Halaman | 146
7.2.5. Provinsi Jawa Timur
A. Analisis Kebijakan Daerah 1.
Peraturan tentang irigasi
Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 kota merupakan daerah potensi Pertanian yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dengan
jumlah HIPPAGHIPPAIHIPPA sebanyak sekitar 6.281 HIPPA, 525 GHIPPA dan 7 IHIPPA. Sedangkan jumlah Daerah Irigasi 510 DI dengan luas
670077,47 km2. Dari 38 KabKota sebagian besar berperan serta dalam Program PISP dan WISMP sehingga telah terfasilitasi pembentukan KOMIR
dan Perda Irigasi. Adapun Kabupaten yang sudah terbentuk KOMIR sebanyak 20 kabupaten dan 1 kabupaten dalam proses Kab. Lamongan
dan 11 Perda tentang Irigasi, dimana dalam Perda maupun KOMIR sudah memperhatikan tentang keikutsertaan perempuan Gender walaupun
perda Gender masih dalam proses.
Tabel 5.16. Peraturan Daerah tentang Irigasi dan KOMIR
No. Kab.Kota
No. Perda SK KOMIR
Keterangan
Jawa Timur No. 32009
SK. 183330KPTS0132008 tgl. 22082008
I Kabupaten
1. Pacitan
2. Ponorogo
3. Trenggalek
4. Tulungagung
No. 92007 SK. 188.4511680122007
tgl. 19122007 5.
Blitar 6.
Kediri SK.188.45264418.322009
tgl. 02092009 7.
Malang No. 22007
SK. 180452Kep421.0132008 tgl. 14112008
8. Lumajang
9. Jember
No. 22008 SK. 188.455210122009
tgl. 05112009 10.
Banyuwangi SK.188608KEP429.0122007 tgl.
02102007 11.
Bondowoso No. 132008
SK. 611818A430.422009
Halaman | 147
No. Kab.Kota
No. Perda SK KOMIR
Keterangan
tgl. 10082009 12.
Situbondo SK. 188550P004.22009
tgl. 05112009 13.
Probolinggo SK. 610875426122009
tgl. 02112009 14.
Pasuruan SK. 050263HK424.0132009 tgl.
08052009 15.
Sidoarjo SK. 1881453404.1.3.22009
tgl. 23122009 16.
Mojokerto 17.
Jombang No. 62009
SK.188.4.45160A415.10.102009 tgl. 23052009
18. Nganjuk
SK. 18865K411.0132009 tgl. 04052009
19. Madiun
No. 72008 SK.188.45612KPTS402.0132008
tgl. 20102008 20.
Magetan 21.
Ngawi No. 82009
SK. 188187404.0122009 tgl. 20112009
22. Bojonegoro
No. 22009 SK. 18817Kep412.112010
tgl. 26012010 23.
Tuban 24.
Lamongan No. 142007
Proses 25.
Gresik 26.
Bangkalan No. 102008
SK.188.45339Kpts433.0132007 tgl. 10042007
27. Sampang
No. 222008 SK. 188396KEP434.0132009
tgl. 09112009 28.
Pamekasan SK. 188208441.1312009
tgl. 29052009 29.
Sumenep SK. 188229KEP435.0132009
tgl. 23062009
II Kota
1. Kediri
2. Blitar
3. Malang
4. Probolinggo
5. Pasuruan
6. Mojokerto
7. Madiun
8. Surabaya
9. Batu
Halaman | 148
2. Aspek legalitas komir
Program PISP maupun WISMP yang melibatkan semua stakeholders telah berhasil mengadakan legalisasi baik untuk
pelaku dibawah yaitu P3AGP3AIP3A di Jawa Timur biasa disebut HIPPAGHIPPAIHIPPA maupun sektor birokrasi yang
telah menghasilkan produk legalisasi Perda dan KOMIR. Adapun jumlah HIPPAGHIPPAIHIPPA, Perda dan KOMIR yang sudah
dibentuk dapat dilhat pada berikut.
Tabel 5.17. Jumlah HIPPA, GHIPPA dan IHIPPA tiap kabupaten
No.
Kab.Kota HIPPA
GHIPPA IHIPPA
I Kabupaten
1. Pacitan
132 17
2. Ponorogo
236 20
3. Trenggalek
171 4.
Tulungagung 242
29 5.
Blitar 211
6. Kediri
503 7.
Malang 355
73 8.
Lumajang 186
28 9.
Jember 10.
Banyuwangi 166
28 11.
Bondowoso 194
19 1
12. Situbondo
123 49
3 13.
Probolinggo 283
44 14.
Pasuruan 278
15. Sidoarjo
281 19
16. Mojokerto
343 13
17. Jombang
306 25
3 18.
Nganjuk 470
60 19.
Madiun 206
22 20.
Magetan 197
25 21.
Ngawi 221
9 22.
Bojonegoro 111
23. Tuban
140 24.
Lamongan 377
22 25.
Gresik 149
2 26.
Bangkalan 103
1
Halaman | 149 No.
Kab.Kota HIPPA
GHIPPA IHIPPA
27. Sampang
70 5
28. Pamekasan
22 29.
Sumenep 119
2
II Kota
1. Kediri
24 2.
Blitar 3.
Malang 7
4. Probolinggo
30 2
5. Pasuruan
6. Mojokerto
9 7.
Madiun 8.
Surabaya 9.
Batu 23
4
B. Identifikasi Masalah komisi Irigasi di Daerah
Berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur, terkait dengan pembangunan Sumberdaya Air, khususnya
kelembagaan Komisi Irigasi saat ini adalah: 1. Kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur mengalami penurunan
kuantitas dan kualitas yang akhirnya mempengaruhi pelayanan kepada masyarakat pengguna air irigasi. Dalam kondisi demikian, Pemerintah
Daerah Jawa Timur telah melakukan reorientasi pembaharuan kebijakan pengelolaan irigasi melalui format Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi Partisipatif PPSIP; 2. Aspek kebijakan daerah dalam mengantisipasi perubahan kebijakan
pengelolaan irigasi kelembagaan pengeloaan irigasi menjadi bagian diantaranya;
3. Pergantian personil yang sedemikian cepat melalui perubahan SOTK di Daerah menambah permasalahan penguatan kelembagaan Komisi Irigasi
di Jawa Timur. Implikasinya antara lain terlihat dari pola manajemen strategis terhadap daya dukung keberlanjutan pengelola irigasi menjadi
semakin tidak jelas baik pengelolaan terhadap aspek sumber dan
Halaman | 150
ketersediaan air, kondisi jaringan irigasi, lahan pertanian beririgasi, serta permasalahan kelembagaan lainnya;
4. Pengelolaan sumberdaya air diwarnai dengan hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antar kepentingan yang unik, sebagai berikut : a
Antara pihak yang berkepentingan stakeholders dengan lingkungan terkait geografi dan sumber air, b Kelompok penerima manfaat dan
kelompok yang harus berkorban, c Keuntungan nilai manfaat ekonomis dan fungsi sosial, dan d Konservasi dan pengembangan prasarana
wilayah, dan sebagainya; 5. Banyak instansidinas terkait yang secara administratif terlibat, dimana
setiap instansi mempunyai aturan dan kebijakan yang berbeda. Kondisi ini menyulitkan koordinasi dan sinkronisasi pada semua tingkat manajemen,
sehingga pengelolaan sumberdaya air menjadi tidak terkendali; 6. Belum berfungsinya HIPPA secara optimal di lapangan disebabkan oleh
berbagai aspek, diantaranya adalah: a Aspek Kapasitas kelembagaan yang rendah, b Aspek manajemen kelembagaan yang kurang memadai,
c Aspek pendanaan, dan d Aspek kapasitas personil pengurus lembaga yang rendah.
C. Analisis permasalahan
Memperhatikan identifikasi masalah yang ada permasalahan yang paling mencolok yang dihadapi Komisi irigasi yang ada adalah sebagai berikut:
1. Kurang tersosialisasinya kelembagaan komisi irigasi baik dari tingkat instansi maupun tingkat masyarakat pengguna air, tidak meratanya
sosialisasi kelembagaan, keanggotaan HIPPA yang tergabung ke dalam komir masih dari obrolan-obrolan kedekatan personel
2. Belum terkoordinasnya program-program yang ditangani instansi terkait dalam wadah komisi irigasi. Misal: pekerjaan-pekerjaan swa kelola yang
dapat dikerjakan masyarakat belum melibatkan HIPPAGHIPPAIHIPPA,
Halaman | 151
belum banyaknya
pekerjaan KSO
yang melibatkan
peran HIPPAGHIPPAIHIPPA.
3. Belum adanya koordinasi yang menyeluruh sehingga belum dapat membuat program kerja
4. Pemahaman yang kurang dari lebaga legislativeDPRD, sehingga pengajuan anggaran tidak dapat terealisasi yang mengakibatkan tidak
berjalanya kelembagaan komir. 5. Pendelegasian dari anggota komir ke stafkasi sering berganti-ganti,
sehingga kesinambungan informasi tidak ada kesinambungan.
D. Rekomendasi usulan pemecahan masalah
Secara garis besar rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi yang intensif perlunya lembaga komisi irigasi kepada Institusi pengambil kebijakan baik Eksekutif, legislatif baik tingkat Provinsi
maupun kabupatenkota maupun stakeholder yang lain agar ada perhatian kepada komisi irigasi, sehingga dapat mengakomodasi
pembiayaan komisi irigasi. 2. Sosialisasi kelembagaan komir secara berkala, baik ditingkat pelaksana,
maupun masyarakat luas yang dalam hal ini adalah pengguna irigasi seperti P3A, IP3A, GP3A.
3. Adanya kejelasan dalam masalah pembiayaan pendanaan kesekretariatan kelembagaan Komisi Irigasi
4. Diadakannya lokakarya, workshop dan training mengenai kinerja komisi irigasi, berkaitan dengan sosialisasi kelembagaan, permasalahan teknis,
serta teknis penganggaran. 5. Masalah pendanaan bersifat stimulan base share, untuk merangsang
daerah agar membuat anggaran.
Halaman | 152
6. Adanya dukungan yang jelas terhadap kelembagaan komisi irigasi, yaitu: Kebijakan, Anggaran, Perencanaan, dan Kapasitas.
Halaman | 153
BAB 8
PROGRAM KONSERVASI LAHAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI SEMARANG ATAS PKLPKSA
8.1. Latar Belakang