Learner Analysis Analisis Siswa

95 pembelajaran dengan KIT IPA dirasa cukup menyita waktu karena sebelum menggunakan harus mengecek terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan. Jenis KIT tertentu juga tidak memungkinkan guru untuk melakukan eksperimen satu bab materi secara utuh, misalnya KIT cahaya. Guru menyampaikan bahwa percobaan cahaya akhirnya tidak dilakukan dengan KIT namun hanya menggunakan peralatan seadanya yang disiapkan guru. Jika waktu guru terbatas dalam mempersiapkan media, siswa akhirnya belajar dengan mengandalkan ceramah dari guru. Akibatnya, verbalisme masih menjadi bagian utama dalam pembelajaran IPA di kelas 5. Perlunya media dalam pembelajaran IPA untuk menghindarkan siswa dari verbalisme membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan media untuk mendukung pembelajaran IPA. Media yang dikembangkan adalah KIT IPA Cahaya. Media KIT IPA Cahaya tersebut diharapkan dapat melengkapi atau menyempurnakan KIT cahaya yang ada di sekolah. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan peneliti didesain sesuai materi cahaya di kelas 5 SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut dilakukan agar media dapat sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Selain itu, KIT yang dikembangkan didesain untuk mengajarkan seluruh percobaan sifat cahaya serta contoh alat yang memanfaatkan sifat cahaya.

b. Learner Analysis Analisis Siswa

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi 96 latar belakang kemampuan akademik pengetahuan, perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih Thiagarajan, dkk., 1974: 6. Penelitian ini melakukan analisis siswa melalui observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru dan siswa. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 memiliki tingkat kemampuan akedemik yang berbeda. Dalam satu kelas, presentase antara siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah di setiap kelas berbeda-beda. Di kelas 5C, presentase siswa dengan kemampuan akademik rendah lebih besar jika dibanding siswa dengan kemampuan akademik tinggi. Di kelas 5A jumlah siswa berkemempuan akademik tinggi dan rendah hampir sama. Hal tersebut diketahui melalui wawancara dengan guru. Keaktifan siswa di dalam pembelajaran pun berbeda-beda, meskipun secara umum dapat dilihat bahwa siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 termasuk siswa yang berani menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran. Siswa kelas 5 memiliki gaya belajar yang heterogen. Gaya belajar yang berbeda tersebut tentu mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Saat dilakukan wawancara, siswa mengaku bahwa sebenarnya mereka kurang menyukai jika pembelajaran IPA hanya dilakukan dengan mendengarkan ceramah guru. Beberapa siswa menyampaikan lebih suka jika didukung media visual, seperti gambar. Sebagian yang lain menyatakan lebih suka melakukan kegiatan seperti percobaan atau eksperimen tertentu saat pembelajaran IPA, sedangkan sebagian kecil siswa mengaku menyukai belajar melalui video. Peneliti 97 menganalisis keinginan siswa tersebut seluruhnya mengarah pada pembelajaran yang lebih bermakna dibanding hanya mendengar ceramah saja. Media pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran bermakna merupakan media yang banyak melibatkan indera siswa. Oleh karena itu, media yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan media perekayasa yaitu KIT IPA Cahaya yang diharapkan mampu memnfasilitasi siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna.

c. Task Analysis Analisis Tugas