51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan Research and Development RD. Borg dan Gall 1983: 772 menyatakan bahwa R D is
a process used to develop and validate educational products. Sejalan dengan Borg and Gall, Sugiyono 2013: 407 mengungkapkan bahwa R D adalah suatu
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan dapat juga
didefinisikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan Sukmadinata, 2010: 164. Produk yang dihasilkan R D tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras hardware, namun dapat
pula berbentuk perangkat lunak software. R D menekankan produk yang berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan
inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada Putra, 2015: 70. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan
produk berupa media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya hardware. KIT IPA ini ditujukan untuk membantu
pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.
B. Prosedur Penelitian
Dalam menghasilkan produk yang layak digunakan tentu diperlukan prosedur penelitian yang sesuai. Penelitian pengembangan ini menggunakan
52 model pengembangan 4-D. Model 4-D meliputi empat tahap yaitu Define
pendefinisian, Design
perancangan, Develop
pengembangan, dan Dissemination penyebaran Thiagarajan dkk., 1974: 5. Jika digambarkan secara
skematis, empat tahap penelitian pengembangan tersebut adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Desain Penelitian 4D Thiagarajan, dkk., 1974
Front-End Analysis Learner Analysis
Task Analysis Concept Analysis
Specification of Obsjectives Criterion-test Construction
Media Selection Format Selection
Initial Design Expert Appraisal
Developmental Testing Validation Testing
Packaging Diffusion and Adoption
Stage 1: Define
Stage 2: Design
Stage 3: Develop
Stage 4: Disseminate
53 Model 4-D tersebut tidak seluruhnya digunakan dalam penelitian ini,
melainkan dimodifikasi menjadi model 3-D yaitu tahap Define, Design, dan Develop. Tahap Disseminate tidak dilaksanakan dikarenakan terbatasnya
kemampuan peneliti, baik dalam waktu, tenaga, maupun biaya, untuk menyebarluaskan produk media yang dihasilkan. Model 3-D yang dilakukan
dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan teori penelitian milik Thiagarajan dkk. 1974 melainkan dikombinasi juga dengan teori evaluasi formatif milik
Dick dan Carey 1978. Teori evaluasi formatif dimasukkan dalam tahap develop pengembangan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan jumlah subjek
penelitian saat uji coba media dilaksanakan. Langkah dalam teori evaluasi media tersebut ada tiga, yaitu one to one evaluation, small-group evaluation, dan field
evaluation. Secara skematis, model pengembangan 3-D ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
54 Gambar 5. Desain Penelitian 3D yang dimodifikasi dari model 4D Thiagarajan,
dkk., 1974 dan Evaluasi Formatif Dick dan Carey, 1978
Media KIT IPA CAHAYA
Revisi 4 Draf 2
Draf 4 Small-group evaluation
Field evaluation P
E N
G E
M BA
N G
A N
Revisi 1
Revisi 3 Draf 1
PERANCANGAN PENDEFINISIAN
Analisis awal-akhir Analisis siswa
Analisis tugas Analisis konsep
Perumusan tujuan pembelajaran
Pemilihan media Pemilihan format
Rancangan awal Penyusunan tes kriteria
Validasi Ahli
One to one evaluation Revisi 2
Draf 3
55 Keterangan:
: langkah-langkah model 3-D : hasil langkah-langkah model 3-D berupa draf
: proses pengambilan data. Masing-masing tahap yang dilakukan dalam penelitian ini define, design, dan
develop yang ada pada skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Define Pendefinisian
Thiagarajan dkk. 1974: 6 menyatakan bahwa “The purpose of this stage is
to stipulate and define instructional requirements ”. Hal tersebut berarti bahwa
tahap pendefinisian berguna untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Thiagarajan dkk. 1974 menganalisis tahap ini dalam lima
langkah sebagai berikut.
a. Front-end Analysis Analisis Awal Akhir
Analisis awal akhir ini mempelajari permasalahan dasar dalam pembelajaran
yang kemudian
digunakan untuk
menentukan langkah
pengembangan produk lebih lanjut. Dalam penelitian ini analisis awal akhir dilakukan dengan melakukan observasi pembelajaran IPA di kelas 5 SDN
Rejowinangun 1, wawancara dengan guru, dan observasi media pembelajaran IPA yang tersedia di sekolah. Melalui observasi dan wawancara itu kemudian dapat
diketahui permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas 5. Permasalahan dasar yang ditemukan peneliti melalui observasi tersebut
adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Padahal, ketersediaan media pembelajaran IPA sudah cukup lengkap di sekolah,
56 salah satunya adalah KIT IPA. KIT IPA yang ada di sekolah memiliki
keterbatasan yaitu tidak semua jenis KIT yang tersedia dapat digunakan untuk mengajarkan atau melakukan percobaan dalam satu bab materi secara utuh.
Keterbatasan tersebut dikarenakan tidak semua KIT memiliki alat yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, misalnya KIT Cahaya.
KIT Cahaya yang tersedia di sekolah berisi lampu, prisma, dan cermin datar. Alat tersebut dianggap guru tidak dapat digunakan untuk mengajarkan satu
bab penuh materi cahaya, sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan guru saat pembelajaran. Sesuai permasalahan di atas kemudian muncul alternatif
penyelesaiannya yaitu dengan cara mengembangkan sebuah produk media KIT IPA Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan guru maupun siswa dalam
pembelajaran dan dapat mencakup percobaan untuk satu materi penuh.
b. Learner Analysis Analisis Siswa
Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi
latar belakang kemampuan akademik pengetahuan, perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik
pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih Thiagarajan, dkk., 1974: 6. Penelitian ini melakukan analisis siswa melalui observasi pembelajaran,
wawancara terhadap guru, serta studi pustaka yang terkait dengan karakteristik siswa SD.
57 Hasil dari analisis tersebut diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN
Rejowinangun 1 sebagian besar sangat aktif dalam pembelajaran. Akan tetapi, tidak semua siswa aktif tersebut sungguh-sungguh mengerti apa yang
disampaikan guru. Di kelas 5C misalnya, beberapa siswa seringkali berteriak atau mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan namun jawaban mereka
melenceng dari pembahasan guru. Selain itu, metode ceramah dan tanya jawab yang terus digunakan saat pembelajaran membuat beberapa siswa terlihat bosan
dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang pada dasarnya aktif tersebut akan belajar lebih antusias jika pembelajaran tidak hanya didominasi
ceramah namun juga didukung dengan media yang relevan.
c. Task Analysis Analisis Tugas
Pada tahap ini, peneliti menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai siswa agar siswa dapat mencapai kompetensi minimal Mulyatiningsih, 2012:
196. Peneliti menganalisis tugas siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 dalam pembelajaran IPA melalui analisis tujuan pembelajaran yang terdapat dalam
silabus yang sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran agar kompetensi minimal yang diharapkan dapat tercapai. Kompetensi minimal
tersebut dapat dilihat melalui analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar semester 2 khususnya untuk pokok bahasan cahaya.
58
d. Concepts Analysis Analisis Konsep
Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep
individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan Thiagarajan, dkk., 1974: 6. Dalam penelitian ini analisis konsep dilakukan dengan menganalisis Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan sumber belajar, baik hardware maupun software, untuk mendukung proses pengembangan KIT IPA pokok bahasan
cahaya.
e. Specifying Instructional Objectives Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan indikator pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis konsep dan analisis
tugas. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti dapat mengetahui bagaimana penggunaan KIT agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan
mengetahui seberapa besar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
2. Design Perancangan
Setelah mengetahui permasalahan dasar dari tahap pertama, tahap selanjutnya adalah perancangan design yang dalam penelitian ini berarti
perancangan media pembelajaran KIT IPA pokok bahasan cahaya. Tahap design memiliki empat langkah, diantaranya: a penyusunan tes kriteria criterion-test
construction, b pemilihan media media selection yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa, c pemilihan bentuk penyajian pembelajaran format
59 selection, berkaitan erat dengan pemilihan media pembelajaran yang terjadi pada
langkah sebelumnya, dan d membuat rancangan awal initial design Thiagarajan, dkk., 1974: 7. Masing-masing langkah tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
a. Penyusunan Tes Kriteria Criterion-Test Construction
Pada tahap ini penulis menyusun kriteria produk yang akan dikembangkan. Penyusunan kriteria produk media yang akan dikembangkan ini mengacu pada
permasalahan yang ditemukan pada tahap define. Kriteria produk tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1 Produk yang dikembangkan merupakan media pembelajaran hardware.
2 Media dapat digunakan untuk mengajarkan materi cahaya sesuai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam KTSP. 3
Media dapat digunakan untuk melakukan lima percobaan sifat-sifat cahaya dan menampilkan contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
4 Media dapat digunakan oleh guru maupun siswa.
5 Media dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran IPA.
6 Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media adalah bahan yang awet,
mudah ditemukan, dan aman untuk siswa. 7
Media memiliki tampilan yang menarik bagi siswa. 8
Media yang dikembangkan diharapkan dapat melengkapi media yang telah tersedia di sekolah.
60
b. Pemilihan Media Media Selection
Berdasarkan analisis materi dan karakteristik peserta didik, maka peneliti memutuskan untuk mengembangkan media KIT IPA pokok bahasan cahaya. KIT
IPA yang dikemas praktis, mudah dipindahkan, dan sesuai dengan materi pembelajaran diharapkan dapat membantu kelancaran proses belajar IPA. Media
hardware dipilih agar dapat dimanfaatkan guru maupun siswa secara optimal dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya fasilitas sekolah
yang mendukung pembelajaran menggunakan media software.
c. Pemilihan Bentuk Penyajian Pembelajaran Format Selection
Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran ini disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan Mulyatiningsih, 2012: 197. Dalam penelitian ini,
media yang digunakan adalah KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya dan pembelajaran menggunakan KIT dapat dilakukan secara klasikal maupun
berkempok. Pengunaan media dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru saat mengajarkan materi Cahaya di kelas.
d. Membuat Rancangan Awal Initial Design
Rancangan awal ini menghasilkan draf 1, yang mencakup beberapa poin berikut ini:
1
Judul media yaitu “KIT IPA Cahaya”.
Judul tersebut dipilih untuk menggambarkan materi yang akan disampaikan melalui media.
61 2
Bagian-bagian KIT IPA Cahaya. Bagian-bagian KIT IPA Cahaya secara berturut-turut dari bagian yang
paling luar adalah: a
box KIT IPA Cahaya sekaligus tempat penyimpanan alat KIT, b
kotak percobaan, dan c
alat-alat percobaan. 3
Buku panduan.
Buku panduan penggunaan KIT IPA cahaya berisi nama-nama alat yang terdapat dalam KIT serta cara merangkai alat-alat KIT IPA Cahaya.
Draf 1 tersebut kemudian akan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, sebelum akhirnya digunakan dalam uji coba di SD.
3. Develop Pengembangan
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: a validasi ahli expert
appraisal, dan b uji coba pengembangan developmental testing Thiagarajan dkk., 1974. Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk
akhir media pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli dan data hasil uji coba. Masing-masing tahap tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut. Tahap validasi ahli expert appraisal dilakukan sebagai jaminan bahwa
produk berupa media pembelajaran yang dikembangkan layak diuji cobakan pada siswa. Validasi terhadap KIT IPA Cahaya dilakukan oleh ahli materi dan ahli
62 media. Kedua ahli tersebut menilai draf 1 hasil dari rancangan awal media dan
memberikan masukan untuk perbaikan media. Perbaikan media terus dilakukan hingga kedua validator memberikan penilaian bahwa media layak digunakan
untuk uji coba. Setelah kegiatan validasi ahli dan revisi, media KIT IPA Cahaya juga
mendapat respon penilaian dari guru. Respon guru diperlukan untuk dapat memperbaiki media jika diperlukan sebelum akhirnya digunakan dalam
pembelajaran IPA. Respon guru dirasa penting karena guru merupakan pihak yang mengerti kebutuhan dalam pembelajaran di kelas sekaligus sebagai salah
satu pengguna media. Kegiatan uji coba pengembangan developmental testing dalam penelitian
ini mengadopsi teori evaluasi formatif dari Dick dan Carey 1978 yaitu: a one to one evaluation di dalamnya termasuk validasi ahli, b small-group evaluation,
dan c field evaluation. Teori evaluasi formatif tersebut digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan jumlah subjek penelitian. Masing-
masing tahap evaluasi formatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. One to One Evaluation
One to one evaluation dilakukan terhadap dua siswa yang dianggap representatif terhadap populasi. Dua siswa itu kemudian akan memberi respon
terhadap media KIT IPA Cahaya yang telah digunakan. Berdasarkan respon siswa tersebut dapat diketahui apakah media perlu melalui revisi atau perbaikan sebelum
63 digunakan uji coba selanjutnya atau tidak. Perbaikan terhadap media dalam tahap
ini akan menghasilkan draf 2.
b. Small-Group Evaluation
Small-group evaluation evaluasi kelompok kecil dilakukan untuk menguji coba draf 2. Hasil dari uji coba draf 2 tersebut digunakan untuk melakukan revisi
2 yang kemudian menghasilkan draf 3 untuk uji coba lapangan. Revisi dilakukan sesuai masukan atau saran dari siswa sebagai pengguna.
c. Field Evaluation
Uji coba lapangan terhadap media KIT IPA Cahaya dilakukan di kelas 5A SDN Rejowinangun 1. Hasil dari uji coba lapangan tersebut kemudian digunakan
untuk melakukan perbaikan produk jika diperlukan.
C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Desain uji coba produk pada penelitian ini mengadaptasi teori evaluasi formatif yang ada dalam buku The Systemtic Design of Instruction Dick dan
Carey, 1978. Evaluasi formatif dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah one to one evaluation, tahap ke dua adalah small-group evaluation evaluasi
kelompok kecil, sedangkan tahap ke tiga adalah field evaluation evaluasi lapangan. Secara skematis, tahap evaluasi produk dapat digambarkan sebagai
berikut.
64 Gambar 6. Tiga tahap evaluasi formatif Dick dan Carey, 1978
a. Tahap 1 One to One Evaluation
Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba terbatas pada siswa. Uji coba dilakukan pada dua siswa kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut sejalan
dengan pernyataan Dick dan Carey 1978: 159 yang berbunyi “the term one to one refers to the fact that, at this stage in the evaluation, the instructor selects two
Field evaluation Draf 1
Revisi 1 TAHAP 1
Revisi 3
Media KIT IPA CAHAYA yang layak digunakan
TAHAP 3 Draf 3
Draf 2
Small-group evaluation
Revisi 2 TAHAP 2
One to one evaluation termasuk validasi ahli
65 or more students who are typical of the target population...”. Dua siswa yang
dipilih hendaknya mewakili populasi siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata dan di atas rata-rata seperti pernyataan Dick dan Carey 1978: 159
bahwa “the designer should pick at least one student from the target population
who is slightly above average in general ability and at least one student who is below average..
.”. Hasil review digunakan untuk merevisi draf 1 yang kemudian digunakan untuk menyusun draf 2. Langkah evaluasi satu lawan satu secara
skematis dapat ditunjukkan sebagai berikut Dick dan Carey, 1978: 159-160.
Gambar 7. Langkah one to one evaluation
b. Tahap 2 Small-Group Evaluation
Draf 2 yang dihasilkan dari revisi 1 kemudian di uji cobakan pada kelompok kecil 10 siswa kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut dilatarbelakangi
teori Dick dan Carey 1978: 160 yang menyatakan: if the number of students is less than ten, then the data wich you obtain will
not be representative of the target population. On the other hand, if you obtain data on many more than twenty students, you will find that you have
more information than you need, and the data from additional students will Analisis informasi
Posttest Sajikan media dan catat waktu yang dibutuhkan
untuk menyajikan media mempelajari media, reaksi siswa, bagian yang sulit dipahami, dll
Pretest Jelaskan pada siswa tentang media yang
dikembangkan dan minta siswa untuk memberikan respon terhadap media.
Buat siswa rileks dan bebas mengemukakan
pendapat tentang media
66 not provide you with a great deal of additional information for careful
evaluation and analysis in small-group setting.
Hasil uji coba terhadap 10 siswa tersebut kemudian di gunakan untuk melakukan revisi 2 guna menghasilkan draf 3. Langkah small-group evaluation
secara skematis dapat ditunjukkan sebagai berikut Dick dan Carey, 1978: 161-
162.
Gambar 8. Langkah small-group evaluation
c. Tahap 3 field evaluation
Pada tahap ini media diujicobakan kepada seluruh siswa kelas 5A SDN Rejowinangun 1. Langkah evaluasi lapangan field evaluation secara skematis
adalah sebagai berikut Dick dan Carey, 1978: 171-172.
Gambar 9. Langkah field evaluation Bagikan angket
Posttest Catat waktu dan semua bentuk umpan balik
Sajikan media
Jelaskan bahwa media memerlukan masukan siswa Pretest
Bagikan angket Posttest
Catat semua respon yang muncul dan waktu yang diperlukan Sajikan
media Jelaskan bahwa media memerlukan masukan siswa dan jauhkan
perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan siswa Pretest
Ringkas dan analisis data
67
2. Subjek Uji Coba
a. Uji coba terbatas
Uji coba terbatas dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap one to one evaluation dan small-group evaluation. Pada tahap one to one
evaluation subjek yang terlibat adalah dua siswa kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut sesuai teori yang ditulis Dick dan Carey 1978: 159 bahwa pada
tahap one to one evaluation dipilih dua siswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Satu siswa memiliki kemampuan di bawah
rata-rata, sedangkan satu siswa lain memiliki kemampuan di atas rata-rata. Tahap kedua yaitu evaluasi kelompok kecil melibatkan sepuluh siswa kelas
5C sebagai subjek penelitian. Dick dan Carey 1978: 160 menyatakan jika subjek kurang dari sepuluh orang maka data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sepuluh siswa yang dijadikan subjek hendaknya mewakili siswa yang kurang pandai, sedang, pandai, laki-laki, perempuan, dan
berbagai latar belakang.
b. Uji coba lapangan
Subjek uji coba lapangan atau evaluasi lapangan adalah seluruh siswa kelas 5A SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta yang berjumlah 27 siswa.
D. Jenis Data
Jenis data dibedakan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan kuantitatif Widoyoko, 2015: 18. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan
68 kualitatif untuk mengetahui layak tidaknya media KIT IPA digunakan untuk siswa
kelas 5 SD. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa komentar dan saran dari validator
maupun respon siswa secara lisan melalui tanya jawab saat uji coba. Tidak hanya itu, data kualitatif juga digunakan saat penulis mendeskripsikan hasil observasi
pembelajaran, observasi media, maupun hasil wawancara dengan guru pada tahap penelitian awal. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dilengkapi
dengan data kuantitatif sehingga diharapkan dapat menyajikan data lebih akurat. Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil
observasi atau pengukuran Widoyoko, 2015: 21. Dalam penelitian ini data kuantitatif digunakan untuk mengetahui rata-rata nilai siswa dalam pembelajaran
IPA, sebelum dan setelah menggunakan media KIT IPA cahaya. Rata-rata nilai diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Dari hasil pretest dan posttest kemudian
dilakukan perhitungan nilai gain. Tidak hanya itu, data kuantitatif juga digunakan untuk mengetahui hasil dari validasi ahli, respon guru, dan respon siswa terhadap
penggunaan media KIT IPA Cahaya. Hasil validasi ahli, repon guru, dan respon siswa diperoleh dari pengisian angket.
E. Metode Pengumpulan Data