajian dan kegrafisan. Instrumen disusun menggunakan skala Likert disertai lembar kritik dan saran.

6. Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen yang dibuat divalidasi oleh dosen pembimbing secara expert judgement validasi secara logis dan kritis oleh dosen pembimbing. Hasil validasi digunakan sebagai dasar penggunaan instrumen pengambilan data. Validasi ahli media ini disusun sesuai dengan teori bagaimana seharusnya mengembangkan media. Instrumen ini dikembangkan secara lebih jauh dan rinci sesuai karakteristik substansi materi pembelajaran dan kompetensi yang dikembangkan melalui media pembelajaran. Sa’dun Akbar, 2013; 120. 113

7. Teknik Analisis Data

Data penilaian yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengubah data yang diperoleh dari reviewer menjadi nilai skors, dengan Skala Likert. b. Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen yang dinilai. c. Mengonversikan skor rata-rata tiap aspek penilaian kualitas yang diperoleh menjadi kualitatif. d. Mengubah nilai setiap aspek kriteria dalam panduan belajar menjadi nilai kualitatif dengan kategori penilaian yang sesuai. Data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1 Data kualitatif Data kualitatif diperoleh dari: a Data validitas panduan belajar dari ahli materi dan ahli media. b Data penilaian guru biologi berupa tanggapan, saran, dan masukan. c Data tanggapan siswa berupa tanggapan, saran, dan masukan. 2 Data kuantitatif a Data kelayakan aplikasi panduan pengamatan spesies capung berupa data deskriptif kualitatif. Setelah data 114 terkumpul dari reviewer, dihitung frekuensi kemunculan masing-masing kriteria yakni Sangat Baik, Baik, Kurang dan Sangat Kurang, kemudian dihitung presentasenya dengan rumus: b Berdasarkan rumus tersebut akan diperoleh presentase masing-masing kriteria yakni sangat baik, baik, kurang, sangat kurang. Perhitungan hanya dapat dilakukan untuk menghitung median, modus, persentil, rank, dan korelasi spearman Sumintoro, 2014: 15. Kriteria yang memiliki kemunculan paling banyak modus atau presentase paling besar maka akan menjadi kesimpulan kelayakan aplikasi panduan pengamatan spesies capung ini. Aplikasi panduan pengamatan spesies capung ini dikatakan layak apabila memiliki modus dengan kriteria minimal baik. Presentase tiap kriteria = Frekuensi kemunculan tiap kriteria Jumlah frekuensi seluruh kriteria X 100 115 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development R D, yaitu penelitian dan pengembangan sumber belajar biologi yang menghasilkan produk akhir berupa prototype aplikasi panduan belajar. Prosedur penelitian mengacu pada tahapan penulisan bahan ajar yang diutarakan oleh Robert Maribe Branch 2009 yaitu menggunakan tahapan analysis, design, development, implementation, evaluation ADDIE model. Namun dalam dalam penelitian ini hanya menerapkan pada tahapan ADD analysis, design, development . Berikut ini adalah langkah-langkah penulisan panduan belajar keanekaragaman capung untuk mempelajari keanekaragaman hayati dengan menggunakan model ADD:

1. Tahap Analisis

a. Analisis Potensi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

1 Hasil Identifikasi Jenis Capung yang Ditemukan di Rawa Jombor Dalam Penelitian Tria Septiani Subagyo Berdasarkan penelitian keanekaragaman capung yang telah dilakukan di Rawa Jombor, Klaten pada bulan Februari – April 2016 teridentifikasi 30 spesies capung. Jenis capung yang diambil dari enam lokasi pengamatan di Rawa Jombor 28 jenis yang tertangkap 116 dan 2 spesies tidak tertangkap namun teridentifikasi keberadaanya. Tabel 31. Data Spesies Capung Rawa Jombor No NAMA SPESIES LOKASI SAMPLING 1 2 3 4 5 6

1. Acisoma panorpoides

√ √ √

2. Aethriamanta aethra

√ √

3. Agriocnemis femina

√ √ √ √ √ √

4. Agriocnemis pygmaea

√ √

5. Agrionoptera insignis

√ √

6. Anax guttatus

7. Brachydiplax chalybea

√ √ √ √ 8. Bracythemis contaminata √ √

9. Copera marginipes

√ √ √ √ √ 10. Crocothemis servillia √ √ √ √

11. Diplacodes trivialis

√ √ 12. Epophtalmia vittigera √ 13. Gynacantha subinterrupta √ 14. Ictinogomphus decoratus √ 15. Ischnura senegalensis √ √ √ √ 16. Lathrecista asiatica √ √ 17. Libellago lineata √ 18. Neurothemis terminata √ √ √ 19. Orthethrum sabina √ √ √ √ √ 20. Orthethrum testaceum √ 21. Pantala flavescens √ √ √ √ √ 22. Potamarcha congener √ √ √ √ 23. Pseudagrion microcephallum √ √ 24. Pseudagrion rubriceps √ √ √ 25. Rodhothemis rufa √ 26. Ryothemis phyllis √ 27. Tholymis tillarga √ √ √ √ 28. Urothemis signata √ √ √ √ √ 29. Zyxomma obtusum √ √ 30. Zyxomma petiolatum √ Jumlah Total Spesies 17 13 13 11 16 10 Jumlah Total Individu 244 145 155 109 69 147 Indeks Keanekaragaman 1,64 1,77 2,23 2,00 2,09 1,73 Keterangan : Lokasi sampling 1 Waduk Lokasi sampling 2 Aliran Masuk Menuju Waduk Lokasi sampling 3 Rawa Lokasi sampling 4 Kolam Lokasi sampling 5 Aliran Keluar dari Waduk Lokasi sampling 6 Sawah 117 Tabel 32. Data Klimatik Rawa Jombor Selama Pengamatan Waktu Pengamatan Intensitas Cahaya Lux Suhu Udara Kecepatan Angin 08.00 – 11.00 WIB 104 –1238 28 – 37 o C – 6,4 ms 2 Identifikasi Proses Dan Produk Penelitian Sebagai Sumber Belajar Hasil penelitian biologi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi di SMA. Hasil penelitian biologi harus dikaji berdasarkan kurikulum pendidikan biologi yang berlaku untuk dapat diangkat sebagai sumber belajar. Menurut Suhardi 2012 : 14 setidaknya terdapat enam persyaratan yang perlu dikaji agar suatu hasil penelitian dapat dikembangkan sebagai sumber belajar. Berikut ini merupakan penjabaran dari keeman syarat tersebut dalam rangka mengangkat hasil penelitian biologi keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten sebagai panduan belajar biologi bagi peserta didik kelas X SMA:

2.1 Kejelasan

Potensi Ketersediaan Objek dan Permasalahan yang Diangkat Objek penelitian ini adalah hewan dari kelas Odonata atau Capung yang berada di Rawa Jombor, Klaten pada bulan Februari – April 2016 teridentifikasi 30 spesies capung. Adapun permasalahan yang diangkat adalah persamaan dan perbedaan ciri 118 morfologi Odonatacapung jantan dewasa yang menjadi petunjuk adanya persamaan dan perbedaan jenis capung. Objek dan permasalahan tersebut dapat digunakan untuk menemukan fakta dan konsep sehingga hasil penelitian ini telah memenuhi syarat kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat.

2.2 Kesesuaian Dengan Tujuan Pembelajaran

Pemanfaatan hasil penelitian ini sesuai dengan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat yaitu permasalahan biologi pada konsep keanekaragaman hayati tingkat jenis yang diperoleh dari hasil penelitian keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten. Potensi ketersediaan objek dan permasalahan ini sesuai dengan Standar Kompetensi KI dan Kompetensi Dasar KD pada materi Biologi kelas X SMA semester I. KI yang ingin dicapai adalah KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarlam rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologim seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat 119 dan minatnya untuk memecahkan masalah. KD yang ingin dicapai adalah KD 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati gen, jenis dan ekosistem di Indonesia. Hasil penelitian dijabarkan ke dalam Tujuan Pembelajaran yang relevan dalam mempelajari KI dan KD yang ingin di capai.

2.3 Kejelasan Sasaran Materi dan Peruntukannya

Pengangkatan hasil penelitian keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten menjadi sebuah sumber belajar digunakan untuk mempelajari materi keanekaragaman hayati khususnya pada sub materi keanekaragaman hayati tingkat jenis. Materi ini diperuntukkan bagi siswa kelas X SMA semester I. Hasil penelitian ini dinilai telah memenuhi persyaratan kejelasan sasaran materi dan peruntukannya.

2.4 Kejelasan Informasi yang Akan Diungkap

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah ciri umum capung, persamaan dan perbedaan ciri morfologi capung, ciri umum habitat capung, perilaku capung, keanekaragaman jenis capung, cara mengklasifikasi capung kedalam kelompok- kelompok yang lebih kecil, cara mengidentifikasi jenis capung, peran capung bagi kehidupan, dan cara pelestarian capung. Informasi tersebut berupa fakta-fakta yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran menggunakan produk hasil penelitian. 120 Informasi yang ditemukan dapat merujuk pada konsep-konsep biologi yang sesuai dengan hasil kegiatan.

2.5 Kejelasan Pedoman Eksplorasi

Pedoman eksplorasi yang dilakukan dalam penelitian telah dijabarkan pada Bab III tentang metode penelitian. Prosedur penelitian yang telah dilakukan tidak semua dapat diangkat menjadi sumber belajar bagi peserta didik, akan tetapi prosedur penelitian tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik dan guru. Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih prosedur kerja yang dapat diangkat antara lain: kemudahan dalam pelaksanaan, ketersediaan waktu, ketersediaan tenaga, ketersediaan fasilitas, dan kemampuan peserta didik dan guru. Selain itu, pengangkatan pedoman eksplorasi sebagai sumber belajar harus berprinsip pada pengembangan keterampilan proses sains yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

2.6 Kejelasan Perolehan yang Akan Diperoleh

Perolehan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dari hasil penelitian ini antara lain: a Perolehan Kognitif i Pengetahuan tentang ciri morfologi, habitat, dan perilaku capung. 121 ii Pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan ciri morfologi capung. iii Pengetahuan mengenai keanekaragaman jenis capung yang ada di Rawa Jombor, Klaten. iv Pengetahuan tentang peranan capung bagi kehidupan. v Pengetahuan tentang upaya pelestarian capung. b Perolehan Afektif i Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. ii Mengembangkan sikap mandiri dalam belajar iii Mengembangkan sikap ketelitian, kehati-hatian, dan sabar dalam melakukan kegiatan belajar. iv Menumbuhkan kecintaan terhadap makhluk hidup dan alam sekitar. v Menyadari kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. c Perolehan Psikomotorik i Mengembangkan kemampuan mengamati ciri morfologi, habitat, dan perilaku capung yang ditemukan di Rawa Jombor, Klaten. ii Mengembangkan kemampuan identifikasi capung yang ditemukan di Rawa Jombor, Klaten. 122 iii Mengembangkan keterampilan menggunakan alat-alat komunikasi dalam pembelajaran. Setelah hasil penelitian memenuhi persyaratan untuk dapat dikembangkan sebagai sumber belajar, tahap selanjutnya adalah mengkaji proses dan produk yang ada di dalamnya. Di dalam suatu penelitian biologi terdapat fakta, konsep, dan proses sains yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber belajar dalam rangkam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi. Berikut adalah hasil kajian proses dan produk yang relevan dengan permasalahan Biologi di SMA: a Hasil Penelitian Berupa Proses Hasil penelitian berupa proses diperoleh dari metode ilmiah yang telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten yang berupa langkah-langkah kegiatan penelitian. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1 Identifikasi Masalah Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah keberadaan capung di Rawa Jombor, Klaten menunjukkan terancamnya kawasan tersebut sebagai habitat hidup capung. Data ilmiah mengenai keberadaan capung di Rawa Jombor, 123 Klaten juga belum ada. Kawasan Rawa Jombor, Klaten menyimpan potensi sebagai laboratorium alam yang dapat dijadikan ruang belajar yang menarik. Namun potensi ini belum banyak dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah untuk mengadakan kegiatan belajar ataupun kegiatan keilmiahan. 2 Perumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat ditarik dari penelitian keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten oleh Tria Septiani Subagyo, yakni apa saja jenis-jenis capung yang ada di Rawa Jombor, Klaten selama bulan Februari-Maret 2016. 3 Perumusan Tujuan Tujuan dari dilakukannya penelitian keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten adalah untuk mengetahui jenis- jenis capung yang ada di Rawa Jombor, Klaten selama bulan Februari-Maret 2016. 4 Penyusunan Prosedur Penelitian Prosedur penelitian disusun sebagai panduan pelaksanaan kegiatan penelitian agar kegiatan yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan. Penyusunan prosedur penelitian meliputi penentuan objek penelitian, penentuan 124 populasi dan sampel penelitian, penentuan alat dan bahan yang digunakan, penetuan waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, penentuan teknik analisis data penelitian, dan penarikan kesimpulan. 5 Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah survei sebelum pelaksanaan untuk mempertimbangkan metode yang tepat, alat dan bahan yang dibutuhkan, kemampuan peneliti, dan waktu pelaksanaan, dan tahap kedua adalah pengambilan data lapangan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan dan hasil survei penelitian. 6 Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan dihubungkan dengan pustaka-pustaka yang relevan. Hasil yang didapatkan dari analisis dan pembahasan hasil penelitian adalah jenis-jenis capung yang ada di Rawa Jombor, Klaten dan hubungannya dengan kondisi lingkungan yang ada pada saat penelitian. 125 7 Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian keanekaragaman capung ini. Kesimpulan yang diperoleh adalah diketahuinya jumlah jenis capung yang ada di Rawa Jombor, Klaten selama kurun waktu penelitian. b Hasil Penelitian Berupa Produk Produk yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa fakta dan digeneralisasi menjadi konsep. Berikut adalah fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil penelitian: Tabel 33. Fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil penelitian keanegaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten No Fakta Konsep 1.  Semua capung yang ditemui memiliki bentuk tubuh yang beruas-ruas.  Semua capung yang ditemua memiliki bentuk tubuh simetris bilateral  Semua capung yang ditemui memiliki tiga bagian tubuh yaitu kepala caput, dada toraks, dan perut abdomen. Ciri umum Filum Arthropoda 126  Semua capung yang ditemukan memiliki sistem reproduksi terpisah terdapat hewan jantan dan betina. 2.  Semua capung yang ditemui memiliki kepala yang terdiri dari sepasang mata berukuran besar, sepasang antena berbentuk duri, dan sebuah mulut bertipe mulut pengunyah.  Semua capung yang ditemui memiliki dada yang terdiri dari dua pasang sayap bertipe sayap membran, tiga pasang kaki bertipe kaki raptorial.  umumnya capung yang ditemui memiliki perut berbentuk silinder memanjang, beruas- ruas sebanyak sepuluh tuas, dan memiliki alat kelamin sekunder. Ciri umum capung 3. Terdapat perbedaan ciri morfologi capung dalam hal Dasar klasifikasi capung 127 ukuran, bentuk, dan warna pada tubuh capung yang ditemui. 4.  Capung yang ditemui terbagi ke dalam 2 sub-ordo yang berbeda.  Capung yang ditemui terbagi ke dalam 7 Famili yang berbeda. Pengklasifikasian ke dalam kelompok yang lebih kecil dan spesifik 5. Dijumpai 30 macam capung dari jenis yang berbeda. Keanekaragaman tingkat jenis 6.  Semua capung biasa Anisoptera yang ditemui memiliki bentuk pangkal sayap yang melebar.  Semua capung biasa Anisoptera yang ditemui memiliki bentuk sayap depan berbeda dengan sayap belakang  Semua capung biasa Anisoptera yang ditemui, posisi sayap pada saat istirahat dalam keadaan terbukahorizontal. Ciri umum Anisoptera 128 7.  Semua capung jarum Zygoptera yang ditemui memiliki pangkal sayap yang menyempit.  Semua capung jarum Zygoptera yang ditemui memiliki bentuk sayap depan dan sayap belakang yang relatif sama.  Semua capung jarum Zygoptera yang ditemui, posisi sayap pada saat istirahat dalam keadaan tertutup tegak lurus dengan tubuh. Ciri umum Zygoptera 8.  Semua capung betina yang ditemui memiliki alat kelamin sekunder di ujung abdomen.  Semua capung jantan yang ditemui memiliki alat kelamin sekunder di ruas ke 3 abdomen.  Semua capung jantan dewasa yang ditemui umumnya memiliki warna lebih Perbedaan ciri morfologi capung jantan dan capung betina 129 kuatmenarik daripada capung betina. 9.  Keanekaragaman dan populasi capung merupakan bioindikator perairan yang sehat.  Beberapa capung yang dijumpai sedang memangsa lalat, belalang, dan capung lain.  Beberapa capung yang dijumpai menjadi mangsa laba-laba, burung, dan capung lain.  Capung di Rawa Jombor Klaten menjadi objek penelitian biologi. Peran capung bagi kehidupan 3 Seleksi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi yang Sesuai Dengan Persoalan Biologi termuat Dalam Panduan Belajar Menurut Suhardi 2009 : 15, setelah hasil penelitian memenuhi persyaratan sebagai sumber belajar, terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam rangka mengangkat proses dan produk 130 penelitian sebagai sumber belajar. Kedua hal tersebut adalah sebagai berikut : a Penyesuaian Prosedur Kerja Penelitian dengan Kegiatan Pembelajaran Prosedur kerja penelitian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ketersediaan objekmedia, langkah kerja, dan lokasi kegiatan belajar yang dilakukan. Kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam penelitian ini adalah kombinasi kegiatan lapangan dan kegiatan di dalam kelas sehinga menuntut peserta didik untuk turun langsung ke lapangan menghadapi objek dan permasalahan yang ada. Prosedur kerja yang dikembangkan dalam aplikasi ini yaitu kegiatan observasi, proses identidikasi, proses klasifikasi, penarikan kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil observasi yang diperoleh. Kegiatan di kelas dilaksanakan sebagai pendahuluan sebelum kegiatan lapangan. Kegiatan lapangan ini membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pada jam pelajaran. Oleh karena itu, alternatif pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah dengan melaksanakan di luar jam pelajaran yaitu setelah jam belajar mengajar selesai atau di hari libur sekolah. 131 b Penyesuaian Produk Penelitian dengan Kurikulum yang Berlaku Menurut Suhardi 2012 : 6 suatu hasil penelitian memiliki potensi besar untuk diangkat sebagai sumber belajar. Namun hasil sebuah penelitian memungkinkan untuk tidak mendukung penuh konsep-konsep dalam kurikulum yang berlaku. Untuk itu diperlukan juga modifikasi dengan menambahkan konsep-konsep tersebut dari sumber lain yang relevan agar pencapaian kompetensi yang diharapkan dapat lebih optimal. Produk penelitian harus dikaji kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini kurikulum 2013 bidang studi Biologi SMA kelas X agar konsep yang diperoleh melalui penelitian sesuai dengan tujuan pembelajaran yang berlaku. 4 Penerapan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Ke Dalam Organisasi Instruksional a Konsep dan Sub Konsep Konsep yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran ini adalah keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten dengan sub konsep keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, manfaat keanekaragaman hayati namun di tekankan pada keanekaragaman jenis . 132 b Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang sesuai yakni KD 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati gen, jenis dan ekosistem di Indonesia. c Hasil Belajar Dari kegiatan belajar ini peserta didik diharapkan dapat menemukan konsep keanekaragaman hayati khususnya mengenai keanekaragaan tingkat gen, jenis, dan keanekaragaman hayati. d Tujuan a Siswa mampu menyebutkan C1 ciri-ciri morfologi capung berdasarkan hasil pengamatan. b Siswa mampu menemukan C4 perbedaan dan persamaan ciri morfologi capung yang ditemukan dari hasil pengamatan. c Siswa mampu mengklasifikasi C3 capung ke dalam kelompok yang lebih kecil. d Siswa mampu menggunakan C3 aplikasi identifikasi jenis capung untuk mengidentifikasi jenis capung yang ditemukan. e Siswa mampu mengumpulkan C5 informasi mengenai peranan capung bagi kehidupan. 133 e Uraian Materi Materi yang digunakan dalam sumber belajar ini adalah materi hasil penelitian Biologi mengenai keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten. f Sasaran a Sasaran pengamatan objek belajar : hewan dari kelas Odonata atau Capung yang berada di sekitar Sekolah. b Sasaran peruntukan subjek belajar : siswa SMA kelas X semester I. g Jenis Kegiatan Kegiatan pembelajaran ini merupakan perpaduan antara kegiatan belajar ekstrakulikuler dan intrakulikuler. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran ini terdapat kegiatan yang harus dilakukan di luar jam sekolah dan pada jam sekolah. Kegiatan Intrakurikuler meliputi : a Persiapan awal kegiatan belajar yaitu pengarahan sebelum peserta didik melakukan studi lapangan. b Pelaporan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan ekstrakurikuler meliputi : a Pelaksanaan pengamatan keanekaragaman capung di kawasan Rawa Jombor, Klaten 134 h Waktu Penelitian yang dilakukan disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diangkat dalam aplikasi yang dibuat. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I kelas X SMA tahun ajaran 20162017 dengan jumlah jam 2 x 45 menit untuk kegiatan intrakulikuler dan 2 x 45 menit utuk kegiatan ekstrakulikuler. i Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar ini adalah pendekatan induktif yaitu dari fakta menuju ke konsep. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik menggunakan aplikasi ini adalah peserta didik melakukan kegiatan di lapangan kemudian menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan tersebut. j Metode Mengajar Metode mengajar yang digunakan adalah observasi dan diskusi. k Sarana dan Prasarana Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah: handphone android, aplikasi panduan pengamatan, buku catatan, alat tulis, insect-net, lopkaca pembesar, kamera, dan binokuler. l Bentuk Belajar 135 Kegiatan belajar yang disusun dalam aplikasi ini adalah kombinasi diskusi dan kegiatan belajar kelompok. m Sistem interaksi Sistem interaksi yang dapat terjadi dalam kegiatan pembelajaran ini adalah a Peserta didik – Objek b Peserta didik – Peserta didik c Guru – Objek d Guru – Peserta didik n Alat Evaluasi Alat evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan aplikasi ini adalah tugas dan tes sumatif yang terpisah dari bahan ajar. Tes sumatif ini digunakan sebagai evaluasi tahap akhir untuk mengetahui hasil belajar peserta didik mengunakan aplikasi tersebut.

b. Analisis Peserta Didik

Peserta didik yang menjadi sasaran penggunaan panduan belajar keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten adalah peserta didik SMA kelas X yang rata-rata berumur 16-17 tahun. Menurut Jean Piaget dalam Dwi Siswoyo, dkk., 2008 : 102-103, perkembangan intelektual peserta didik umur 11-14 tahun termasuk ke dalam tahap operasional formal. Perubahan perilaku dari peserta didik antara lain 136 adalah telah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun beruntun. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan kemampuan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam aplikasi keanekaragaman capung di Rawa Jombor, Klaten menuntut peserta didik untuk berpikir abstrak dan mengikuti prosedur metode ilmiah, sehingga aplikasi ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Salah satu media pembelajaran yang saat ini hampir dimiliki oleh semua peserta didik yakni smartphone berbasis android. Smartphone diminati peserta didik karena fleksibilitas dan fungsinya yang sangat beragam. Potensi media yang dimiliki peserta didik ini sesuai dengan desain yang dirancang aplikasi panduan pengamatan capung berbasis android. Diharapkan dengan adanya bentuk media yang dekat dengan peserta didik serta dapat digunakan dimana dan kapan saja dapat memudahkan dalam proses pembelajaran.

c. Analisis KompetensiKurikulum

Analisis kurikulum ini mengacu pada Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD pada kurikulum 2013 pada materi keanekaragaman hayati. Tahap ini digunakan untuk memahami tingkat kedalaman kompetensi yang dituntut oleh kurikulum. Analisis tersesbut mencakup identifikasi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, 137 dan menyusun Indikator Pembelajaran pada materi yang akan dipelajari. Berikut adalah tabel KI, KD, dan Indikator Pembelajaran pada materi keanekaragaman hayati: Tabel 34. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pembelajaran. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologim seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati gen, jenis dan ekosistem di Indonesia. 1. Peserta didik mampu mengidentifikasi keanekaragaman capung di lingkungan sekitar sekolah 2. Peserta didik mampu mengklasifikasikan keanekaragaman capung di lingkungan sekitar sekolah 3. Peserta didik mampu menjelaskan habitat-habitat capung. 4. Peserta didik mampu Menyajikan data gambar, foto, deskripsi berbagai jenis capung yang hidup 138 dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. di lingkungan sekitar berdasarkan pengamatan. 5. Peserta didik mampu menjelaskan data hasil observasi keanekaragaman capung di lingkungan sekitar sekolah. 6. Peserta didik mampu menjelaskan peran keanekaragaman terhadap kestabilan lingkungan. 7. Peserta didik mampu menganalisis kemungkinan yang terjadi jika terjadi perubahan jumlah dan jenis keanekaragaman hayati terhadap keseimbangan lingkungan. 8. Peserta didik mampu menjelaskan usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. 139

d. Analisis Instruksional

Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD tersebut kemudian dijabarkan kedalam tujuan pembelajaran sebagai berikut: a Mengumpulkan data jenis dan morfologi capung yang hidup di lingkungan sekitar sekolah melalui identifikasi. b Mengumpulkan informasi habitat capung di lingkungan sekitar sekolah c Mengumpulkan informasi mengenai peranan capung bagi kehidupan dan menganalisis upaya-upaya pelestariannya.

2. Tahap Design

a. Penyusunan Kerangka Aplikasi

Dari hasil analisis kompetensi, disusun kerangka isi Aplikasi Panduan Pengamatan Capung yang menggambarkan keseluruhan materi dan kegiatan yang akan dimuat dalam Aplikasi Panduan Pengamatan Capung. Kerangka isi tersebut antara lain memuat: Tabel 35. Kerangka Aplikasi Panduan Pengamatan Capung No Komponen Keterangan 1. Menu Utama Menu Utama menampilkan keseluruhan bagian aplikasi, antara lain: 140  Panduan Penggunaan  Mengenal Keanekaragaman Capung  Identifikasi Spesies  Glosarium  Tentang Aplikasi  Daftar Referensi 2. Panduan Penggunaan Petunjuk penggunaan Aplikasi memuat mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam menggunakan Aplikasi. 3. Mengenal Keanekaragaman Capung Mengenal Keanekaragaman Capung berisi mengenai dasar materi yakni keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem, serta pengenalan capung melalui 5W+1H, antara lain:  Apakah capung itu ?  Siapakah capung itu?  Dimana capung hidup?  Kapan Capung Bisa Dijumpai?  Bagaimana Capung Hidup? 141  Mengapa capung perlu dipelajari? 4. Panduan Identifikasi Capung Pada bagian ini memuat beberapa informasi runtutan dalam mengidentifikasi capung antara lai:  Bagaimana menangkap capung?  Bagaimana cara memegang capung?  Bagaimana cara membedakan capung jarum dan capung biasa ?  Bagaimana cara membedakan capung jantan dan capung betina ?  Bagaimana cara membedakan antar spesies capung menggunakan aplikasi panduan pengamatan? 5. Identifikasi Spesies Identifikasi Spesies berisi 30 spesies capung yang dijabarkan menjadi beberapa bagian, antara lain:  Foto spesies jantan dan betina  Nama spesies  Taksonomi spesies  Deskripsi umum 142  Morfometri  Peta perjumpaan di lokasi sampling 6. Glosarium Glosarium berisi daftar penjelasan istilah – istilah asing. 7. Tentang Aplikasi Tentang Aplikasi berisi keterangan pengembang aplikasi, antara lain:  Dosen Pembimbing  Instansi Terkait  Anggota Tim  Tim IT  Email Pengembang  Email Instansi  Instagram Instansi 8. Daftar Referensi Daftar Referensi berisi list literatur yang digunakan sebagai acuan pembuatan aplikasi

b. Penyusunan Materi Dalam Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan penyusunan materi yang akan dituangkan ke dalam Aplikasi Panduan Pengamatan Capung. Dari sistematika yang telah dibuat maka materi yang akan dituang ke dalam aplikasi meliputi: Pengertian capung, Taksonomi capung , Habitat 143 capung , Perilaku capung, peran capung dalam kehidupan manusia dan lingkungan.

c. Penyusunan Sistematika Produk

Tahap ini menentukan sistematika penyajian materi pada produk supaya runtut sesuai dengan tahap-tahap dan mudah dalam mempelajari isi materi Aplikasi panduan Pengamatan Capung. Berikut adalah urutan penyajian kegiatan di dalam Aplikasi yang dibuat: 1 Membuka menu Panduan Penggunaan Tujuan : a Mengetahui tata cara penggunaan aplikasi b Mengetahui runtutan bagian yang akan dibuka 2 Membuka menu Mengenal Keanekaragaman Capung Tujuan : a Mengetahui dasar materi keanekaragaman hayati gen, spesies dan ekosistem b Mengenal Keanekaragaman Capung c Mengetahui Pengertian capung secara umum d Mengetahui Taksonomi capung e Mengetahui Habitat capung f Mengetahui Perilaku Capung 144 g Mengetahui peran Capung dalam kehidupan manusia dan lingkungan 3 Membuka menu Panduan Identifikasi Capung Tujuan : a Mengetahui cara menangkap capung b Mengetahui cara memegang capung c Mengidentifikasi sub-ordo capung d Mengidentifikasi jenis kelamin capung e Mengidentifikasi spesies capung 4 Membuka menu Identifikasi Spesies Tujuan : a Mengenal Keanekaragaman Capung dari hasil observasi di Rawa Jombor b Berlatih mengidentifikasi capung menggunakan aplikasi baik capung secara langsung, gambar maupun ilustrasi untuk lebih menguatkan pemahaman keanekaragaman spesies.

d. Pembuatan Skenario, Tombol Fungsi Dan Story Board

Pada tahap ini dilakukan pembuatan skenario untuk mengetahui urutan dalam pengoperasian Aplikasi. Tombol fungsi yang digunakan untuk berpindah dari halaman 1 ke halaman lainnya. Rancangan 145 storyboard digunakan untuk mengatur tata letak setiap halaman yang ada.

e. Perancangan Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Aplikasi ini adalah tes sumatif. Tes sumatif yang ada di dalam bahan ajar digunakan sebagai acuan penilaian untuk mengetahui keefektifankeberhasilan penyusunan aplikasi terhadap hasil belajar peserta didik.

3. Tahap Development

a. Pra Penulisan

Pada tahap ini dilakukan kajian referensi dan sumber pustaka serta keperluan lain yang mendukung dalam proses penyusunan Aplikasi Panduan Pengamatan Capung.

b. Penyusunan Draf Aplikasi

Penyusunan draf aplikasi dilakukan oleh tim IT sesuai dengan kerangka dan sistematika penulisan media panduan belajar yang telah disusun penulis.

c. Penyuntingan Validasi

Produk awal hasil penyusunan panduan belajar kemudian di review oleh ahli yang relevan, yakni dosen ahli materi dan dosen ahli media untuk memperoleh masukan dan komentar. Masukan dan komentar dari dosen ahli digunakan untuk menyempurnakan panduan belajar sebelum diuji coba terbatas di MAN Yogyakarta III. Tujuan tahap ini adalah untuk menghindari adanya kesalahan konsep dan bahasa. 146 1 Ahli Media Penilaian oleh dosen ahli media ditinjau dari empat aspek yaitu: aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa. Selama proses konsultasi diperoleh beberapa saran dan penilaian terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah penilaian dosen ahli media : Tabel 36. Hasil penilaian kelayakan Aplikasi Panduan Pengamatan oleh ahli media Keterangan : Ahli Media 1. Handziko Christy, M.Pd Ahli Media 2. Ciptono M.Si Ahli Media 3. Yuni Wibowo M.Pd Aspek Penilaian Ahli Media Frekuensi Sudah Baik Belum Baik Aspek Materi 1 6 2 6 3 5 1 ∑f 17 1 94,44 5,56 Aspek Penyajian 1 8 1 2 7 2 3 7 2 ∑f 22 5 81,48 18,52 Aspek Desain 1 14 2 13 1 3 11 3 ∑f 38 4 90,48 9,52 Aspek Bahasa 1 10 1 2 11 3 8 3 ∑f 29 4 87,88 12,12 Total Frekuensi Tiap Aspek 106 14 Rata-rata Persentase 88,57 11,43 147 1 Aspek Materi Hasil penilaian aspek materi oleh ahli media menunjukkan bahwa persentase aspek kelengkapan materi sebesar 94,44 sudah baik dan 5,56 dikatakan belum baik oleh ahli media. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 2 Aspek Penyajian Hasil penilaian aspek materi oleh ahli media menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian materi sebesar 81,48 sudah baik dan 18,52 dikatakan belum baik oleh ahli media. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 3 Aspek Desain Hasil penilaian aspek materi oleh ahli media menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 90,48 sudah baik dan 9,52 dikatakan belum baik oleh ahli media. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 4 Aspek Bahasa Hasil penilaian aspek materi oleh ahli media menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 87,88 sudah baik dan 12,12 dikatakan belum baik oleh ahli media. Hal ini 148 menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. Persentase penilaian aplikasi panduan pengamatan capung secara keseluruhan ditinjau dari aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa sebesar 88,57 dikatakan sudah baik dan 11,43 dikatakan belum baik oleh alhi media. Berikut adlah proporsi penilaian kelayakan aplikasi panduan pengamatan capung oleh ahli media disajikan dalam diagram pie: Gambar 37. Diagram Pie Hasil Penilaian Kelayakan oleh Ahli Media Selama proses konsultasi juga diperoleh beberapa saran terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah saran dosen ahli media terhadap aplikasi yang dikembangkan : Tabel 37. Saran oleh Dosen Ahli Media Aspek Penilaian Ahli Media Saran Aspek Materi 1 a. Sudah baik namun masih terlihat teralu banyak text. 89 11 Persentase Kelayakan Aplikasi Oleh Ahli Media sudah baik belum baik 149 b. Pada bagian mengapa capung perlu dipelajai, belum disampaikan mengapa capung membantu bidang pertanian. 2 a. Sudah bagus, diperjelas pada beberapa judul yang dimaksud rawa jombor klaten atau rawa jombor sleman 3 a. Keruntutan materi di tingkatakan Aspek Penyajian 1 a. Perlu ditambahkan studi kasus untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. b. Perlu ditambahkan kaitan materi dengan kehidupan sehari-hari. 2 a. Sudah baik 3 a. Belum ada tugas atau pertanyaan yang mendorong siswa belajar lebih jauh b. Perlu ditambahakan panduan identifikasi capung Aspek Desain 1 a. Desain aplikasi sudah cukup baik. b. Diluar keterbatasan teknis aplikasi, akan sangat baik jika panduan identifikasi spesies disertai dengan gambar morfologi per bagian identifikasi. c. Font kurang besar sedikit. 2 a. Sudah baik 3 a. Perlu dibuat sub title yang tidak membingungkan b. Pada mengenal capung perlu di pisah per bagian supaya tidak terlalu panjang Aspek Bahasa 1 a. Beberapa istilah dan kata ada yang masih kurang tepat. 2 a. Perhatikan kata dan resolusi minimal pada gadget supaya tidak terpenggal 3 a. Diperpendek paragrafnya b. Pemilihan kata beberapa ambigu 2 Ahli Materi Penilaian oleh dosen ahli materi ditinjau dari aspek kebenaran konsep yang dilakukan melalui konsultasi selama proses penyusunan modul. Melalui proses konsultasi kepada dosen ahli materi, kemudian aplikasi panduan pengamatan capung disusun dengna memuat materi. 150 Antara lain: Keanekaragaman gen,spesies,ekosistem khususnya capung; Klasifikasi Capung; Panduan dalam mengidentifikasi capung; Keanekaragaman capung di Rawa Jombor. Selama proses konsultasi diperoleh beberapa saran dan penilaian terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah penilaian dosen ahli materi : Tabel 38. Hasil penilaian kebenaran konsep Aplikasi Panduan Pengamatan oleh ahli materi Ahli Materi Persentase Penilaian kebenaran konsep Benar Salah 1. Triatmanto, M.Si 94,79 5,21 2. Suhandoyo, M.Si 90.62 9,38 3. Diagal Wisnu P, S.Si 90.62 9,38 Rata – rata 92,01 7,99 Berdasarkan hasil validasi dari dosen ahli dapat diketahui bahwa kriteria benar kemunculan terbanyak yakni 92,01 , sedangkan kriteria salah memiliki frekuensi kemunculan sebesar 7,99 . Artinya kriteria benar menjadi modus dalam penelitian ini. Sehingga konserp dalam aplikasi ini secara umum sudah sesuai dengan referensi. Beberapa konsep yang belum sesuai dengan referensi diperbaiki sesuai saran dari ahli materi. Berikut adalah proporsi penilaian ahli materi apabila disajikan dalam diagram pie : 151 Gambar 38. Diagram Pie Hasil Penilaian Aspek Kebenaran Konsep oleh Ahli Materi Selain penilaian konsep kebenaran, ahli materi juga memberikan beberapa saran. Saran dosen ahli materi tersebut dijadikan acuan dalam perbaikan aplikasi. Berikut adalah saran dari dosen ahli materi: Tabel 39. Saran oleh Dosen Ahli Materi Aspek Penilaian Saran 1. Triatmanto, M.Si a. Odonata lebih tepat jika di definiskan serangga yang kepalanya di dominasi mata dan gigi. b. Segmen dalam bahasa indonesia adalah sekmen, antar segmen ada sekatseptum. c. Bioindikator lebih tepat jika yang dimaksud adalah saat fase nimfa. d. Penggunaan kata sahabat petani rancu e. Artropoda berasal dari kata artros:ruas dan podos:kaki. Yang beruas kaki bukan badannya. f. Insecta mempunyai kaki 3 pasang yang terletak pada setiap ruas. g. Insang pada nimfa merupakan insang trakea h. Setiap kali bertambah besar nimfa akan berganti kulit. Pergantian kulit ini berlangsung beberapa kali. 7,99 92,01 Persentase Kebenaran Konsep oleh Ahli Materi salah benar 152 i. Ciri spesies yang sama adalah memiliki struktur taksonmi sama dan dapat interbreeding serta menghasilkan keturunan fertil. j. Berikan definisi, Mata majemuk adalah... k. Semua bagian tambahan pada makluk hidup disebut appendagesembelan. l. Bagian kaki serangga antara lain: ruas pertama : coxa, kedua:trochanther, ketiga:femur, keempat: tibia, kelima: tarsus

2. Suhandoyo, M.Si a.

Identifikasi proses melihat ciri morfologi. b. Rancu definisi spesies masih bisa varietas. Lebih baik gunakan istilah memiliki kesamaan ciri taksonomi dan dapat melakukan perkawinan serta keturunannya fertil. c. Capung bukan merupakan nenek moyang serangga yang ada melainkan sudah ada sejak zaman dahulu. d. Penjelasan kurang lugas, Zygoptera adalah ordo serangga yang bagaimana... Anisoptera adalah ordo serangga yang bagaimana... e. Jelaskan makanan capung dewasa dan saat nimfa berbeda f. Sumber air akan lebih tepat jika diganti sumber perairan g. Jelaskan apakah ecdysis, moulting dan ganti kulit sama atau berbeda. h. Penyusunan kalimat diperbaiki, misalnya “insecta adalah serangga dengan ciri berkaki 6”. i. Capung merupakan salah satu komponen penting dalam menyeimbangkan ekosistem. 3. Diagal Wisnu P, S.Si a. Bedakan antara klasifikasi dan identifikasi b. Spesies adalah unit dasar, masih ada subspesies dan varietas. c. Segmen lebih tepat ruas bukan sekat 153 d. Jelaskan kenapa capung menjadi bioindikator lingkungan e. Jelaskan lugas peran capung dalam mengontrol hama tanaman f. Tidak semua anisoptera matanya berhimpitan gomphidae g. Tidak semua zygoptera berukuran kecil. Gunakan “umumnya” h. Capung biasa umumnya memiliki daya terbang jauh sedangkan capung jarum daya terbangnya rendah i. Jelaskan dengan lugas, Capung saat fase Nimfa hidup di dalam air j. Konsisten dalam penggunaan istilah misal caung jarum: zygoptera dan capung biasa: anisoptera k. Banyak kalimat yang terlalu panjang sehingga sulit dimengerti

d. Revisi I

Revisi dilakukan dari berdasarkan hasil penyuntingan, masukan dan saran oleh dosen ahli materi dan media untuk menyempurnakan produk yang dihasilkan. Tahap ini merupakan tahap terakhir sebelum melakukan penilaian terhadap produk. Berikut merupakan beberapa perubahan pada aplikasi sebelum revisi dan setelah revisi pertama: 154 Tabel 40. Tabel perubahan aplikasi sebelum dan setelah revisi I No. Sebelum Revisi Setelah Revisi I 1. 2. Capung masuk dalam Ordo Odonata yang diambil dari Bahasa Yunani odon gigi dan – ataakhiran penamaan kelompok zoologi, sehingga diartikan kelompok serangga yang memiliki gigi. Capung masuk dalam Ordo Odonata yang diambil dari Bahasa Yunani odon gigi dan – ata akhiran penamaan kelompok zoologi, sehingga diartikan kelompok serangga yang proporsi kepalanya di dominasi mata majemuk dan gigi. 3. Perut capung memiliki bentuk memanjang, umumnya seperti tabung namun sebagian lainnya pipih. Perut capung memiliki 10 segmen sekat. Perut capung memiliki bentuk memanjang, umumnya seperti tabung namun sebagian lainnya pipih. Perut capung memiliki 10 segmen, antar segmen terpisah oleh septumsekat. 4. Secara deskriptif capung masuk dalam kerajaan animalia hewan. Tergolong dalam fillum arthropoda hewan dengan tubuh beruas-ruas. Tergolong pada kelas insecta serangga yang memiliki 6 tungkai kaki. Tergolong dalam ordo odonata memiliki gigi. Odonata terbagi menjadi tiga Sub-Ordo namun hanya dua divisi yang dapat ditemukan di Rawa Jombor Secara deskriptif capung masuk dalam kerajaan animalia hewan. Tergolong dalam fillum arthropoda hewan dengan kaki beruas-ruas. Tergolong pada kelas insecta serangga yang memiliki 3 pasang tungkai kaki. Tergolong dalam ordo odonata serangga yang kepalanya di dominasi mata majemuk dan gigi. Odonata terbagi menjadi tiga Sub-Ordo namun hanya dua 155 yaitu: capung biasa Anisoptera dan capung jarum Zygoptera. Sub-Ordo yang dapat ditemukan di Rawa Jombor yaitu: capung biasa Anisoptera dan capung jarum Zygoptera. 5. Keanekaragaman spesies atau keanekaragaman antar spesies, yakni beragamnya spesies akibat perbedaan jumlah dan susunan gen. Spesies adalah individu yang dapat kawininterbreeding dengan sejenisnya dan mampu menghasilkan keturunan fertil. Keanekaragaman spesies yakni beragamnya spesies akibat perbedaan jumlah dan susunan gen. Ciri spesies yang sama adalah dapat kawininterbreeding dengan sejenisnya dan mampu menghasilkan keturunan fertil. 6. Capung dikenal sebagai bioindikator lingkungan perairan dan sahabat bagi petani sebagai natural pestcontrol yang memakan hama tanaman. Capung dikenal sebagai bioindikator lingkungan, karena nimfa capung hidup di dalam perairan tertentu, semakin tercemar semakin sedikit yang dapat bertahan hidup. Capung bermanfaat bagi petani sebagai predator yang memakan hama tanaman.

e. Uji Keterbacaan

Aplikasi yang telah divalidasi oleh ahli media dan ahli materi kemudian di revisi. Produk revisi ini kemudian di uji keterbacaan pada 3 orang Guru Biologi dan 12 orang peserta didik kelas X semester di MAN Yogyakarta III, Sleman. Hasil penilaian kelayakan modul oleh guru biologi dan peserta didik sebagai berikut : a Guru Biologi Penilaian oleh guru biologi di tinjau dari empat aspek utama, yaitu aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa. Berikut adalah hasil penilaian guru terhadap aplikasi panduan pengamatan capung: 156 Tabel 41. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aplikasi Aspek Penilaian Guru Frekuensi Sudah Baik Belum Baik Aspek Materi 1 6 2 6 3 4 2 ∑f 16 2 88,88 11,12 Aspek Penyajian 1 9 2 8 1 3 6 3 ∑f 23 4 85,18 14,82 Aspek Desain 1 12 2 2 14 3 1 13 ∑f 39 3 92,85 7,15 Aspek Bahasa 1 9 2 9 3 7 2 ∑f 25 2 92,59 7,41 Total Frekuensi Tiap Aspek 103 11 Rata-rata Persentase 90,35 9,65 Keterangan : Guru Biologi 1. Rini Utami, S.Pd Guru Biologi 2. Siti Mahmudah, S.Pd Guru Biologi 3. Siti Nur Rochmah, S.Pd, MA 1 Aspek Materi Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek materi sebesar 88,88 sudah baik dan 11,12 dikatakan belum baik oleh guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 2 Aspek Penyajian 157 Hasil penilaian aspek penyajian oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian materi sebesar 85,18 sudah baik dan 14,82 dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 3 Aspek Desain Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 92,85 sudah baik dan 7,15 dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. 4 Aspek Bahasa Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 92,59 sudah baik dan 7,41 dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi. Persentase penilaian aplikasi panduan pengamatan capung secara keseluruhan ditinjau dari aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa sebesar 90,35 dikatakan sudah baik dan 9,65 dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Berikut 158 adalah proporsi penilaian kelayakan aplikasi panduan pengamatan capung oleh ahli media disajikan dalam diagram pie: Gambar 39. Diagram Pie Penilaian Kelayakan oleh Guru Biologi Selama proses konsultasi juga diperoleh beberapa saran terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah saran guru biologi terhadap aplikasi yang dikembangkan : Tabel 42.Saran oleh Guru Biologi Aspek Penilaian Saran Rini Utami, S.Pd a. Penjelasan materi keanekaragaman spesies kurang jelas b. Keterangan gambar tidak jelas pada materi siapa capung itu c. Bagian penjelasan zygoptera sebaiknya diperbaiki d. Beberapa kata tidak baku “nampak seharusnya tampak” e. Ada beberapa kata yang tidak baku seperti kemendikbud dan indonesia, seharusnya diawali huruf kapital f. Pembagian kolom zygoptera dan anisoptera membingungkan g. Kata yang berpasangan beberapa ada yang belum diberi tanda hubung 90,35 9,36 Persentase Kelayakan Aplikasi Oleh Guru Biologi Sudah Baik Belum Baik 159 h. Judul bab siapakah capung itu ?, disarankan diubah menjadi bagaimana kedudukan capung dalam taksonomi. Siti Mahmudah, S.Pd a. Disarankan menambah bagian usaha pelestarian capung dan pesan moral b. Disarankan menambah foto habitat masing-masing lokasi sampling c. Aplikasi ini juga sesuai digunakan untuk pengayaan Siti Nur Rochmah, S.Pd, MA a. Materi terlalu banyak kata. b. Sebaiknya dibuat lebih sederhana c. Tidak semua peserta didik mengenal capung secara dekat. b Peserta Didik Tanggapan peserta didik terhadap kelayakan modul pengayaan ini dilakukan oleh 12 peserta didik kelas X MAN Yogyakarta III. Berikut adalah hasil penilaian kelayakan modul oleh peserta didik : Tabel 43. Hasil tanggapan peserta didik terhadap kelayakan aplikasi Aspek penilaian Persentase Kriteria Penilaian Kelayakan Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Aspek Penyajian 47,92 47,92 4,16 0,00 Aspek Bahasa 38,89 58,32 2,79 0,00 Aspek Pelaksanaan 75,00 25,00 0,00 0,00 Aspek Kemandirian 33,33 58,33 8,34 0,00 Aspek Manfaat 51,67 48,33 0,00 0,00 Rata-Rata Persentase 49,36 47,58 3,06 0,00 1 Aspek Kelayakan Penyajian Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek kelayakan isi pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkanbahwa persentase kelayakan penyajian sebesar 47,92 dikatakan sangat setuju, 47,92 dikatakan setuju, 4,16 160 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini sangat baik menurut peserta didik. 2 Aspek Kelayakan Bahasa Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Bahasa pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan bahasa sebesar 38,89 dikatakan sangat setuju, 58,32 dikatakan setuju, 2,79 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik. 3 Aspek Kelayakan Pelaksanaan Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Pelaksanaan pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan bahasa sebesar 75 dikatakan sangat setuju, 25 dikatakan setuju, 0,00 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi 161 kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini sangat baik menurut peserta didik. 4 Aspek Kelayakan Kemandirian Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Kemandirian pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan Kemandirian sebesar 33,33 dikatakan sangat setuju, 58,33 dikatakan setuju, 8,34 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik. 5 Aspek Kelayakan Manfaat Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Kemandirian pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan Kemandirian sebesar 51,67 dikatakan sangat setuju, 48,33 dikatakan setuju, 0,00 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik. 162 Persentase tanggapan peserta didik MAN Yogyakarta III terhadap kelayakan aplikasi panduang pengamatan capung secara keseluruhan ditinjau dari 4 aspek adalah sebagai berikut : sebesar 49,36 dikatakan sangat setuju, 47,58 dikatakan setuju, 3,06 dikatakan kurang setuju, dan 0,00 dikatakan tidak setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi panduan pengamatan capung ini secara keseluruhan memiliki kelayakan sangata baik untuk digunakan. Berikut adalah proporsi penilaian kelayakan aplikasi panduan pengamatan capung oleh peserta didik yang disajikan dalam diagram pie: Gambar 40. Diagram pie tanggapan peserta didik terhadap kelayakan aplikasi Berdasarkan angket yang diberikan kepada peserta didik didapatkan beberapa saran dan masukan, antara lain: Tabel 44. Saran dari peserta didik No. Saran 1. Ditambahkan ilustrasi atau tabel penggolongan capung berdasarkan waktu aktifnya 49 48 3 Persentase Penilaian oleh Peserta Didik Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 163 2. Pada menu mengenal capung judul dan isi dibedakan warna dan ukuran font nya. Tulisannya terlalu banyak 3. Ditambahkan identifikasi bebas, sehingga pengguna dapat memasukkan beberapa ciri capung lalu akan tersaring mana yang mendekati 4. Aplikasinya mudah dan praktis untuk dipakai mempelajari capung, saran supaya paragraf jangan terlalu panjang sehingga tidak membuat bingung. 5. Tambahkan animasi supaya lebih menarik

f. Revisi Akhir

Masukan dan saran yang diberikan oleh guru dan peserta didik dijadikan dasar untuk revisi panduan belajar sebagai revisi akhir sehingga didapatkan produk akhir berupa Aplikasi Panduan Pengamatan Capung untuk mempelajari materi keanekaragaan hayati Indonesia bagi peserta didik kelas SMA kelas X. Salah satu revisi media yakni menambahkan menu panduan identifikasi capung, sehingga pengguna mengetahui cara mengidentifikasi capung mulai dari yang sederhana seperti teknik menangkap capung hingga langkah yang rumit seperti mengidentifikasi. 164 Tabel 45. Tabel Perubahan Aplikasi Sebelum Revisi Dan Setelah Revisi Akhir No. Sebelum Revisi Setelah Revisi Akhir Sebelum revisi akhir, tidak terdapat kolom panduan identifikasi capung. Setelah revisi akhir, di tambahkan kolom panduan identifikasi capung. Sebelum revisi akhir, tidak terdapat foto lokasi-lokasi sampling capung. Penambahan foto lokasi sampling di Rawa Jombor. 165 B. PEMBAHASAN

1. Tahap Analisis

Proses pengembangan aplikasi panduan pengamatan capung berbasis android ini diawali dengan tahap analisis. Tahap analisis ini dibutuhkan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan suatu sumber belajar. Secara umum tahap analisis ini meliputi analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar, analisis peserta didik, analisis kompetensikurikulum, dan analisis instruksional pembelajaran. Berikut merupakan penjabaran pada setiap tahap analisis:

a. Analisis Potensi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Analisis pertama merupakan analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar, yakni penelitian Keanekaragaman Jenis Capung di Rawa Jombor Klaten yang dilakukan oleh Tria Septiani Subagyo. Pada tahap ini diketahui hasil apa saja yang di dapatkan dari hasil penelitian dan potensi apa yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. Analisis potensi hasil penelitian terbagi menjadi dua tahap, pertama hasil identifikasi jenis capung yang ditemukan di Rawa Jombor dalam penelitian Tria Septiani Subagyo dan kedua identifikasi proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar. Berikut merupakan penjabaran analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar: 166 1 Hasil Identifikasi Jenis Capung Yang Ditemukan Di Rawa Jombor Dalam Penelitian Tria Septiani Subagyo Hasil dari proses analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar menunjukkan bahwa, data yang diperoleh dari penelitian Keanekaragaman Jenis Capung di Rawa Jombor Klaten oleh Tria Septiani Subagyo mendapatkan 30 spesies capung. Dari total lebih dari 860 individu yang tertangkap, diantaranya terdapat tiga famili Capung Jarum Zygoptera yakni: Coenagrionidae , Platycnemididae, Chlorocypyphidae dan empat famili Capung Biasa Anisoptera yakni: Aeshnidae, Gomphidae, Libellulidae , Corduliidae. Tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor sebesar 2,57 termasuk dalam kategori sedang. Lokasi pengamatan dilakukan pada 6 titik antara lain: waduk, sungai aliran masuk, sungai aliran keluar, sawah, rawa, dan perkebunan. Satu cakupan wilayah Rawa Jombor dengan jumlah 30 spesies capung merupakan potensi kenekaragaman yang tinggi dan layak untuk diangkat. Keanekaragaman spesies tersebut diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam memahami konsep keanekaragaman, khususnya keanekaragaman spesies. Pengembangan aplikasi panduan pengamatan capung ini mengacu pada prosedur Research and Development RnD model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis, design, development dan 167 evaluation . Namun dalam penelitian ini dimodifikasi sampai pada tahap analysis, design dan development ADD saja. 2 Identifikasi Proses Dan Produk Penelitian Sebagai Sumber Belajar Berdasarkan hasil analisis dari enam persyaratan kelayakan sumber belajar menurut Menurut Suhardi 2012 : 14 antara lain: kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kejelasan sasaran materi dan peruntukannya, kejelasan informasi yang akan diungkap, kejelasan pedoman eksplorasi, kejelasan perolehan yang akan diperoleh. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa secara keseluruhan media yang akan dirancang layak dan memenuhi dengan teori tersebut. Setelah dipastikan layak dan sesuai kemudian dilakukan analisis proses dan produk dari hasil penelitian tersebut. a Hasil Penelitian Berupa Proses Berdasarkan hasil analisis proses pada penelitian Tria Septiani Subagyo, maka didapatakan tujuh langkah proses sains yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain: identifikasi masalah, perumusan masalah, perumusan tujuan, penyusunan prosedur penelitian, pelaksanaan kegiatan, analisis data dan pembahasan hasil penelitian, serta penarikan kesimpulan. Tahapan penelitian ini sesuai dengan 168 pendekatan yang diterapkan kurikulum 2013, yakni pendekatan sains scientific approach. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana yang dimaksud meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi eksperimen, mengasosiasikan mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. b Hasil Penelitian Berupa Analisis Produk Berdasarkan hasil analisis produk yang ada dalam penelitian Tria Septiani Subagyo, didapatkan fakta yang digeneralisir menjadi sembilan konsep, antara lain : ciri umum filum arthropoda, ciri umum capung, dasar klasifikasi capung, pengklasifikasian ke dalam kelompok yang lebih kecil dan spesifik, keanekaragaman tingkat jenis, ciri umum anisoptera, ciri umum zygoptera, perbedaan ciri morfologi capung jantan dan capung betina, dan peran capung bagi kehidupan. Konsep ini kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan materi dalam aplikasi panduan pengamatan capung. Primack 2013: 12 menjelaskan bahwa bahan ajar yang ditulis berdasarkan kondisi lingkungan sekitar mampu menyumbang kontribusi konservasi biodiversitas yang tinggi. Salah satu cara untuk memperkenalkan konservasi biodiversitas sekitar yakni dengan menggunakan aplikasi panduan pengamatan capung ini. 169

b. Analisis Peserta Didik

Hasil dari analisis peserta didik menunjukkan bahwa target sasaran pengguna aplikasi panduan pengamatan capung sesuai dengan teori Jean Piaget dimana peserta didik kelas X telah berada pada tahap operasional yang sudah mampu untuk mengkoordinasikan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun beruntun. Collette Chiapetta, 1994: 50 menjelaskan dalam tahap kognitif operasional formal siswa memiliki kemampuan berpikir abstrak, kemampuan bernalar, berpikir secara proporsional, kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengontrol variabel- variabel, serta kemampuan menguji hipotesis. Berdasarkan hal tersebut maka aplikasi ini disusun dengan model self instructional supaya dapat mengakomodasi potensi yang dimiliki siswa. Pada survey yang dilakukan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan menunjukkan sebagian besar peserta didik kelas X memiliki smartphone berbasis android, sehingga sangat sesuai antara kondisi, teori dan model aplikasi yang akan dirancang.

c. Analisis KompetensiKurikulum

Hasil dari analisis kurikulum menunjukkan bahwa KD 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati gen, jenis dan ekosistem di Indonesia, sesuai dengan konsep aplikasi panduan pengamatan capung yang disusun. 170 Pada KD 3.2 peserta didik dituntut untuk mampu menganalisis data hasil obeservasi keanekaragaman hayati, yakni disini hasil penelitian Keanekaragaman Spesies Capung di Rawa Jombor Klaten oleh Tria Septiani Subagyo. Pada data ini dapat dijabarkan menjadi beberapa tipe keanekaragaman, antara lain:  Keanekaragaman gen dimana dalam satu spesies capung memiliki genetis yang berbeda sehingga tetap ada perbedaan baik ukuran atau pola sayap ,  Keanekaragaman spesies dimana terdapat 30 spesies, sehingga sangat baik untuk menggambarkan keanekaragaman spesies melalui capung,  keanekaragaman ekosistem dimana terdapat beberapa tipe ekosistem di Rawa Jombor Klaten, misalnya; waduk, sawah, rawa, sungai dan perkebunan. Dari beberapa tipe ekosistem tadi, terdapat keterkaitan data capung yang berbeda pada setiap tipe ekosistem. Berdasarkan penjabaran tersebut maka, Aplikasi Panduan Pengamatan Spesies Capung Di Rawa Jombor Klaten ini sesuai untuk dikembangkan sebagai sumber belajar bagi peserta didik kelas X SMA semester I pada materi keanekaragaman hayati.

d. Analisis Instruksional

Pada tahap analisis instruksional ini dilakukan penjabaran indikator pencapaian kompetensi. Berbagai indikator pencapaan 171 kompetensi yang termuat dalam aplikasi panduan pengamatan capung ini antara lain : 1. Mengumpulkan data jenis dan morfologi capung yang hidup di lingkungan sekitar sekolah melalui identifikasi; 2. Mengumpulkan informasi habitat capung di lingkungan sekitar sekolah; 3. Mengumpulkan informasi mengenai peranan capung bagi kehidupan dan menganalisis upaya-upaya pelestariannya. Melalui aplikasi ini diharapkan peserta didik mampu menganalisis keanekaragaman hayati khususnya keanekaragaman spesies. Melalui pengamatan di habitat aslinya diharapkan peserta didik dapat mengetahui habitat capung dan mengaitkan dengan bagaimana cara pelestariannya.

4. Tahap Desain

Tahap desain terdiri dari lima tahapan, antara lain : penyusunan kerangka aplikasi, penyusunan materi dalam aplikasi, penyusunan sistematika produk, pembuatan skenario, tombol fungsi dan story board, perancangan alat evaluasi. Dari kelima tahap ini diperoleh kontenmateri yang akan digunakan, layout aplikasi, serta instrumen untuk melakukan evaluasi pada aplikasi. Berdasarkan konsultasi dan saran dari dosen pembimbing dipilihlah penyusunan aplikasi dengan pendekatan kombinasi deduktif-induktif. 172 Pada dasarnya aplikasi panduan pengamatan capung terbagi menjadi bagian, antara lain: Panduan Penggunaan Aplikasi berisi petunjuk penggunaan bagi pengguna yang akan memakai aplikasi. Petunjuk penggunaan ini adalah menu pertama yang wajib dibuka oleh pengguna sehingga paham runtutan langkah-langkah dan bagian-bagian mana yang harus dia buka terlebih dahulu. Prosedur Identifikasi Capung berisi langkah-langkah dalam mengidentifikasi capung. Dimulai dari yang paling sederhana seperti cara memegang capung hingga yang cukup rumit yakni mengidentifikasi capung Mengenal Capung berisi semua materi tentang capung yang sudah diseleksi terkait keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem. Materi yang disajikan mengacu pada penelitian Keanekaragaman Spesies Capung di Rawa Jombor. 30 Spesies Capung Di Rawa Jombor merupakan menu yang berisi foto dan keterangan detail dari 30 spesies capung yang dijumpai dalam penelitian Keanekaragaman Spesies Capung di Rawa Jombor. Menu ini digunakan untuk memudahkan pemahaman konsep keanekaragaman spesies, berlatih identifikasi capung dan memudahkan identifikasi capung. Menu lain adalah menu tambahan seperti Menu Glosarium yang berisi daftar kata sulit. Menu Referensi yang berisi daftar referensi. Menu 173 Tentang Aplikasi berisi tentang tim peneliti, organisasi terkait dan informasi pengembang aplikasi.

5. Tahap Development

Pada tahap development ini dilakukan penyusunan media yang telah dirancang menjadi produk jadi melalui enam tahap, antara lain: Pra- Penulisan, Penyusunan Draf Aplikasi, PenyuntinganValidasi, Revisi I, Uji Coba Terbatas, dan Revisi Akhir. Berikut penjabaran setiap tahapnya:

a. Pra Penulisan

Kajian referensi dan sumber pustaka yang relevan dalam proses penyusunan Aplikasi Panduan Pengamatan Capung ini antara lain: Buku Dragonflies of Singapore, Naga Terbang Wendit, Capung Cihuni, An annotated List of Javan Odonata, A Pocket Guide Dragonflies of Peninsular Malaysia and Singpore, Pengenalan Pelajaran Serangga, Introduction To Dragonflies And Damselflies Watching, Dragonflies and Damselflies of South Africa, Seri Panduan Lapangan: Mengenal Capung. Penyusunan konten juga melibatkan beberapa jurnal dan website yang relevan.

b. Penyusunan Draf Aplikasi

Setelah layout dan kerangka isi telah disiapkan kemudian draf aplikasi disusun oleh tim IT. Penyusunan ini memerlukan beberapa kali pengubahan berdasarkan masukan dan saran saat bimbingan. 174

c. Penyuntingan Validasi

Draf aplikasi yang telah disusun kemudian di validasi oleh tiga dosen ahli media dan tiga dosen ahli materi. Validasi dilakukan pada 15 Januari 2017 sampai dengan 7 Februari 2017. Dosen Ahli media memberikan penilaian pada empat aspek, antara lain: aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa. Dosen Ahli media juga memberikan masukan dan saran dari sisi media guna meningkatkan kualitas aplikasi. Berdasarkan hasil analisis validasi oleh dosen ahli media, aplikasi ini 88,57 sudah baik dan 11,43 masih membutuhkan koreksi. Masukan yang diberikan ahli media terkait paragraf yang terlalu banyak kalimat, terutama pada bagian mengenal capung. Kemudian layout seperti pemenggalan kata yang tidak pas, resolusi terbaik untuk media ini serta penggunaan istilah yang kurang tepat. Dosen Ahli materi memberikan penilaian terkait kebenaran konsep yang terdapat pada aplikasi. Menurut Azhar Arsyad, 2007: 175 kebenaran konsep merupakan salah satu aspek penilaian kualitas bahan ajar yang penting untuk dilakukan. Konsep yang di validasi khususnya terkait capung. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan konsep yang terdapat pada aplikasi panduan pengamatan capung dinyatakan 92,01 sudah benar dan 7,99 perlu diperbaiki. Dosen ahli materi juga memberikan masukan dan saran mengenai materi. Beberapa saran terkait konsep capung antara lain: Odonata 175 lebih tepat jika di definiskan serangga yang kepalanya di dominasi mata dan gigi, Artropoda berasal dari kata artros:ruas dan podos:kaki, Yang beruas kaki bukan badannya, Ciri spesies yang sama adalah memiliki struktur taksonomi sama dan dapat interbreeding serta menghasilkan keturunan fertil. Berdasarkan hasil validasi ketiga ahli media dan ahli materi tersebut, disimpulkan aplikasi panduan pengamatan capung sudah baik dan layak di uji coba terbatas dengan revisi.

d. Revisi I

Setelah serangakaian proses validasi dari tiga ahli media dan tiga ahli materi, kemudian aplikasi di revisi sesuai masukan yang diberikan. Revisi I dilakukan pada 10 Februari 2017 - 20 Februari 2017. Revisi yang dilakukan yakni menyamakan identitas kolom pada home dan pada menu utama. Sebagai contoh judul di home disebut panduan aplikasi namun pada menu utama disebut panduan penggunaan, kemudian keduanya disamakan menjadi panduan penggunaan.

e. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan kepada tiga Guru Biologi dan 12 peserta didik kelas X MAN Yogyakarta III. Uji coba terbatas dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2017 – 24 Februari 2017. Berdasarkan hasil analisis pada uji coba terbatas persentase penilaian aplikasi panduan pengamatan capung secara keseluruhan 176 sebesar 90,35 dikatakan sudah baik dan 9,65 dikatakan belum baik oleh Guru Biologi.

f. Revisi Akhir

Revisi akhir disusun berdasarkan masukan dan saran yang diberikan pada uji coba terbatas oleh tiga Guru Biologi dan 12 peserta didik kelas X MAN Yogyakarta III. Uji coba terbatas dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2017 – 30 Februari 2017. Hasil dari revisi akhir ini adalah Aplikasi Panduan Pengamatan Capung yang diharapkan sudah berkualitas baik dan layak digunakan. 177 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibuat, telah dihasilkan Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung Sebagai Alternatif Sumber Belajar Berdasarkan Penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor. 1. Penyusunan Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung dilakukan melalui penelitian Research and Development RnDdengan model Analysis, Design, Development ADD terbatas. 2. Penilaian Aplikasi yang telah dilakukan oleh dosen dan ahli, menyatakan Panduan Identifikasi Spesies Capung Sebagai Alternatif Sumber Belajar Berdasarkan Penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor untuk siswa kelas X SMA berkualitas baik. 3. Penilaian aplikasi yang telah dilakukan oleh dosen, ahli dan Guru Biologi, menyatakan Aplikasi Panduan Identifikasi Spesies Capung Sebagai Alternatif Sumber Belajar Berdasarkan Penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor layak digunakan untuk siswa kelas X SMA.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian lanjutan: 1. Pengembangan aplikasi ini sangat berpeluang untuk terus dikembangkan menjadi lebih baik, dimana potensi penggunaan android dalam pembelajaran juga semakin meningkat. 178 2. Untuk penelitian mendatang agar dapat mengembangkan media sejenis dengan materi biologi yang sama ataupun berbeda. 3. Integrasi penelitian murni dan penelitian pendidikan serta dukungan dari Kelompok Studi, BSO, UKM, dan HIMABIO dan Dosen perlu di tingkatkan. 182 DOKUMENTASI PENELITIAN 183 PRODUK PANDUAN IDENTIFIKASI SPESIES CAPUNG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BELAJAR BERDASARKAN PENELITIAN KEANEKARAGAMAN CAPUNG DI RAWA JOMBOR 184 185 186 187 188 189 Lampiran 3.1. Rancangan Fungsi RANCANGAN FUNGSI PANDUAN IDENTIFIKASI CAPUNG BERDASARKAN PENELITIAN CAPUNG DI RAWA JOMBOR KLATEN Fungsi-fungsi yang terbentuk dari pembuatan Aplikasi Panduan Pengamatan Capung adalah sebagai berikut: 1. Fungsi menu utama. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan pilihan menu utama yang terdiri dari menu Panduan Penggunaan, Mengenal Capung, Identifikasi Capung, Glosarium, dan Tentang Aplikasi. 2. Fungsi menu Panduan Penggunaan. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi petunjuk penggunaan. 3. Fungsi menu Mengenal Capung. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi materi mengenai Capung dari dasar hingga keterangan detail . 4. Fungsi menu panduan identifikasi capung. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi panduan berupa langkah-langkah dalam mengidentifikasi capung. 5. Fungsi menu Identifikasi Capung. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi deskripsi umum, deskripsi morfologi, peta perjumpaan dari 30 Spesies Capung dari yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor, Klaten. 6. Fungsi menu Glosarium. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi kata – kata asingglosarium. 190 7. Fungsi menu Tentang Aplikasi. Fungsi ini disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi profil pembuat Aplikasi Panduan Identifikasi Capung berbasis Android. 191 Lampiran 3.2. Rancangan Skenario RANCANGAN SKENARIO PANDUAN IDENTIFIKASI CAPUNG BERDASARKAN PENELITIAN CAPUNG DI RAWA JOMBOR KLATEN Berikut ini pembahasaan mengenai skenario dalam penggunaan Panduan Identifikasi Capung Berbasis Android. 1. Pengguna yang akan menggunakan Panduan Identifikasi Capung dapat menginstal aplikasi Panduan Identifikasi Capung sesuai dengan petunjuk yang diberikan. 2. Setelah terinstal maka bukalah Panduan Identifikasi Capung, kemudian akan muncul menu menu utama yang di di dalamnya terdapat menu Panduan Penggunaan, Mengenal Capung, dan Identifikasi Capung. 3. Menu Panduan Penggunaan merupakan menu yang wajib dibuka pada awal penggunaan, di dalam menu ini dijelaskan fungsi setiap menu aplikasi. 4. Menu Mengenal Capung disediakan untuk menampilkan halaman yang berisi materi mengenai Capung secara umum dari dasar hingga keterangan detail. 5. Menu Panduan Identifikasi Capung merupakan menu yang berisi langkah dalam mengidentifikasi capung. 6. Menu Identifikasi Capung merupakan menu yang berisi deskripsi umum, deskripsi morfologi, peta perjumpaan dari 30 Spesies Capung dari yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian Keanekaragaman Capung di Rawa Jombor, Klaten. 7. Menu Glosarium merupakan menu tambahan yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencari tambahan informasi dari makna istilah-istilah yang terdapat pada Aplikasi Panduan Pengamatan. 192 8. Menu Tentang Aplikasi menampilkan halaman yang berisi profil pembuat Aplikasi Panduan Identifikasi Capung berbasis Android. 9. Untuk mengakhiri penggunaan Aplikasi Panduan Pengamatan, pengguna dapat menekan tombol back pada tombol hand phone. 193 Lampiran 3.3. Rancangan StoryBoard RANCANGAN STORYBOARD PANDUAN IDENTIFIKASI SPESIES CAPUNG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BELAJAR BERDASARKAN PENELITIAN KEANEKARAGAMAN CAPUNG DI RAWA JOMBOR Storyboard merupakan sketsa kasar untuk rencana tampilan dalam Aplikasi. Storyboard menggambarkan setiap tampilan yang akan ada pada Aplikasi Panduan Identifikasi Capung. Halaman Sambutan Halaman halaman sambutan ini akan muncul setelah aplikasi dijalankan. Bagian dalam aplikasi ini antara lain: 1. Ucapan selamat datang 2. Keterangan tujuan penyusunan aplikasi 3. Logo aplikasi 4. Tombol ketuk untuk melanjutkan 1 2 4 3 194 Halaman Beranda Halaman beranda ini akan muncul setelah halaman sambutan aplikasi dijalankan. Bagian dalam aplikasi ini antara lain: 1. Judul aplikasi 2. Tombol Panduan penggunaan 3. Tombol mengenal capung 4. Tombol Panduan Identifikasi Capung 5. Tombol Identifikasi Capung 6. Logo UNY, IDS, KSO 7. Tombol Home berisi rangkuman semua tombol 2 6 3 4 5 1 7 195 Halaman Panduan penggunaan Halaman ini muncul setelah menekan tombol Panduan penggunaan. Di dalam Panduan penggunaan terdapat lima item yang masing masing berisi penjelasan penggunaan setiap bagian. Bagian dalam aplikasi ini antara lain: 1. Panduaan penggunaan aplikasi 2. Panduaan penggunaan menu mengenal capung 3. Panduan penggunaan menu indentifikasi spesies 4. Panduan penggunaan menu pengembangan aplikasi 5. Panduan penggunaan menu glosarium 1 5 4 3 2 196 Halaman Mengenal Capung Pada halaman mengenal capung berisi materi mengenai keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem serta materi mengenai capung. Bagian dalam aplikasi ini antara lain: 1. Foto 2. Keterangan 1 2 197 Halaman Identifikasi Spesies 1. Halaman ini merupakan halaman untuk memilih kegiatan belajar 2. Pada nomor 1 merupakan menu untuk kegiatan belajar 1 3. Pada nomor 2 merupakan menu untuk kegiatan belajar 2 4. Pada nomor 3 merupakan menu untuk kegiatan belajar 3 5. Pada nomor 4 merupakan menu untuk kegiatan belajar 4 6. Pada nomor 5 merupakan tombol kembali ke menu utama Halaman Glosarium 1 2 3a 4a 3b 4b 198 Pada halaman Glosarium berisi kata kata sulit dan artinya yang disusun urut abjad. Halaman Tentang Aplikasi Pada halaman Tentang Aplikasi berisi keterangan pengembang, tim penelitian dan instansi terkait. Halaman Daftar Referensi Pada halaman ini berisi Daftar Referensi yang digunakan disusun urut abjad. a d b c e a b a d b c e 199 Lampiran 4.1 Permohonan Izin Penelitian dari FMIPA UNY 200 201 Lampiran 4.2 Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Daerah DIY 202 Lampiran 4.3 Surat Ijin Rekomendasi dari Badan Persatuan Bangsa Dan Politik 203 Lampiran 4.4 Surat Ijin Penelitian dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 204 Untuk Ahli Media Lampiran 5.1 Validasi Ahli Media

A. Aspek Media No.

Sub Aspek Indikator Tanggapan Catatan Y T 1. Penyajian Media 1. Materi disajikan secara sistematis. 2. Materi disajikan secara logis. 3. Materi disajikan secara runtut. 4. Materi disajikan secara sederhana. 5. Materi disajikan secara jelas. 6. Materi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. 7. Memiliki kejelasan tujuan pembelajaran. 8. Kegiatan mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep dari objek yang dihadapi. 9. Mendorong peserta didik untuk memunculkan rasa ingin tahu. 10. Mendorong peserta didik untuk belajar secara mandiri. 11. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui kegiatan analisis kasus. 12. Mendorong peserta didik untuk mencari informasi lebih jauh. 205 13. Materi terkait dengan kehidupan sehari-hari. 14. Mendorong kegiatan yang berpusat pada peserta didik. 15. Mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 2. Desain Aplikasi 16. Desain dan tatak letak lay out menarik. 17. Petunjuk penggunaan Aplikasi jelas. 18. Pemilihan jenis huruf font sesuai. 19. Ukuran huruf font sesuai. 20. Tabel dengan konsep yang akan dituju sesuai. 21. Gambar dengan konsep yang akan dituju sesuai. 22. Identitas tabel sesuai. 23. Identitas gambar sesuai. 24. Penggunaan komposisi warna sesuai. 25. Ilustrasi disajikan secara jelas. 26. Ilustrasi disajikan secara menarik. 27. Petunjuk penggunaan Aplikasi jelas 28. Memiliki daftar istilah glosarium yang sesuai 29. Memiliki daftar pustaka yang sesuai 206

B. Aspek Kebahasaan

No. Sub Aspek Indikator Tanggapan Catatan Y T 1. Penggunaan Bahasa Indonesia 30. Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 31. Menggunakan ejaan yang disempurnakan EYD 32. Bahasa yang digunakan efektif. 33. Bahasa yang digunakan jelas. 34. Bahasa yang digunakan sederhana. 35. Bahasa yang digunakan komunikatif. 36. Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna gandaambigu. 37. Penggunaan tanda baca sesuai. 2. Penggunaan Istilah 38. Pemilihan diksi dengan konsep yang menjadi materi pembelajaran sesuai. 39. Menggunakan istilah-istilah yang sesuai dengan konsep yang menjadi pokok bahasan. 40. Istilah-istilah yang sulit atau tidak umum dijelaskan pada glosarium.