71
VI ANALISIS USAHATANI PADI PANDANWANGI
6.1 Waktu Budidaya padi pandanwangi
Secara umum dilokasi penelitian petani pemilik penggarap dan penggarap menanam padi pandanwangi dalam 2 musim tanam setiap tahunnya, yaitu MT 1
dan MT 2. Musim tanam 1 dimulai bulan Mei atau Juni dan kegiatan panennya dilakukan sekitar bulan Desember atau Januari, sedangkan MT II dimulai bulan
Januari atau Februari dan kegiatan panennya dilakukan pada bulan Juni atau Juli. Pola tanam di Kecamatan Warung Kondang sama dengan pola tanam di
kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur yang membudidayakan padi pandanwangi.
6.2 Teknik Budidaya
pandanwangi
Teknik budidaya padi pandanwangi tidak jauh berbeda dengan jenis padi lainnya. Terdapat sedikit perbedaan seperti pada teknik awal proses pengolahan
lahan dan pemanenan. Adapun teknik budidaya padi pandanwangi sebagai berikut:
1. Penebaran Benih
Langkah awal dari teknik menanam padi pandanwangi adalah penebaran benih. Langkah yang harus dilakukan saat penebaran benih adalah petani
mempersiapkan lahan yang akan dijadikan tempat persemaian benih haruslah lahan yang airnya terjamin sepanjang hari serta terhindar dari banjir ketika hujan
dan terhindar dari gangguan ternak peliharan. Mencangkul tanah merupakan proses pengolahan lahn yang harus dilakukan ketika sudah mendapat lahan yang
72
cocok dijadikan persemaian. Setelah diolah, proses selanjutnya adalah membuat petakan dan saluran air. Lebar petakan antara 1,25 sampai 2 meter sedangkan
lebar saluran air antara 30-40 cm. Petakan persemaian dibuat mengarah memotong petak sawah. Lalu petak lahan yang akan dipakai untuk penyemaian
dicangkul sekali lagi agar tanahnya gembur. Setelah selesai, lahan tersebut didiamkan antara 3-5 hari. Jenis pupuk yang dipakai saat persemaian biasanya
adalah pupuk organik cair atau padat. Luas lahan persemaian padi pandanwangi perhektar antara 450-500 meter persegi. Luas lahan persemaian yang optimal akan
membuat benih tumbuh sehat, kekar dan kuat. Persemaian dikerjakan dengan menggunakan tangan manusia dan cangkul.
Benih padi pandanwangi yang baik adalah hasil permurnian pertumbuhan dilapangan yang seragam dari sawah yang sama. Benih hasil pemurnian di kemas
dalam bentuk gabah. Sebelum ditanam benih memerlukan beberapa perlakuan diantaranya :
1. Benih dijemur selam 1 hari antara pukul 8.00 s per d 11.00 WIB.
2. Benih di rendam dalam larutan air garam 4 persen untuk memisahkan
antara benih berisi penuh dengan yang hampa atau kurang berisi. Benih yang disemai merupakan benih yang berisi penuh.
3. Merendam benih yang telah dibuang gabahnya dengan air bersih
menggunakan karung selama 24 jam. 4.
Benih yang telah direndam, setelah diangkat, diperam selama 48 jam 1-2 hari.
73
5. Setelah diperam selama 48 jam benih akan berkecambah. Panjang
kecambahnya antara 0,5-1 mm cumileuh. Benih yang berkecambah siap ditebarkan.
Perlakuan benih sebelum disemai biasanya dilakukan oleh petani di rumah. Alat-alat dan kondisi yang perlu dipersiapkan adalah alat menjemur penjemuran,
ember, garam, air, karung, bak air, tempat yang teduh dan lembab untuk memeram.
Padi pandanwangi tidak memiliki waktu dormansi, artinya benih atau gabah yang baru di panen setelah dikeringkan langsung dapat di semai. Namun
benih yang tidak mengalami masa dormansi pertumbuhannya tidak akan sebaik benih yang telah mengalami masa dormansi.
Cara menabur benih padi pandanwangi di lahan persemaian adalah 1 Pilih benih yang telah berkecambah. Setelah itu segera ambil benih tersebut
dengan kerapatan 0,5 genggam tangan 3-5 cm untuk 0,5 meter persegi 1 petak, benih sebanyak 1 kg memerlukan persemaian sebesar 15 meter persegi atau 1
hektar sawah memerlukan 450 meter persegi dengan keperluar benih sebesar 30- 40 kg. Kedua, waktu menebar benih ke lahan persemaian, harus dipastikan tidak
ada air tergenang di dalam area persemaian. Ketiga, benih disebar merata. Dan yang keempat, melakukan pengaturan air dipersemaian sedemikian rupa dengan
acuan lebih rendah 0,01-0,05 mm dari ketinggian benih yang tumbuh. Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan saat proses persemaian
berlangsung karena selain dapat manyuburkan tanaman, pupuk organik juga dapat memudahkan pencabutan bibit saat hendak ditanam. Sebaiknya tidak menutup
benih menggunakan sekam padi, karena dapat menyebabkan tercampurnya benih
74
padi pandanwangi dengan benih padi yang lain. Melakukan penutupan benih bertujuan untuk mengantisipasi tercecernya benih padi akibat tertimpa air hujan.
Proses penebaran benih biasanya dilakukan pada saat menjelang panen. Penebaran benih tidak dilakukan lahan untuk menanam padi. Alasan petani
responden menyegerakan penyemaian benih adalah agar bisa memulai proses pengolahan tanah di sawah setelah panen bisa dilakukan. Jika lahan sudah selesai
diolah, mereka bisa menghemat waktu dan tinggal menunggu bibit yang sedang disemai tumbuh.
Pada saat penebaran benih dilakukan, sebagian dari petani responden ada yang mulai menanam bibit ikan ditempat persemaian dan ada yang melakukannya
bersamaan dengan penanaman bibit padi. 2.
Persiapan dan Pengolahan Lahan Setelah padi musim sebelumnya dipanen, batang jerami padi tersebut di
tebas dengan menggunakan arit, biasanya dipotong sehingga tinggal menjadi sepertiga bagian dari awal. Batang jerami padi pandanwangi agak sukar busuk
jika dibandingkan tanaman tanaman padi Varietas Unggul Tahan Wereng VUTW atau Varietas Unggul Baru VUB. Pemotongan jerami menjadi
sepertiga bagian bertujuan agar jerami mudah busuk dan pada waktu pengolahan tanah tidak jerami tersangkut pada alat pengolah tanah. Petani padi pandanwangi
tidak membakar jerami di lahan mereka. Alasannya agar kandungan bahan organik yang berasal dari jerami di dalam lumpur lahansawah tidak hilang,
sehingga kesuburan tanah di lahan mereka bertambah. Setelah jerami di tebas, dilakukan perbaikan pematang mopokan dan
membuat saluran air di sepanjang pematang. Hal ini bertujuan agar air dapat
75
tergenang pada waktu pengolahan lahan nyisian. Dalam mengolah lahan dibutuhkan air tergenang karena dapat mempermudah pengolahan lahan.
Pembabatan jerami, pembuatan saluran air sepanjang pematang dan perbaikan pematang dikerjakan dengan tenaga laki-laki dengan menggunakan
cangkul dan arit. Pengolahan tanah langsung dilakukan setelah panen selesai. Sebagian besar petani di lokasi penelitian setelah panen tidak membiarkan
lahannya diberakan. Dari pada memberakan lahan, mereka memilih untuk langsung mengolah lahannya dengan menanami padi ataupun palawija. Perilaku
ini lebih banyak dilakukan oleh petani penggarap yang harus bekerja lebih keras dalam mengoptimalkan produktivitas lahannya. Tujuannya untuk mengejar
“setoran” biaya bagi hasil atas penggunaan lahan kepada pemilik lahan. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi tanah dari segi
kandungan unsur-unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki drainase
aliran air tanah sehingga tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami kembali. Pada umumnya setelah panen terdapat sisa-sisa jerami di lahan
persawahan. Untuk padi pandanwangi, petani melakukan pengolahan tanah yang agak
sedikit berbeda dengan padi lainnya. Pengolahan tanah diawali dengan melakukan penyiangan terhadap jerami padi pandanwangi bekas panen istilahnya “babad
jerami”. Setelah proses penyiangan selesai, langkah selanjutnya yakni dikenal dengan istilah “mopok galeung” maksudnya menutup pematang sawah dengan
tanah sawah agar aliran air di lahan tersebut tidak mengalami kebocoran. Kemudian setelah itu dibajak dengan mesin traktor ataupun dengan menggunakan
76
tenaga sapi atau kerbau. Sebagian besar petani responden menggunakan traktor dalam membajak lahannya.
Ketika lahan dibajak dengan traktor, secara bersamaan petani pun mempekerjakan orang untuk membersihkan pematang, membuat aliran air dan
merata-ratakan permukaan tanah yang telah dibajak. Setelah lahan menjadi gembur dan rata, maka lahan siap untuk ditanami.
3. Penanaman bibit “Tandur”
Petani menyebut penanaman bibit dengan istilah”tandur”. Bibit yang telah disemai kemudian diangkat dan diikat terlebih dahulu. Dua hari sebelum
penanaman bibit, petani sudah harus meratakan dasar sawah dan membuat saluran air baik memanjang pematang ataupun memotong petak sawah. Saluran air juga
harus dibuat pada pinggir pematang yang tinggi pada sawah terasering. Kemudian proses selanjutnya adalah membuat garis pada petakan dengan
mengunakan penggaris. Jarak tanam berkisar antara 27x27 cm atau 30x30 cm, jika menggunakan alat legowo, jarak tanam padi pandanwangi adalah
menggunakan legowo 5. Saat perataan tanah sebelum menggaris sebaiknya dilakukan pemupukan
dasar, karena pada saat itu lumpur sawah masih lembek sehingga penggunaan pupuk akan lebih efektif dan efisien. Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga
kerja laki-laki dengan alat-alat yang digunakan adalah alat caplakan penggaris, alat untuk meratakan tanah yang terbuat dari papan pangangler dan tali untuk
membantu mencaplak. Proses pengangkatan bibit dari tempat persemaian disebut dengan istilah
“babut”. Teknis dalam mencabut bibit dari tanah di lahan persemaian adalah
77
pertama, menggemburkan tanah persemaian agar memudahkan proses pencabutan bibit sehingga bibit tidak mengalami kerusakan. Bibit yang telah dicabut diikat
dengan mengunakan merang padi. Pemilihan merang padi sebagai pengikat karena tekstur batang merang padi yang lembut dan kuat. Dengan tekstur tersebut
bibit padi dapat dipastikan tidak akan rusak. Banyaknya benih padi setiap ikatannya kira-kira sejumlah gengaman orang dewasa 20-30 benih. Pencucian
akar yang berlebihan sebaiknya dihindari agar akar benih padi tidak rusak. Ketika mengangkut bibit sampai ke petakan sawah sebaiknya jangan melempar bibit ke
petakan sawah karena akan membuat bibit menjadi rusak. Ketika sudah sampai di sawah, bibit harus segera ditanam. Penanaman
bibit disawah tidak boleh terlalu dalam sampai ke dasar sawah. Akar dan batang benih tidak boleh terlipat. Penanaman yang terlalu dalam akan menyebabkan
tanaman lambat tumbuh dan mudah terserang penyakit. Biasanya ibu-ibu yang melakukan proses babut hinga tandur. Selain tenaga kerja wanita dibutuhkan juga
tenaga kerja pria untuk mengangkut bibit dari tempat persemaian. 4.
Penyulaman “Ngageudag” dan Pemupukan Tahap Satu Penyulaman dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi tanaman
apakah tumbuh dengan baik ataukah tidak. Jika sebagian tanaman ada yang terbawa aliran air atau roboh, maka harus dilakukan penyulaman. Di lokasi
penelitian, biasanya proses penyulaman menggunakan tenaga kerja ibu-ibu. Selain menyulam tanaman, mereka juga harus menyiangi tanaman yang tumbuh liar
disekitar sawah. Tanaman liar gulma tersebut berbentuk rumput dan alang- alang yang dapat menghambat pertumbuhan bibit padi. Proses penyulaman dan
penyiangan tahap awal dikenal dengan istilah “ngarambel awal” atau
78
“ngageudag”. Selain melakukan penyulaman, dilakukan pula pemupukan tahap 1. Pupuk yang diberikan adalah 150-200 kg Urea, 150-200 SP-36 dan KCl 50-75 kg
setiap hektarnya per satu musim tanam. Petani juga bisa menggunakan pupuk NPK Phonska untuk mengantikan pupuk KCl yang sangat sulit ditemukan
dilokasi penelitian. Dosis pupuk NPK Phonska yang dianjurkan adalah 300 kg per Ha. Cara dan waktu pemupukan pada tahap 1 adalah
1. Pemberian pupuk dasar sebelum tanam yaitu saat menyelesaikan proses
meratakan tanah sampai dengan bibit padi berumur 15 hari. Dosis pupuk yang diberikan adalah Urea sepertiga dari 50-65 kg 67 persen, sepertiga
SP 36 dari 100-150 kg 67 persen, sepertiga dari KCl 25-37 kg 50 persen. Jika menggunakan Phonska digunakan 150 kg 50 persen. Proses
pemberian pupuk dengan cara di tebar. 2.
Pupuk susulan ke 1 diberikan saat umur tanaman 25-30 hari ketika melakukan penyiangan pertama. Takaran pupuk Urea yang diberikan
adalah sebesar dua per tiga dari 50-65 kg 33 persen, SP 36 dua per tiga dari 25-37,5 kg 40persen dan dua per tiga dari KCl antara 25-37 kg.
Pupuk ini diberikan pada saat menyiangi, tujuannya agar pupuk dapat terbenam ke dasar sawah. Jika menggunakan Phonska digunakan sebesar
150 kg 50persen. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar. Pengaturan air harus diperhatikan dan dipertahankan agar air yang sudah
bercampur dengan pupuk tidak keluar dari petakan terbuang.
79
5. Penyiangan dan Pemupukan Tahap Dua.
Padi yang telah ditanam memerlukan pemeliharaan dan pemberian unsur hara pupuk. Pemberian pupuk sangat penting untuk membuat pertumbuhan
tanaman padi sesuai dengan yang diharapkan. Tanaman padi akan mati ataupun tumbuh dengan tidak optimal jika tidak ada pemeliharaan dan pemberian pupuk
dari petani. Setelah beberapa minggu sejak proses penanaman, rumput-rumputan dan
alang-alang liar tumbuh disawah. Jika tanaman liar itu dibiarkan hidup, maka akan mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Untuk itu petani menyiangi
rumput-rumputan dan alang-alang yang tumbuh liar. Selain menyiangi tanaman yang tidak diinginkan gulma, petani pada saat yang sama juga melakukan
pemupukan tahap 2. Pupuk yang diberikan yakni berupa sisa pupuk Urea dan SP 36 sisa pemupukan tahap 1 juga ditambah KCl atau NPK Phonska.
6. Membersihkan Pematang Sawah Penyiangan Pematang Sawah
Pada tahap ini aktifitas yang dilakukan petani yakni membersihkan pematang sawah dari rumput-rumput dan tanaman-tanaman penggangu lainnya
dengan menggunakan kored. 7.
Pemberantasan Hama dan Penyakit 1. Setiap tanaman yang ditanam tidak lepas dari hama dan penyakit yang
akan selalu menggangu pertumbuhannya. Begitu juga dengan padi pandanwangi. Hama yang menyerang tanaman padi pandanwangi adalah : tikus, Keong Mas,
Walang Sangit, Hama Putih Nymphula depuntalis, hama putih palsu Cnaphaloscsis medinalis, Ulat Grayak Laphym exemta dan Laucania spp.
80
Penyakit yang sering menyerang padi adalah penyakit balst atau busuk daun Rice balst
,leher Neck Rot dan gelang buku Node balst, dan penyakit virus tungro. Petani padi pandanwangi melakukan penyemprotan insektisida untuk
memberantas hama dan penyakit tersebut. Insektisida yang dipakai oleh petani berupa larutan cair yang dilarutkan bersama air. Jenisnya tergantung dari hama
atau penyakit yang menyerang padi pandanwangi miliknya. Biasanya jenis pestisida yang digunakan berupa Decis, Arrivo, dsb. Dalam menyemprot pestisida
ke tanaman padi, petani biasanya menggunakan alat seperti sprayer dan handsbower
. 8.
Pemberantasan Hama dan Penyakit 2 Langkah yang dilakukan sama dengan pemberantasan hama dan penyakit
satu. 9.
Panen Umur tanaman padi pandanwangi mencapai 150-160 hari. Setelah padi
mencapai umur panen, pemanenan harus segera dilakukan. Cara memanen padi pandanwangi tidak sama dengan jenis padi pada umumnya. Salah satu keunikan
padi pandanwangi adalah cara memanennya. Pemanenan padi pandanwangi mengunakan alat bernama etem. Alasan penggunaan alat ini adalah karena padi
pandanwangi memiliki postur batang tinggi dan butir padi yang terikat kuat pada malainya. Kuatnya butiran padi terikat pada malainya itu menyebabkan gabah
pandanwangi sulit untuk dirontokkan dengan mesin perontok atau pun dengan alat tradisional lainnya “digeubug”. Sampai saat ini petani masih menggunakan etem
81
untuk menuainya dan belum ada alat lain yang mampu menggantikannya sekalipun ilmu dan teknologi pertanian terus berkembang.
6.3 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani