90 Gambar 34. Titik Perjumpaan Ryothemis phyllis
30. Epophthalmia vittigera
Tabel 30. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan Klasifikasi Epophthalmia vittigera
Gambar Spesimen
♀ © Hening Triandika Rachman Lokasi: Kolam
Ciri Morfologi Betina dengan panjang tubuh 49
mm, sayap depan 31,6 mm, sayap belakang 32 mm, mata majemuk
berwarna hijau total, warna tubuh dan tungkai hitam dan kuning,
bentuk
abdomen seperti
pipa, segmen 1-3 menggembung ke arah
dorso-ventral dan lateral, tetapi lebih condong ke arah ventral, sisi
lateral segmen 4 menyempit lalu segmen 5-7 melebar kemudian
menyempit kembali di segmen 8- 10;
Sayap transparan dengan venasi hitam dan stigma cokelat, pangkal
sayap berwarna cokelat.
Lokasi Perjumpaan
91 Kolam
tempat dengan naungan Identifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Tang, H. B., Wang, L.K.,
Hämäläinen, M. 2010: 206, Odonata dengan uraian di atas adalah Epophthalmia
vittigera
Rambur, 1842
Klasifikasi Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Corduliidae
Genus : Epophthalmia
Spesies : Epophthalmia vittigera
Epophthalmia vittigera merupakan capung yang termasuk dalam Famili
Corduliidae dengan ukuran tubuh besar. Ketika pengamatan hanya individu yang dijumpai di waduk. Capung jenis ini memiliki ciri warna hitam dan kuning pekat
pada seluruh tubuhnya. Epophthalmia vittigera terbang berpatroli dengan cepat dan gesit.
Gambar 35. Titik Perjumpaan Epophthalmia vittigera
92
B. Kajian Kependidikan
1. Hakikat Kependidikan Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup dengan segala aspek kehidupannya. Menurut Djohar 1987: 1 proses belajar biologi
melibatkan interaksi subjek dengan objek biologi benda dan kejadian, proses, dan produk. Proses pembelajaran terjadi pada suatu lingkungan belajar,
secara sengaja, terarah dan bertujuan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh pengalaman yang bermakna BSNP,
2006: 30. Konsep pembelajaran biologi memiliki tiga persoalan utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya serta
kedudukan siswa Djohar, 1987: 7. Hakikatnya, pembelajaran biologi menekankan adanya interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari.
Proses pembelajaran merupakan pusat suatu sistem dari komponen raw input
peserta didik, Instrumental input alat, environment lingkungan dan output
hasil pembelajaran Suhardi, 2007: 4. Instrumental input berupa kurikulum, guru, bahan ajar, media, metode, dan sarana prasarana
pembelajaran. Jika pembelajaran biologi mengedepankan interaksi siswa dengan objeknya, maka peranan sumber belajar menjadi sangat penting.
Objek biologi secara langsung dapat memberikan interaksi yang paling nyata, namun faktanya tidak semua objek biologi dapat dibawa kedalam suasana
pembelajaran yang terbatas oleh ruang dan waktu.