Latar Belakang Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul (Studi Kasus Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur)

12 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem ketahanan pangan merupakan persoalan tentang penyediaan bahan pangan pokok dalam dimensi kuantitas, kualitas, ruang dan waktu bagi seluruh masyarakat. Dalam bahasa ekonomi masalah ketahanan pangan menyangkut persoalan ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia. Dengan jumlah 205 juta jiwa penduduk Indonesia memerlukan pangsa energi dan protein sebanyak 55 persen Saragih,2002. Makanan alternatif lainnya belum mampu menggantikan beras. Oleh karena itu beras bisa dikatakan sebagai makanan pokok bangsa Indonesia dengan permintaan di pasaran mencapai 139 kg per kapita per tahun BPS, 2006. Indonesia berhasil berswasembada beras pada tahun 1984. Saat itu ketersediaan beras nasional mencapai lebih dari 25,90 juta ton. Akan tetapi, setelah dua dasawarsa ketersediaan beras nasional hanya mampu memenuhi 90 persen kebutuhan nasional. Agar stok beras nasional tetap terjamin pemerintah melalui Bulog melakukan impor Malian, 2001. Ketersediaan beras dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras adalah luas areal panen usahatani, produksi beras atau gabah, dan jumlah penduduk. Berikut ini disampaikan risalah perkembangan keragaan produksi padi di Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1971 sampai 2008. 13 Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Produksi Padi Indonesia 1971- 2008 Tahun Jumlah Penduduk orang Luas Lahan Panen Ha Produksi Padi TonGKP Produktifitas KuHa Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Laju Pertumbuhan Luas Panen Per Tahun Laju Pertumbuhan Produksi Padi Per Tahun Laju Peningkatan Produktifitas Padi Per tahun 1971 119.208.229 8.324.322 20.483.687 24,61 1980 147.490.298 9.005.065 29.651.905 32,93 2,64 0,91 4,97 3,76 1990 179.378.946 10.502.357 45.178.751 43,02 2,16 1,66 5,24 3,06 1995 194.754.808 11.438.764 49.744.140 43,49 1,71 1,78 2,02 0,22 2000 205.132.458 11.793.475 51.898.852 44,01 1,07 0,62 0,87 0,24 2005 218.868.791 11.839.060 54.151.097 45,74 1,34 0,08 0,87 0,79 2006 222.051.300 11.786.430 54.454.937 46,02 1,45 0,04 0,56 1,01 2007 224.904.900 12.124.827 57.051.679 47,05 1,29 2,87 4,77 1,84 2008 227.779.100 12.299.391 58.268.796 47,38 1,28 1,44 2,13 0,68 Sumber : Bappenas, UNDP dan Deptan Diolah Keterangan : 1. Jumlah penduduk diatas tahun 2000, merupakan data proyeksi 2. Produksi padi tahun 2008, merupakan angka ramalan Deptan 3. Produktivitas = Produksi Padi per Luas Lahan Panen Tabel 1 diatas menerangkan bahwa; Pertama, penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang relatif berbeda untuk setiap periodenya. Selama kurun 1971-1990 laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,40 persen per tahun. Laju pertumbuhan pada periode 1990-2008 menurun menjadi 2 persen per tahun. Selama periode 2005-2008 laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,34 persen. Kedua, Pemerintah sudah berupaya dalam meningkatkan produksi beras nasional melalui upaya peningkatan areal panen dan berbagai upaya peningkatan produktivitas padi. Laju peningkatan pertambahan areal panen pada periode 1971-2008 sebesar 1,29 persen per tahun. Laju peningkatan produksi periode 1971-2008 sebesar 4,98 persen per tahun. Pada era tahun 1980-an laju peningkatan produksi relatif besar dan sempat mengalami stagnasi pada periode 1990-an. Melalui berbagai upaya peningkatan produksi, di 14 tahun 2007 produksi padi mengalami peningkatan yang cukup besar. Ketiga mencermati angka-angka laju pertumbuhan masing-masing indikator terlihat bahwa dari tahun 1995, laju peningkatan luas areal panen dan laju peningkatan produksi selalu dibawah laju peningkatan penduduk, terkecuali pada tahun 2007 dan 2008. Hal ini menandakan adanya upaya dalam memecahkan stagnasi pertumbuhan produksi padi di Indonesia. Produksi padi di Indonesia cenderung stabil. Badan Pusat Statistik BPS tahun 2001 menunjukkan angka produksi padi hanya mencapai 50,46 juta Ton gabah kering giling GKG atau menurun sekitar 1,44 juta ton GKG 2,77 persen. Apabila angka tersebut dibandingkan dengan produksi tahun 2000 yang mencapai 51,90 juta ton GKG, maka produksi tahun 2002 meningkat sebesar 0,75 persen atau sebesar 50,84 juta ton GKG dibandingkan tahun 2001. Dalam kurun waktu 1984-2002 oleh Badan Pusat Statistik luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 2. Penyebab menurunnya produksi adalah i tidak ditemukannya teknologi yang tepat untuk mengolah lahan di luar Pulau Jawa; ii tidak adanya diversifikasi teknologi pangan; serta iii meningkatnya populasi penduduk di Indonesia pada Tabel 1. Tingkat produksi dan produktivitas padi nasional mengalami peningkatan dari tahun 1971 sampai 2008. Akan tetapi laju pertumbuhan produksi padi dan laju peningkatan produktivitas padi setiap tahunnya berfluktuasi Tabel 1. Hal itu disebabkan oleh berkurangnya luas areal panen. Peningkatan produksi padi di Indonesia belum mampu mencukupi permintaan kebutuhan masyarakat dalam negeri. Akibatnya pemerintah mengimpor beras dari luar negeri. Nilai volume impor beras Indonesia dalam 15 kurun waktu 1997-2002 cenderung fluktuatif kecuali tahun 1998 saat puncak krisis ekonomi. Pada tahun 2004-2006 nilai volume impor beraspun berfluktuatif tetapi terjadi penurunan yang signifikan nilai impor tahun 2004-2006 dibanding tahun 1997-2002. Peningkatan impor beras pada kurun waktu 1997-2002 juga disebabkan oleh penurunan produksi beras akibat berkurangnya luas panen yang disebabkan adanya konversi lahan, yang menurunkan luas panen sehingga produktivitas menurun dari tahun sebelumnya. Selain itu faktor alam seperti El Nino, kekeringan, perubahan iklim serta cuaca dalam kurun waktu 2003 dan 2004 juga ikut mempengaruhi produksi dan produktivitas. Perkembangan impor beras Indonesia sejak tahun 1997-2006 di sajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Impor Beras di Indonesia Tahun 1997-2006 Tahun Jumlah Ton 1997 406.000 1998 5.765.000 1999 4.183.000 2000 1.153.000 2001 1.423.000 2002 1.113.000 2003 659.000 2004 459.000 2005 304.000 2006 210.000 Sumber : Andi Irawan, 2007 Besarnya volume impor beras menimbulkan berbagai pro-kontra di kalangan masyarakat. Volume impor beras menimbulkan masalah bagi petani padi di Indonesia, karena ketidakmampuan bersaing dalam permasalah harga. Harga beras impor cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga beras lokal yang memiliki mutu dan kualitas yang hampir sama. Harga beras impor di Pasar Induk Cipinang PIC Jakarta berkisar Rp. 2.900 sampai Rp. 3.200 per kg. Harga 16 tersebut lebih rendah dibandingkan beras lokal dari petani dengan kualitas standar termurah yang harga jualnya paling murah berkisar antara Rp. 3.500 dan Rp. 3.600 per kg. Dampaknya petani lokal merugi karena harga mereka tidak ekonomis dibandingkan dengan beras impor Andi Irawan,2007. Konsumen lebih memilih beras impor karena harganya lebih murah dengan kualitas yang tidak berbeda. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan petani padi. Selain itu penyebab penurunan pendapatan petani adalah tingginya ongkos produksi yang dikeluarkan petani berupa biaya pengolahan lahan tanah, penyediaan sarana produksi pertanian saprotan, biaya input pertanian seperti pupuk,benih dan lain-lain, biaya transportasi dan biaya-biaya yang lainnya mengalami kenaikan. Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan usahatani petani padi.

1.2 Perumusan Masalah