Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

143 pada kerucut Dale bahwa semakin banyak indera siswa yang terlibat dalam suatu pembelajaran maka semakin utuh pesan yang diterima siswa dalam proses pembelajaran tersebut. KIT IPA Cahaya juga dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Kemampuan bekerjasama merupakan salah satu sikap ilmiah yang harus dikembangkan siswa. Wynne Harlen Sulistyorini, 2007: 10 menuliskan bahwa sikap kerjasama merupakan satu dari sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan siswa SD.

C. Pembahasan

Penelitian pengembangan didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan suatu produk, baik yang sudah ada atau pun yang belum ada, melalui suatu proses yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengembangkan KIT IPA Cahaya untuk siswa kelas 5 Sekolah Dasar. KIT IPA merupakan media yang telah disediakan pemerintah untuk setiap jenjang pendidikan, termasuk Sekolah Dasar. Akan tetapi, jenis KIT IPA Cahaya dirasa kurang memenuhi kebutuhan guru maupun siswa dalam pembelajaran sehingga diperlukan pengembangan. Oleh karena itu, pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini bukan untuk menggantikan KIT yang sudah tersedia, akan tetapi untuk melengkapi atau menyempurnakan KIT yang telah ada di sekolah. Pengembangan KIT IPA Cahaya dilakukan peneliti karena ditemukannya permasalahan bahwa KIT Cahaya yang tersedia di sekolah tidak dapat mencakup 144 keseluruhan percobaan pada materi cahaya. Alat-alat yang terdapat dalam KIT Cahaya di sekolah berisi lampu, prisma, dan cermin datar. Menurut guru, alat-alat tersebut belum mencakup seluruh materi cahaya yang seharusnya diajarkan. Dalam penelitian ini, KIT IPA Cahaya dikembangkan untuk dapat mencakup seluruh materi cahaya yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya untuk melakukan percobaan sifat-sifat cahaya, KIT IPA Cahaya juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Dengan melihat benda konkret tersebut siswa kemudian dapat diarahkan untuk membuat karya yang menyerupai benda tersebut. Contoh benda yang memanfaatkan sifat cahaya juga dapat digunakan guru untuk menunjukkan secara konkret pada siswa bagaimana sifat cahaya dimanfaatkan untuk membuat suatu benda yang bemanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah penelitian pengembangan ini menggunakan model 4-D milik Thiagarajan, dkk. 1974 yang diadaptasi menjadi model 3-D Define, Design, dan Develop. Tahap ke empat Dissemination tidak dilaksanakan karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan biaya. Tahap Define, Design, dan Develop tersebut pada akhirnya akan menghasilkan suatu produk media KIT IPA Cahaya yang layak digunakan. Dalam jurnal yang berjudul “Kelayakan KIT Praktikum Sederhana sebagai Media Pembelajaran pada Materi Listrik Statis” Lailatul Ahaida, dkk., 2016 dijelaskan bahwa syarat-syarat KIT praktikum IPA yang baik ada empat, yaitu kesesuaian kit ipa dengan tujuan pembelajaran, ketepatan kit ipa untuk mendukung isi bahan pembelajaran atau materi ajar, kemudahan dalam 145 memperoleh bahan-bahan pembuatan kit, serta guru dan siswa terampil dalam menggunakan kit ipa tersebut. Dengan mempertimbangkan syarat-syarat tersebut, peneliti membagi aspek pengembangan media menjadi dua yaitu aspek materi dan aspek media. Aspek materi mencakup kelayakan isi, keterkaitan dengan pembelajaran, dan kebahasaan. Sedangkan aspek media mencakup kelayakan KIT IPA Cahaya dan penggunaan KIT IPA Cahaya. Dengan demikian, syarat pertama dan kedua KIT praktikum IPA yang baik akan masuk dalam aspek materi dan dua syarat KIT praktikum IPA yang baik lainnya masuk dalam aspek media. Masing- masing aspek yang akan dinilai dalam media KIT IPA Cahaya tersebut dikembangkan menjadi sub-aspek dan indikator yang kemudian akan dikembangkan lagi menjadi butir-butir penilaian dalam angket. Pengembangan dua aspek tersebut adalah hasil dari modifikasi kriteria dalam mereviu media pembelajaran Walker Hess, 1984 dan butir yang perlu divalidasi dari KIT praktikum Lailatul Ahaida, dkk., 2016. KIT IPA Cahaya divalidasi melalui dua ahli yaitu ahli materi dan ahli media. Ahli materi memvalidasi produk dalam tiga tahap. Tahap pertama validasi ahli materi diperoleh rata-rata 2,82 dengan kategori baik, tahap kedua diperoleh rata-rata 3,32 dengan kriteria sangat baik, dan tahap ketiga diperoleh rata-rata 3,82 dengan kategori sangat baik. Revisi yang dilakukan peneliti pada proses validasi dengan ahli materi difokuskan untuk memperbaiki buku panduan KIT IPA Cahaya. Alat-alat yang terdapat dalam KIT tidak mengalami perubahan karena dianggap sudah cukup awet jika digunakan siswa. 146 Revisi buku panduan dilakukan dengan membuat buku panduan KIT IPA Cahaya yang awalnya hanya satu buah menjadi dua buah, yaitu buku panduan pegangan guru dan buku panduan pengangan siswa. Buku panduan tersebut dibuat menjadi pegangan guru dan siswa agar dapat memfasilitasi guru dalam melaksanakan pendekatan student centered maupun teacher centered. Ketika siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri pengetahuannya, maka siswa dapat menggunakan buku panduan pegangan siswa. Namun, ketika guru ingin menggunakan KIT IPA Cahaya sebagai alat demonstrasi maka guru dapat menggunakan buku pegangan guru untuk mengetahui penggunaan KIT tersebut. Selain itu, buku panduan pegangan guru dapat dijadikan acuan untuk pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kerja Siswa LKS. Validasi produk oleh ahli media dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama diperoleh rata-rata 2,58 dengan kategori baik. Terdapat banyak komponen KIT yang harus diperbaiki berdasarkan saran ahli media saat validasi pertama. Komponen KIT yang diperbaiki diantaranya adalah perubahan warna box KIT yang awalnya merah menjadi kuning, pemberian nomor pada sekat berlubang, membesarkan layar pada kotak percobaan, dan perubahan pada desain dan isi buku panduan. Setelah revisi pertama selesai dilakukan, maka dilakukan validasi kedua dengan ahli media. Validasi kedua tersebut memperoleh rata-rata 3,54 dengan kriteria sangat baik. Pada validasi ini, ahli media tidak lagi memberi saran perbaikan sehingga media KIT IPA Cahaya telah layak digunakan untuk uji coba tanpa revisi. 147 Uji coba media KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran IPA kelas 5 dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji coba one to one, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Uji coba one to one memperoleh rata-rata 3,91, uji coba kelompok kecil memperoleh rata-rata 3,43, dan uji coba lapangan memperoleh rata-rata 3,09. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa media KIT IPA Cahaya memperoleh kriteria “Sangat Baik” di setiap uji coba. Hal tersebut menunjukkan respon yang baik dari siswa sebagai pengguna media. Respon baik tersebut juga dapat diamati selama proses pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya. Siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan setiap percobaan. Siswa juga sangat tertarik saat mencoba menggunakan alat optik yang tersedia dalam KIT IPA Cahaya. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan serta pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa. Keterampilan proses yang terlihat melalui kegiatan pembelajaran dengan KIT IPA Cahaya adalah keterampilan mengamati, melakukan percobaan eksperimen, dan komunikasi. Sedangkan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan siswa diantaranya sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, dan kerjasama. Hal tersebut sejalan dengan Rita Eka Izzaty, dkk. 2013: 115 yang menyatakan bahwa anak kelas tinggi memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa media KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat melengkapi KIT yang tersedia di sekolah dan menjadi media yang efektif digunakan pada proses pembelajaran. Keefektifan tersebut terlihat dari perhitungan nilai gain yang 148 diperoleh dari hasil analisis pretest dan posttest siswa selama kegiatan uji coba. Nilai gain pada uji coba one to one adalah 0,56, nilai gain pada uji coba kelompok adalah 0,47, dan nilai gain pada uji coba lapangan adalah 0,44. Ketiga nilai gain yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Pengembangan media KIT IPA Cahaya merupakan satu langkah inovasi yang dilakukan untuk melengkapi media KIT yang tersedia di sekolah. Dalam proses pengembangan, tentu produk yang dihasilkan diharapkan dapat memiliki keunggulan di bandingkan produk sejenis yang telah ada. Berdasarkan hasil validasi dan uji coba, maka dapat diketahui bahwa keunggulan produk KIT IPA Cahaya dibanding dengan KIT Cahaya yang ada di sekolah adalah sebagai berikut. Tabel 25. Keunggulan KIT IPA Cahaya No. KIT IPA Cahaya yang Dikembangkan KIT Cahaya yang Terdapat di Sekolah 1 KIT IPA Cahaya ini dikembangkan sesuai kebutuhan dan materi di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 sehingga dapat menghindari ketidaktepatan mismatch dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan KIT tidak dirancang untuk suatu sekolah melainkan untuk umum, sehingga tidak bisa menyesuaikan kebutuhan guru di sekolah tertentu. 2. Alat yang tersedia lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis. Jenis alat yang tersedia sangat terbatas. 3. Mudah diduplikasi. Alat yang ada dalam KIT dari pemerintah sulit diduplikasi gurusiswa. 4. Memiliki buku panduan pegangan guru dan siswa. Buku panduan KIT tidak dikhususkan untuk guru atau siswa. Alat yang tersedia dalam KIT IPA Cahaya yang dikembangkan lebih lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis. KIT yang dikembangkan 149 dalam penelitian ini dikatakan lebih lengkap karena jenis alat yang tersedia di dalamnya lebih beragam dari pada alat yang ada dalam KIT yang telah tersedia. KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk mengajarkan pokok bahasan cahaya secara utuh. KIT IPA Cahaya ini juga dikatakan multifungsi karena tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan percobaan tetapi juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Guru dapat menggunakan benda tersebut untuk demonstrasi di depan kelas. Selain itu, KIT IPA Cahaya dikatakan lebih praktis karena terdapat kotak percobaan yang dapat dijadikan tempat melangsungkan empat percobaan sekaligus. Pada kotak percobaan tersebut terdapat lampu dengan tombol onoff sehingga gurusiswa tidak perlu merangkai lampu dengan saklar dan kabel secara manual. Selain itu, konsep percobaan cahaya merambat lurus, menembus benda bening, dan pemantulan cahaya didesain dengan menggunakan sekat-sekat sehingga dalam melakukan tiga percobaan tersebut gurusiswa hanya perlu mengganti sekat yang ditancapkan dalam kotak percobaan saja. Percobaan cahaya terdiri dari beberapa warna juga dapat dilakukan dengan kotak percobaan tersebut yaitu dengan memutar papan cakram pada dinamo di bagian alas kotak percobaan. Jenis alat yang tersedia dalam KIT Cahaya yang ada di sekolah diantaranya adalah lampu, prisma, dan cermin datar. Alat-alat itu dapat digunakan guru untuk melakukan percobaan penguraian cahaya, pembiasan cahaya, dan pemantulan cahaya. Percobaan yang dilakukan melalui KIT tersebut dianggap kurang mencakup seluruh materi cahaya yang diajarkan guru pada siswa di SDN 150 Rejowinangun 1. KIT Cahaya yang telah ada juga tidak dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini mudah diduplikasi. Jika suatu alat dalam KIT IPA Cahaya rusak atau hilang, maka guru dapat menduplikasi alat tersebut karena bahan yang digunakan dalam pembuatan KIT tidak sulit untuk ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan yang digunakan dalam pembuatan KIT diantaranya adalah impraboard, peralon, cermin, kaca, dan lain sebagainya. Bahan tersebut juga cukup terjangkau jika dibeli. Berbeda dengan KIT yang dikembangkan dalam penelitian ini, KIT yang tersedia di sekolah tidak mudah diduplikasi. Jika terjadi kerusakan alat dalam KIT maka guru akan cenderung mendiamkan saja. Hal tersebut dikarenakan bahan yang digunakan sulit didapat di lingkungan terdekat guru maupun siswa. KIT IPA Cahaya dilengkapi buku panduan untuk pegangan guru dan siswa. Buku panduan didesain dengan menarik dan dicetak berwarna sehingga dapat menambah minat baca siswa. Buku panduan disusun khusus untuk membahas percobaan sifat-sifat cahaya dan contoh pemanfaatannya sehingga bahasan dalam buku lebih fokus. KIT yang telah tersedia di sekolah pun memiliki buku panduan. Akan tetapi, desain buku, tulisan, maupun bahasa yang digunakan dalam buku panduan cukup kaku jika digunakan untuk siswa. Buku panduan lebih ditujukan untuk digunakan oleh guru saja. Selain itu, satu buku panduan yang ada tidak untuk satu topik materi tertentu melainkan gabungan dari beberapa materi berbeda. 151

D. Keterbatasan Penelitian