140
Tabel 19. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada Saluran F1 dan F2
Harga Rpkg
Harga Rpkg
Petani
Harga jual
3.345,25 47,45
3.345,25 48,83
Farmershare 47,45
48,83
Pedagang Besar Daerah
Harga Beli
3.345,25 47,45
3.345,25 48,83
Biaya tataniaga :
Biaya bongkar muat
20,00 0,28
20,00 0,29
Transportasi 48,00
0,68 48,00
0,70 Penjemuran
30,00 0,43
30,00 0,44
Penggilingan 250,00
3,55 250,00
3,65 Pengemasan
235,00 3,33
235,00 3,43
Grading 20,00
0,28 20,00
0,29 Sortir
10,00 0,14
10,00 0,15
Upah timbang
5,00 0,07
5,00 0,07
Penyusutan 45
1.783,46 26,03
Penyusutan 50
1.932,63 27,41
Total Biaya
2.550,63 36,18
2.401,46 35,06
Harga jual
6.450,00 91,49
6.100,00 89,05
Keuntungan 554,13
7,86 353,29
5,16 Marjin
3.104,75 44,04
2.754,75 40,21
RC ratio
1,09 1,09
1,06 1,06
Pedagang Pengecer LD
Bogor Bogor
Harga Beli
6.450,00 91,49
6.100,00 89,05
Biaya pemasaran :
Transportasi 175,00
175,00 Biaya
bongkar muat 18,00
0,26 18,00
0,26 Total
Biaya 193,00
2,74 193,00
2,82 Harga
jual 7.050,00
100,00 6.850,25
100,00 Keuntungan
407,00 5,77
557,25 8,13
Marjin 600,00
8,51 750,25
10,95 RC
ratio 1,06
1,06 1,09
1,09
Konsumen
Harga beli
7.050,00 100,00
6.850,25 100,00
Total Biaya
2.743,63 38,92
2.594,46 37,87
Total Keuntungan
961,13 13,63
910,54 13,29
Total Marjin
3.704,75 52,55
3.505,00 51,17
Jenis Biaya
Saluran F1
Saluaran F2
Sumber: Data primer, diolah Persentase terhadap harga konsumen
8.2 Efisiensi Saluran Tataniaga
Pengertian efisiensi tataniaga dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu, dari sudut pandang konsumenpembeli dan sudut pandang penjual. Perbedaan ini
timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara konsumen dan produsen. Penjual menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila dapat menghasilkan
keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen menganggap sistem tataniaga
141
efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga yang rendah.
Berarti untuk mengetahui apakah tataniaga suatu produk efisien ataukah tidak, juga dapat dilihat dari dua unsur. Yang pertama, dilihat dan segi efisiensi
operasional dan harga. Efisien operasional dilihat dari segi penggunaan teknologi dalam melakukan fungsi-fungsi tataniaga, sedangkan efisien harga dapat dilihat
dari marjin tataniaga yang Iebih rendah dan memberikan farmer ‘s share bagian yang diterima petani lebih besar serta memberikan rasio keuntungan biaya yang
tinggi. Untuk mengetahui saluran yang efisien dalam operasionalnya, maka
pedagang besarlah yang telah efisien dalam penggunaan teknologi. Hal itu dapat dilihat dari proses grading dan sortasi yang telah menggunakan mesin dibanding
dengan penggunaan tenaga manusia manual. Tabel 20. Nilai Persentase Famer’s Share, Total Biaya, Total Keuntungan dan
Total Marjin Saluran
Pemasaran Jenis
beras Farmers
Share Total
Biaya Total
Keuntungan Total
Marjin
A super
43,48 13,12
43,41 56,52
B super
43,17 13,85
41,03 56,83
C1 super
41,67 18,90
39,44 58,33
C2 super
42,25 18,82
38,93 57,75
D1 kepala
41,96 40,37
17,67 58,04
D2 super
43,80 40,17
16,03 56,20
E1 kepala
49,56 37,67
12,77 50,44
E2 super
51,07 36,49
12,44 48,93
F1 kepala
47,45 38,92
13,63 52,55
F2 super
48,83 37,87
13,29 51,17
RATA ‐RATA
45,32 29,62
24,86 54,68
RATA ‐RATA super
44,90 25,60
29,22 55,10
RATA ‐RATA kepala
46,32 38,99
14,69 53,68
Sumber: Data primer, diolah Persentase terhadap harga konsumen
142
Pada Tabel 20 secara nominal nilai farmer’s share untuk beras jenis super terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E2 dan C1, yang masing-masing
besarnya 53,52 persen dan 41,67 persen. Hal itu berarti petani pada saluran E2 mendapatkan bagian sebesar 53,52 persen dan untuk C1 petani hanya
mendapatkan 41,67 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Sedangkan untuk beras jenis kepala kita dapat melihat nilai farmer share
terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E1 dan D1 dengan nilai persentase 51,07 dan 46,48 persen dari harga yang dibayar oleh konsumen
Rata-rata keseluruhan farmer‘s share petani lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang pedagang pengumpul dan
pedagang besar. Mereka bisa saja untuk mengoptimalkan lagi nilai farmer’s share
-nya, jika melakukan beberapa fungsi tataniaga. Namun, sebagian besar petani, baik petani pemilik penggarap maupun penggarap langsung menjual padi
malai keringnya dari pada melakukan pengolahan. Apalagi saat ini sebagian besar petani padi pandanwangi tidak lagi memiliki tempat penjemuran gabah seperti
halnya yang dimiliki oleh petani pada masa lampau. Hal ini disebabkan semakin banyak dan padatnya penduduk di desa yang memerlukan tempat tinggal,
sehingga banyak prasarana pendukung usahatani di tempat penelitian berlangsung berubah fungsi menjadi tempat tinggal. Kenyataan ini menunjukan bahwa land
reform sudah terjadi di desa tempat padi pandanwangi dibudidayakan.
Proses pengolahan gabah sendiri memerlukan modal dalam jumlah yang sangat besar. Hal itu disebabkan pengolahan gabah pandanwangi tidak sama
dengan gabah padi secara umum. Dibandingkan dengan padi yang lain padi jenis ini memiliki lebih banyak tahapan pengolahannya, mulai dari proses penjemuran
143
hingga pengemasan. Faktor modal juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan petani tidak dapat langsung mengolah gabahnya.
Dalam kasus tataniaga beras pandanwangi ini, khususnya yang berkaitan dengan analisis nilai marjin, sebaran nilai marjin tataniaga secara umum dapat
dijadikan indikator untuk melihat apakah suatu saluran tataniaga efisien atau tidak. Melihat kondisi tataniaga yang terjadi, maka dalam hal ini untuk
mengetahui saluran tataniaga yang efisien baik dari perspektif konsumen ataupun penjual, salah satu caranya adalah dengan membandingkan saluran yang
menghasilkan Beras pandanwangi murni. Pada Tabel 20 terlihat bahwa saluran E2 memiliki persentase nilai marjin beras jenis super yang terkecil. Jika dilihat dari
nilai persentase biaya yang dikeluarkan maka saluran A merupakan saluran beras jenis super yang mengeluarkan nilai terkecil dengan nilai persentase sebesar
13,12. Dengan demikian dilihat dari nilai marjin tataniaga, maka saluran E2 adalah saluran yang lebih efisien bagi konsumen beras jenis super dibandingkan
dengan saluran A ataupun saluran yang lainnya. Sedangkan bagi penjual saluran yang paling efisien adalah saluran A karena mempunyai biaya terkecil dan total
keuntungan terbesar untuk beras jenis super. Untuk Beras pandanwangi jenis kepala saluran E1 memiliki nilai marjin
tataniaga sebesar 48,93 persen dari harga pengecer, secara nominal merupakan nilai marjin terbesar diantara saluran yang lainnya. Berarti saluran ini lah yang
memiliki efisiensi tataniaga bagi konsumen beras kepala. Nilai keuntungan saluran D1 sebesar 17,67 persen dari harga konsumen merupakan nilai
keuntungan saluran terbesar dibandingkan dengan yang lain, sehingga membuat saluran tataniaga ini menjadi efisien bagi penjual beras kepala.
144
Keuntungan terbesar baik pada saluran A maupun D1 diperoleh pedagang pengumpul. Nilai keuntungan yang besar disebabkan oleh keinginan
memperoleh keuntungan yang besar dari lembaga terkait di dalam salurannya. Hal ini berkaitan pula dengan tataniaga pandanwangi yang sifatnya tidak cepat terjual
seperti beras yang lain, karena pangsa pasarnya terbatas pada kalangan menengah ke atas.
Pada saluran tataniaga D, E, F pedagang besar merupakan lembaga yang melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan modern. Jika dilihat secara
nominal dari sebaran nilai marjin, maka dapat disimpulkan bahwa saluar C2 beras jenis super dan D1 beras jenis kepala adalah saluran yang paling tidak
efisien. Sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras pandanwangi murni jenis
super dan kepala, yaitu dari 46,48 pensen hingga 58,04 persen. Dalam menganalisis biaya tataniaga terbesar maka digunakan angka nominal, sehingga
biaya terbesar terdapat pada saluran tataniaga beras jenis kepala D1 yang besarnya mencapai Rp. 2.886,8 per kg. Hal itu disebabkan oleh jarak antar
lembaga yang terlibat biaya transportasi ditambah dengan banyaknya fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga. Saluran tataniaga yang
terdapat didalamnya sebagai berikut petani — pedagang pengumpul — pedagang besar luar daerah — konsumen. Biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang besar
luar daerah sebesar Rp. 2.804 per kg. Pedagang besar luar daerah merupakan lembaga yang melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan terhadap beras.
145
Nilai persentase keuntungan terbesar dimiliki oleh saluran tataniaga A dengan nilai 43,48. secara nominal merupakan terbesar dibandingkan dengan
lembaga lainnya yang terlibat dalam saluran tersebut. Penggunaan analisis R per C ratio yaitu untuk mengetahui rasio besar
keuntungan yang diperoleh terhadap setiap rupiah yang dikeluarkan. Pada kedua belas saluran tataniaga yang diteliti, maka nilai rasio R per C terbesar dimiliki
oleh pedagang pengecer daerah pada saluran A, yakni sebesar 1,36 yang artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 1,36.
8.3 Struktur Pasar