Halaman | 138
D. Rekomendasi Usulan Pemecahan Masalah
Rekomendasi usulan pemecehan masalah dari Konsultan berdasarkan identifikasi masalah di atas adalah:
1. Review Permen PU tentang Komisi Irigasi berkaitan dengan pemahaman mengenai kelembagaan Komisi irigasi, khususnya berkaitan dengan
keorganisasian. kepala kesekretariatan bukan melekat pada jabatan, tetapi dari unsur Komisi Irigasi seperti P3A
2. Hasil komisi Irigasi harus memiliki standing position yang jelas, misalnya bersifat mengikat terhadap instansi dan unit kerja terkait dengan irigasi
ataupun menjadi dasar atau acuan kepala daerah dalam membuat program kerja.
3. Adanya dukungan yang jelas terhadap kelembagaan komisi irigasi, yaitu:
kebijakan
anggaran
perencanaan
kapasitas 4. Adanya program pelatihan pembuatan program kerja berkaitan dengan
tata cara penentuan indicator dan sasaran 5. Mekanisme yang jelas mengenai pendanaan kelembagaain irigasi
7.2.4. Provinsi Nusa Tenggara Barat
A. Analisis Kebijakan Daerah 1.
Peraturan tentang irigasi
Permen PU No.11APRTM2006 tentang Kriteria dan penetapan wilayah sungai menggantikan Permen PU 39PRT1989 dan Permen
PU 48PRT1990. Dalam Permen PU tersebut diantaranya disebutkan bahwa dalam provinsi NTB terdapat WS Lombok sebagai WS Strategis
nasional Stranas, sedangkan WS lintas Kabupaten Kota di Pulau Sumbawa yaitu WS Sumbawa dan WS Bima-Dompu. Dengan demikian
Halaman | 139
pembagian WS di NTB mengikuti Permen PU 11APRTM2006, sedangkan pembagian Sub WS dalam setiap WS mengacu kepada
Keputusan Gubernur NTB 1471999.
2. Aspek legalitas Komir
Komir yang sudah terbentuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di wilayah provinsi dan 2 dua kabupaten. Aspek legalitas
pembentukannya sebagaimana pada tabel di bawah.
Tabel 5.15. Legalitas Komir di Nusa Tenggara Timur No.
Wilayah Legalitas
1. Provinsi Nusa Tenggara Barat
SK Gubernur No. 244KEPHK2010 2.
Kabupaten Sumba Timur
SK Bupati No. 266Bap.6112539X2006
3. Kabupaten Manggarai Barat
SK Bupati No. 210KEP2009
B. Identifikasi Masalah Komisi Irigasi di Daerah
Permasalahan paradigmatik yang menjadi dasar dari munculnya persoalan di tingkat strategis maupun operasional pemerintah daerah,
terkait dengan pembangunan di bidang irigasi, adalah belum mantapnya Komisi Irigasi di daerah ditengarai menyangkut 3 tiga hal, yakni:
1 Pemerintah daerah belum menempatkan investasi di bidang irigasi sebagai prioritas, terutama dalam mengakomodasi kebutuhan petani
secara merata di NTB; 2 Pembangunan bidang Irigasi belum menjadi isu politik yang penting di
daerah; dan 3 Terdapat kelemahan hubungan antara perencanaan, penyediaan
sumber pendanaankeuangan dan kemampuankapasitas untuk menerapkannya.
Halaman | 140
C. Analisis Permasalahan
Permasalahan penguatan kelembagaan Komisi Irigasi merupakan permasalahan yang bersifat multi-dimensional. Hal ini menyangkut
hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas, lintas kepentingan dan lintas kewilayahan. Mempertemukan berbagai sektor, kedinasan dan
kepentingan menjadi esensi dari kegiatan penguatan Komisi Irigasi, diharapkan dapat mendorong berfungsinya Komisi irigasi. Dengan
demikian diharapkan meningkatnya hubungan dan kerjasama sinergis lintas dinas, dukungan politik dari DPRD Kabupaten, dukungan
pembiayaan dari swasta serta meningkatnya partisipasi masyarakat.
Sasaran strategis penguatan Komisis Irigasi secara substansial merupakan tujuan dan sasaran strategis kegiatan Bantek. Ini berarti langkah
penguatan Komisi Irigasi di tingkat pe eri tah daerah e uju si ergi
keberlanjutan kegiata
pe a gu a
ida g irigasi . Sinergi keberlanjutan ini diwujudkan dengan terbangunnya sistem dukungan bagi
program penyediaan air irigasi, mencakup komponen dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan dan dukungan lintas pelaku.
Tantangan Pembangunan Pokja AMPL
Belum kuatnya eksistensi Komisis rigasi, menuntut pendekatan multi- sektoral dan penyelenggaraan yang terdesentralisasi. Hal ini berarti
membutuhkan pendekatan multi-sektoral, koordinasi dan kerja sama antar pelaku menjadi kunci keberhasilan penguatan Komisi Irigasi
sekarang dan yang akan datang. Desentralisasi dalam pembangunan irigasi, berarti tugas, wewenang dan
tanggung jawab pembangunan irigasi berada pada pemerintahan kabupaten. Fungsi Pemerintah Kabupaten dalam hal ini adalah:
Halaman | 141
1 Mengarahkan dan mengendalikan pembangunan irigasi yang memungkin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat petani
terhadap air irigasi; 2 Memberikan pelayanan prasarana dan sarana dasar irigasi bagi
masyarakat petani; dan 3 Menjamin terselenggaranya hak dasar petani terhadap air irigasi
yang cukup untuk kebutuhan pertanian dan kebutuhan lainnya.
D. Rekomendasi usulan pemecahan masalah 1.
Sasaran Strategis Penguatan Komisi Irigasi
Tujuan dan sasaran strategis penguatan Komisis Irigasi secara substansial merupakan tujuan dan sasaran strategis kegiatan Bantek.
Ini berarti langkah penguatan Komisi Irigasi di tingkat pemerintah daerah e uju si ergi ke erla juta kegiata pe
a gu a bidang irigasi . “i ergi ke erla juta i i diwujudka de ga ter a gu ya
sistem dukungan bagi program penyediaan air irigasi, mencakup komponen dukungan di tingkat kebijakan, perencanaan, pembiayaan
dan dukungan lintas pelaku.
2. Dukungan Kebijakan
Keberlanjutan kegiatan pembangunan bidang irigasi harus didukung oleh kebijakan pemerintah daerah dan pengalokasian anggaran yang
adil dan realistis. Mengingat pembangunan irigasi merupakan sektor strategis dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas
masyarakat petani, maka seharusnya dalam perumusan kebijakan pembangunan bidang irigasi di daerah haruslah menjadi prioritas.
3. Dukungan Perencanaan
Kedepan mendesak perlu dirumuskan rencana pembangunan bidang irigasi sebagai bentuk program atau kegiatan pembangunan yang
konkret. Perumusan dilakukan secara partisipatif dengan keterlibatan
Halaman | 142
P3AGP3AIP3A sebagai subyek pembangunan dan lintas pelaku di daerah. Dokumen rencana program berisi rangkaian langkah atau
strategi yang rinci jelas dan tegas untuk mencapai visi, misi atau tujuan pembangunan bidang irigasi; serta, memuat tujuan, indikator,
carametode, lokasi, prakiraan biaya, tahapan waktu pelaksanaan, kejelasan keterkaitan dengan kontribusi terhadap pencapaian visi dan
misi serta tujuan pembangunan irigasi di daerah.
4. Dukungan Pembiayaan
Salah satu permasalahan utama pembangunan bidang irigasi adalah belum melembaganya sistem pembiayaan yang bersifat jangka
panjang. Pemerintah daerah perlu menemukan cara menggali sumber-sumber
pembiayaan baik
oleh pemerintah
daerah, masyarakat maupun dunia swasta. Penggalian sumber-sumber
pembiayaan tersebut dapat dilakukan melalui dua sisi, yaitu mencari sumber pembiayaan melalui kerjasama dengan lembaga keuangan
daerah dan menggali kemampuan pembiayaan melalui keswadayaan masyarakat secara kolektif dan berkelanjutan.
5. Dukungan Lintas Pelaku
Dukungan kelompok peduli seperti kalangan swastapengusaha, perguruan tinggi, organisasi masyarakat dan organisasi profesi sangat
diperlukan untuk memberikan sumbangan pemikiran maupun dalam bentuk lain guna mendukung program pembangunan bidang irigasi di
daerah secara berkelanjutan. Sistem dukungan keberlanjutan dalam kegiatan pembangunan irigasi
diharapkan dapat dikembangkan oleh pihak pemerintah dan masyarakat
di daerah
melalui kegiatan
replikasi dengan
mengimplementasikan dan melembagakan model-model penanganan dan pendekatan WMRP NTB, untuk pengembangan kelembagaan
irigasi. Replikasi harus terus diinisiasi dan diimplementasikan oleh
Halaman | 143
pihak pemerintah daerah SKPD terkait dengan dukungan pembiayaan dari anggaran daerah APBD serta kontribusi pihak
swasta di daerah maupun pihak masyarakat. Kegiatan bantuan teknis penguatan kelembagaan komisi irigasi
dimasa yang akan datang harus dapat membuka ruang membuka ruang bagi proses pembelajaran bersama elemen dalam
pemerintahan daerah, masyarakat dan lintas pelaku kalangan Perguruan Tinggi, LSM serta seluruh kelompok peduli untuk
keberlanjutan pembangunan bidang irigasi.
6. Dimensi Penguatan Kelembagaan Komisi Irigasi
Esensi penguatan
kelembagaan Komisi
Irigasi, maupun
P3AGP3AIP3A adalah terjadinya internalisasi nilai dan paradigma ideologis pembangunan bidang irigasi yang pro-poor good
governance untuk menjadi landasan sikap, pikiran dan tindakan seluruh pihak yang berkompeten, baik dari unsur pemerintahan di
daerah, masyarakat maupun pelaku non-pemerintahan.
Pemerintah Daerah beserta seluruh jajaran SKPD terkait dituntut menyadari untuk tidak sekedar mengandalkan proses pelembagaan
Komisi irigasi pada aspek formal saja, tetapi memahami dan menyadari pentingnya membangun relasi intensif, baik pada dimensi
struktural, kultural maupun peran dan fungsi bagi penguatan kelembagaan Komisi Irigasi.
a. Dimensi Struktural