85
dan ikan. Sebagian besar tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria, Tenaga kerja wanita hanya dibutuhkan pada saat pengambilan bibit dari tempat
penyemaian, penanaman bibit dan penyiangan rumput dan gulma. Penggunaaan tenaga kerja baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
keluarga dikonversikan ke dalam satuan hari orang kerja HOK. Tenaga kerja pria dijadikan sebagai standar pokok bagi penentuan satu satuan HOK yang
memiliki rata-rata jam kerja 6 jam per hari. Petani mulai bekerja dari pukul enam pagi sampai pukul 12 siang. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga rata-rata
responden petani pemilik penggarap 143,19 HOK per per musimnya. Penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga rata-rata responden petani pemilik penggarap
per musimnya adalah 11,3 HOK. Penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
Pendapatan atas biaya tunai per musim petani pemilik penggarap besarnya adalah Rp. 5.736.401,43 sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 1.796.178,04.
6.3.2 Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Petani Penggarap
Secara umum variabel penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani petani penggarap hampir sama dengan petani pemilik. Besarnya ketiga komponen
tersebut secara rinci tertera dalam Tabel 10. Penerimaan
petani penggarap per musim dari hasil penjualan gabahnya
mencapai 97,58 persen dari total nilai gabah yang dihasilkan atau sebesar Rp. 8.470.559,60. Sisanya sebesar 2,42 persen disimpan petani penggarap untuk
tambahan benih pada musim tanam berikutnya. Persentase gabah yang dijual dari jumlah yang dihasilkan petani
penggarap lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik penggarap. Hal ini
86
disebabkan oleh keinginan petani penggarap beserta keluarga untuk mengkonsumsi beras pandanwangi lebih rendah dibandingkan keluarga pemilik
penggarap. Selain itu kewajiban untuk menyerahkan biaya bagi hasil atas penggunaan lahan kepada pemilik lahan dalam jumlah yang cukup besar juga
membuat petani penggarap harus mencari keuntungan maksimal dari hasil produksinya.
Pada Tabel 10 terlihat komponen biaya dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh responden petani penggarap. Komponen penyusun biaya, baik
biaya tunai maupun tidak tunai hampir memiliki kesamaan dengan komponen biaya yang dikeluarkan oleh responden petani pemilik penggarap. Total biaya
yang harus dikeluarkan oleh petani penggarap besarnya adalah Rp. 8.810.215,54 , yang terdiri dari Rp. 8.593.864,76 biaya tunai dan Rp. 216.350,78 biaya tidak
tunai. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh penggarap jauh lebih besar dibandingkan dengan pemilik. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya bagi hasil yang
dikeluarkan penggarap sebesar Rp. 5.315.091 per musimnya. Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga pada petani petani penggarap
tidak mencukupi kebutuhan mereka akan tenaga kerja. Oleh sebab itu mereka pun mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga yang mencapai 114,94 HOK per
musimnya lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan tenga kerja dalam keluarga yaitu 11,31 HOK per musimnya. Jika kita membandingkan penggunaan
tenaga kerja luar keluarga antara responden petani pemilik penggarap dan penggarap, maka akan tampak jelas bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga
petani pemilik penggarap lebih besar daripada petani penggarap. Hal ini disebabkan oleh petani penggarap lebih banyak mengikutsertakan dirinya bekerja
87
di lahan dibanding dengan pemilik. Secara rinci penggunaan input produksi oleh petani penggarap dapat dilihat dalam Tabel 10.
Pendapatan yang diperoleh petani penggarap dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan, baik dalam bentuk biaya tunai maupun total biaya
keseluruhan yang didalamnya terdapat biaya-biaya yang diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai responden petani penggarap besarnya rata-rata Rp.
606.961,99 per musimnya. Pendapatan responden petani penggarap terlihat jauh lebih kecil Tabel
10. Penyebabnya adalah besarnya nilai pengeluaran secara tunai, khususnya biaya bagi hasil atas penggunaan lahan yang jumlahnya Rp. 5.315.091,70.
88
Tabel 10. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Petani Penggarap Pada Lahan 1 Ha Rata-Rata Per Musim Tanamnya
No Komponen
Jumlah Fisik
Rata‐Rata per Musim Tanam
Rp
1 Penerimaan
Penerimaan
Tunai
Penjualan gabah kg
2823,52 8.470.559,60
Penjualan ikan kg
81,14 730.267,15
Total Penerimaan Tunai
9.200.826,75
Penerimaan Tidak Tunai
Konsumsi gabah keluarga kg
‐ Konsumsi
Ikan keluarga kg 15,46
139.095,44 Penyimpanan
kg 70,00
210.000,00
Total Penerimaan Tidak Tunai
349.095,44
Total Penerimaan Usahatani
9.549.922,19
2 Biaya
Biaya
Tunai
Pembelian benih padi kg
42,65 298.535,96
pembelian bibit ikan kg
49,46 237.413,08
pembelian pupuk :
~ Urea kg
133,34 200.014,87
~ SP 36 kg
122,93 221.271,05
~ NPK kg
41,48 103.708,25
Total pembelian Pupuk
524.994,17 Pembelian
Insektisida 41.000,00
Bagi hasil atas penggunaan lahan
5.315.091,70 Biaya
Panen 436.389,29
Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK
114,94 1.724.163,91
Biaya lain‐lain
16.276,66
Total Biaya Tunai
8.593.864,76
Biaya Tidak Tunai
Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK
11,31 169.684,12
Penyusutan alat
46.666,66
Total Biaya Tidak tunai
216.350,78
Total Biaya Produksi
8.810.215,54 3
Pendapatan Pendapatan
atas biaya tunai
606.961,99
Pandapatan atas biaya total
739.706,65 RC
atas biaya tunai
1,07 RC
atas biaya total
1,08 Sumber: Data primer, diolah
Sistem pembagian hasil yang ditetapkan oleh pemilik lahan yang menggunakan pembagian sistem 2 : 1 atau 3 : 2 menyebabkan besarnya biaya bagi
hasil yang harus dibayarkan oleh petani penggarap. Sistem 2 : 1 atau 3 : 2
89
maksudnya adalah si pemilik lahan memperoleh 2 per 3 atau 3 per 5 bagian sedangkan si penggarap hanya memperoleh 1 per 3 atau 2 per 5 bagian dari hasil
panen yang diperoleh. Kemudian untuk biaya produksi semuanya menjadi tanggungan penggarap, terkecuali zakat dan iuran pajak kepada pemerintah yang
menjadi tanggungan pemilik. Dengan sistem seperti ini responden petani penggarap hanya mendapat bagian hasil lebih kecil dibandingkan petani pemilik.
Banyak petani penggarap di lokasi penelitian yang mengeluh dan merasa keberatan dengan sistem ini. Hal ini membuktikan bahwa sistem pembagian hasil
ini terkesan sangat tidak adil. Namun petani penggarap tidak dapat berbuat banyak dengan sistem yang berlaku dan sudah mengakar didaerahnya. Menurut
piahk PPL setempat, pihak pemerintah dalam hal ini Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD tingkat II Kabupaten Cianjur akan membuat
Rancangan Peraturan Daerah Raperda yang isinya mengatur hubungan anatara pemilik tanah dan para penggarap tanah mengenai pembagian hasil diantara
mereka. Sistem ini juga menunjukan bahwa teori kapitalis berlaku pada daerah penelitian
Pada umumnya petani penggarap di lokasi penelitian menggarap lebih dari satu lahan garapan. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya, petani penggarap
tidak hanya mengandalkan hasil dari mengolah lahan garapan milik orang lain. Biasanya mereka juga mengolah lahan milik sendiri dengan jenis padi lain atau
tanaman Holtikultura seperti jagung, kol, kubis dll. Untuk jenis padi, padi yang mereka tanam adalah padi jenis IR 64. Alasan memilih menanam padi IR 64
adalah karena umurnya relatif pendek dibandingkan dengan padi pandanwangi. Sehingga dalam satu tahun mereka bisa memanennya hingga tiga kali. Tidak
90
hanya menanaminya dengan padi, petani penggarap sering menerapkan pola pergiliran tanaman dengan Palawija seperti kacang-kacangan, jagung, mentimun
dan sebagainya. Hasil panen dari lahan itu pun kebanyakan mereka jual. Untuk memenuhi kebutuhan beras keluarga kebanyakan mereka membeli beras yang
harganya lebih murah dari harga beras pandanwangi atau IR 64. Kenyataan ini sangatlah menyedihkan. Kebanyakan dari petani penggarap tidak pernah
mengkonsumsi beras yang mereka produksi sendiri, bahkan banyak petani penggarap yang menggunakan Raskin beras miskin pemberian negara untuk
konsumsi sehari-hari. Selain mengolah lahan mereka sendiri, sebagian besar dari petani
responden ada yang mengolah kebun, ladang atau kolam ikan. Seringkali mereka pun melakukan sistem penanaman tumpang sari pada lahan pemilik yang mereka
garap, yaitu dengan menanam kacang-kacangan, jagung, pisang ataupun tanaman konsumsi sehari-hari di pematang sawah dengan jumlah yang tidak banyak. Hasil
panen tanaman tumpang sari serta hasil panen dari lahan sendiri sawah, kebun, ladang maupun kolam cukup membantu pendapatan keluarga petani penggarap.
Secara umum di lokasi penelitian, terlihat jelas perbedaan sikap antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap. Petani penggarap terlihat sangat
gigih dan tekun serta tidak pernah lelah dalam menjalankan usahatani. Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya yang tidak pernah
tercukupi. Rasio R per C atas biaya tunai per musim responden petani pemilik
penggarap sebesar 2,42 Hal ini menunjukkan bahwa Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh petani akan membuat petani mendapatkan penerimaan sebesar
91
Rp. 2,42, sedangkan nilai Rasio R per C petani penggarap adalah 1,07. Rasio R per C atas biaya tunai pada kedua strata petani tersebut menunjukan bahwa
usahatani padi pandanwangi ini menguntungkan dan dapat dikembangkan agar lebih menguntungkan lagi. Analisis rasio R per C terhadap biaya total
menunjukan bahwa nilai R per C rasio kedua strata petani tersebut diatas satu, ini menunjukan bahwa kedua strata petani tersebut melakukan usahatani yang
menguntungkan. Secara nominal rasio R per C atas biaya total pemilik penggarap sebesar 1,19 lebih besar dibanding dengan nilai penggarap 1,08. Dari perhitungan
pendapatan dan rasio R per C, dapat diketahui bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik penggrap dan penggarap keduanya menguntungkan, namun
secara nominal usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik penggarap lebih menguntungkan dari pada penggarap. Secara rinci perbandingan
produksi gabah, ikan mas, biaya input usahatani dan R per C Ratio petani pemilik penggarap dan
penggarap dapat dilihat pada Tabel 11. Keterangan lebih rinci mengenai penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pada musim tanam I dan II MT I
dan MT II dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tabel 11. Perbandingan Produksi Gabah, Ikan mas, Biaya Input Usahatani dan R per C Ratio Antara Petani Pemilik Penggarap dan Penggarap Pada Lahan 1 Ha Per
Musimnya Keterangan
Pemilik Penggarap
Penggarap Produksi
gabah kg 3588,51
2893,52 Produksi
ikan kg 80,2
96,6 Penerimaan
usahatani Rp 11.414.825,71
9.549.922,19 Penerimaan
tunai Rp 9.775.173,03
9.200.826,75 Total
biaya Rp 9.618.647,68
8.810.215,54 Total
biaya tunai Rp 4.038.771,61
8.593.864,76 RC
atas biaya total 1,19
1,08 RC
atas biaya tunai 2,42
1,07
Sumber: Data primer, diolah
92 Tabel 12. Perbandingan Analisis Usahatani Petani Pemilik Penggarap dan Petani
Penggarap Per Musim Tanamnya No
Komponen Petani Pemilik
penggarap Petani
Penggarap
1 Penerimaan
Penerimaan
Tunai
Penjualan gabah kg
9.195.840,10 8.470.559,60
Penjualan ikan kg
579.332,93 730.267,15
Total Penerimaan Tunai
9.775.173,03 9.200.826,75
Penerimaan Tidak Tunai
Konsumsi gabah keluarga kg
649.035,00 Rp‐
Konsumsi Ikan keluarga kg
69.992,68 139.095,44
Penyimpanan kg
920.625,00 210.000,00
Total Penerimaan Tidak Tunai
1.639.652,68 349.095,44
Total Penerimaan Usahatani
11.414.825,71 9.549.922,19
2 Biaya
Biaya
Tunai
Pembelian benih padi kg
303.300,00 298.535,96
pembelian bibit ikan kg
198.350,21 237.413,08
pembelian pupuk :
~ Urea kg
203.696,12 200.014,87
~ SP 36 kg
212.760,63 221.271,05
~ NPK kg
103.708,25 103.708,25
Total pembelian Pupuk
520.165,00 524.994,17
Pembelian Insektisida
75.000,00 41.000,00
Bagi Hasil Atas Penggunaan Lahan
0,00 5.315.091,70
Biaya Panen per kg
538.275,00 436.389,29
Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK
2.147.796,40 1.724.163,91
Iuran Pajak
60.000,00 Rp‐
Zakat 157.025,00
Rp‐ Biaya
lain‐lain 38.860,00
16.276,66
Total Biaya Tunai
4.038.771,61 8.593.864,76
Biaya Tidak Tunai
Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK
169.684,12 169.684,12
Penyusutan alat
95.100,25 46.666,66
Biaya imbangan penggunaan lahan
5.315.091,70 Rp‐
Total Biaya Tidak tunai
5.579.876,07 216.350,78
Total Biaya Produksi
9.618.647,68 8.810.215,54
3 Pendapatan
Pendapatan
atas biaya tunai
5.736.401,43 606.961,99
Pandapatan atas biaya total
1.796.178,04 739.706,65
RC atas biaya tunai
2,42 1,07
RC atas biaya total
1,19 1,08
Sumber: Data primer, diolah
93
VII SALURAN, LEMBAGA DAN FUNGSI TATANIAGA BERAS PANDANWANGI DI KABUPATEN CIANJUR
7.1. Saluran dan Lembaga Tataniaga