139
B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk
Produk media KIT IPA Cahaya dikembangkan melalui beberapa tahap. Tahap pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada desain
pengembangan 4-D Define, Design, Develop, dan Dissemination Thiagarajan dkk.1974 yang diadaptasi menjadi model 3-D Define, Design, dan Develop.
Tahap define pendefinisian dilakukan melalui kegiatan analisis awal-akhir, analisis karakteristik siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan menentukan tujuan
pembelajaran. Tujuan dari tahap define adalah untuk mengetahui pemasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA sehingga kemudian dapat dijadikan acuan
untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Hasil tahap pertama ini diperoleh dari penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan
observasi pembelajaran IPA kelas 5, observasi ketersediaan media, serta wawancara dengan guru kelas terkait berbagai kendala dalam proses pembelajaran
IPA. Tahap kedua
adalah design perancangan yang terbagi menjadi empat bagian yaitu penyusunan kriteria media yang akan dikembangakan, pemilihan
media, pemilihan format, dan rancangan awal produk. Pengembangan produk dalam penelitian ini memperhatikan aspek materi dan aspek media. Pada tahap ini
dihasilkan rancangan awal produk berupa seperangkat alat-alat untuk percobaan sifat-sifat cahaya, tiga alat optik, dan buku panduan penggunaan alat. Rancangan
awal produk tersebut adalah bagian-bagian KIT IPA Cahaya yang kemudian akan divalidasi oleh ahli pada tahap selanjutnya.
140 Tahap ketiga adalah develop pengembangan yang terdiri dari validasi ahli,
uji coba one to one, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Validasi ahli dilakukan dengan melibatkan ahli materi dan ahli media. Validasi dengan ahli
materi dilakukan tiga tahap sedangkan validasi dengan ahli media dilakukan dua tahap. Hasil akhir dari kedua validasi tersebut termasuk kriteria“Sangat Baik”
sehingga produk KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk uji coba dalam pembelajaran. Namun, sebelum produk digunakan untuk uji coba, produk KIT
IPA Cahaya terlebih dahulu ditunjukkan pada guru kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui respon guru terhadap media yang dikembangkan. Tanggapan
guru diperlukan karena media KIT IPA Cahaya diharapkan dapat digunakan tidak hanya oleh siswa tetapi juga dapat digunakan guru secara klasikal dalam
pembelajaran IPA. Berdasarkan angket yang diberikan pada dua guru kelas 5, diperoleh hasil “Sangat Baik” sehingga KIT IPA Cahaya yang dikembangkan
dapat digunakan untuk ujicoba tanpa revisi. Uji coba dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji coba one to one, uji coba
kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Hasil uji coba yang diperoleh dari ketiga tahap tersebut termasuk dalam kriteria “Sangat Baik”. Dengan demikian, media
KIT IPA Cahaya sudah layak digunakan pada pembelajaran IPA tanpa melalui proses revisi.
Berdasarkan pengamatan selama proses uji coba dapat diketahui bahwa siswa sangat antusias belajar dengan KIT IPA Cahaya yang dikembangkan.
Mereka sangat bersemangat melakukan setiap percobaan sifat-sifat cahaya. Beberapa siswa bahkan bertanya bagaimana cara membuat alat seperti dalam KIT
141 yang mereka gunakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan
media KIT IPA Cahaya yang mereka gunakan. Melalui serangkaian validasi hingga uji coba yang dilakukan dalam
penelitian ini, maka dihasilkan KIT IPA Cahaya yang berisi alat-alat untuk melakukan lima percobaan sifat-sifat cahaya dan tiga contoh alat yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Berikut ini adalah daftar alat dan kegunaannya dalam percobaan.
1. Kotak percobaan digunakan untuk percobaan cahaya merambat lurus, cahaya
menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya terdiri dari berbagai warna.
2. Sekat berlubang digunakan untuk percobaan cahaya merambat lurus.
3. Sekat hitam dan sekat kaca digunakan untuk percobaan cahaya menembus
benda bening 4.
Sekat cermin digunakan untuk percobaan cahaya dapat dipantulkan 5.
Wadah plastik digunakan untuk percobaan cahaya dapat dibiaskan 6.
Papan cakram dan lempengan warna digunakan untuk percobaan cahaya terdiri dari berbagai warna.
7. Cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung digunakan untuk melihat
bayangan yang terbentuk melalui cermin. 8.
Periskop, kaleidoskop, dan lup adalah contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
142 KIT IPA Cahaya juga dilengkapi buku panduan pegangan guru dan siswa. Buku
panduan tersebut mempermudah siswa maupun guru dalam menggunakan KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran.
KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai media perekayasa. Menurut Sharon dkk. 2014: 7 media
perekayasa manipulative adalah benda-benda yang bisa dilihat dan di kelola dalam situasi belajar. Sebagai media perekayasa, KIT IPA Cahaya memiliki
keuntungan yaitu dapat menyajikan benda yang nyata untuk siswa, menimbulkan minat siswa untuk belajar karena multisensorik, dan dapat meningkatkan
kemampuan bekerjasama dalam sebuah kelompok. KIT IPA Cahaya menyajikan benda nyata untuk siswa melalui berbagai alat
yang dapat digunakan untuk melangsungkan percobaan sifat-sifat cahaya. Selain itu, KIT IPA Cahaya juga menyediakan contoh benda yang memanfaatkan sifat-
sifat cahaya. Melalui contoh benda tersebut siswa diharapkan dapat membuat karya sederhana yang menyerupai contoh benda yang disajikan di dalam KIT.
Belajar menggunakan benda-benda nyata yang ada di dalam KIT IPA Cahaya dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret bagi siswa. Hal tersebut
sejalan dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa anak usia SD termasuk pada masa operasional konkret yang berarti mereka akan belajar secara optimal jika
menggunakan benda-benda konkret atau nyata. Penggunaan KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan
satu indera siswa. Indera pandang, indera dengar maupun indera lainnya terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya. Sesuai dengan teori
143 pada kerucut Dale bahwa semakin banyak indera siswa yang terlibat dalam suatu
pembelajaran maka semakin utuh pesan yang diterima siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
KIT IPA Cahaya juga dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Kemampuan bekerjasama merupakan salah satu sikap ilmiah yang
harus dikembangkan siswa. Wynne Harlen Sulistyorini, 2007: 10 menuliskan bahwa sikap kerjasama merupakan satu dari sembilan aspek sikap ilmiah yang
dapat dikembangkan siswa SD.
C. Pembahasan