Halaman | 9
BAB 2
PROGRAM PARTICIPATORY IRRIGATION SECTOR PROJECT PISP
2.1. Pendahuluan
Proyek Sektor Irigasi Partisipatif selanjutnya disebut PISP dilaksanakan sesuai kebijakan reformasi pengelolaan irigasi yang baru-baru ini dicanangkan oleh
Pemerintah Indonesia, yaitu Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif atau disingkat PPSIP dan ditetapkan berdasarkan beberapa
peraturan perundang-undangan. Dua peraturan kunci di antaranya adalah kebijakan dan peraturan reformasi sumber daya air nasional, sebagaimana
ditetapkan di UU No. 7 tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya tentang kebijakan reformasi irigasi partisipatif sebagaimana dimaksud di Peraturan
Pemerintah PP No. 20 tahun 2006.
Kebijakan pengembangan dan pengelolaan system irigasi partisipatif atau PPSIP ini disemangati oleh lima prinsip dasar: 1 Redefinisi tugas dan tanggung jawab;
2 Pemberdayaan petani; 3 Partisipasi P3AGP3A; 4 Pembiayaan yang memadai secara partisipatif dan transparan; dan 5 Kesinambungan operasi daerah irigasi.
2.2. Tujuan dan Sasaran 2.2.1. Tujuan
Tujuan jangka panjang PISP adalah 1 meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan 2 mengurangi kemiskinan di pedesaan di 26 kabupaten tersebar di 6 provinsi
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuan jangka pendek PISP adalah mendorong desentralisasi pengelolaan irigasi
Halaman | 10
sehingga mampu berkelanjutan di kabupaten-kabupaten sasaran seiring dengan peningkatan produksi pertanian dan hasil panen lahan irigasi.
2.2.2. Sasaran
1 Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengelola irigasi.
2 Terwujudnya penguatan
kapasitas kelembagaan
kabkota dan
P3AGP3AIP3A dalam pengelolaan irigasi. 3 Terwujudnya sinkronisasi program keirigasian antara lembaga pengelola
irigasi terkait di daerah 4 Terwujudnya kinerja pengelolaan irigasi jaringan irigasi yang efisien , efektif
dan akuntabel 5 Penguatan kapasitas kelembagaan Dinas Provinsi dan Kabupaten
6 Tersusunnya pedoman perencanaan pembangunan daerah bagi Bappeda Provinsi dan KabKota
7 Tersusunnya pedoman penyusunan Peraturan Daerah bidang irigasi
Tabel 2.1. Lokasi Proyek PISP
No. Provinsi 6
Kabupaten 26 2006
2007 2008
Core 5 Seleksi I 5
Seleksi II 15 I
1. Lampung
Lampung Selatan
- Lampung Timur,
Lampung Tengah Pasawaran
2. Banten
- Lebak
Pandeglang 3.
Jawa Barat Garut
Kuningan Indramayu,
Cirebon 4.
Jawa Tengah Banyumas
Purworejo Brebes, Tegal,
Cilacap 5.
Jawa Timur Madiun
Tulungagung Bojonegoro,
Lamongan, Ngawi, Kab. Malang
Halaman | 11
6. Sulawesi
Selatan Sinjai
Maros Bone, Bulukumba,
Tana Toraja
2.3. Pendanaan
Proyek Sektor Irigasi Partisipatif PISP merupakan sebuah proyek reformasi pengelolaan irigasi, didanai oleh Asian Development Bank dan Pemerintah
Belanda ADB Loan 2064 SF2065-INOGrant GON 4299-INO yang saat ini tengah dilaksanakan di 27 kabupaten di 6 provinsi: Lampung Selatan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan. Alokasi dana bantuan ADB 19,0 juta US dollar dari Asian Development Funds dan 54,0 juta dollar
lainnya bersumber dari Ordinary Capital Resources dinyatakan efektif terhitung tanggal 2 Juni 2005 dengan closing date dijadwalkan tanggal 30 Juni 2011.
Sementara itu, dana hibah grant dari Pemerintah Belanda sudah tersedia tanggal 5 Mei 2005. Tujuh puluh lima persen dari total biaya proyek 126,0 juta
dollar berasal dari ADB dan Pemerintah Belanda. Sedang 38,0 juta sisanya dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten serta P3AGP3AIP3A.
2.3.1. Status
Anggaran dan
Penyerapan Keuangan
Pelaksanaan PISP untuk Konsultan PISP – 2
1 Rekalibrasi Bulan Juni 2008 dan Realokasi Indikatif Alokasi Anggaran PISP Bangda
Bulan Juni 2008, alokasi anggaran PISP Juli 2007 untuk Bangda sebesar USD 9.771.307 dikurangi USD 1.336.743 atau 13,7 hingga menjadi USD
8.434.564. Kemudian di tahun 2009, alokasi anggaran aslinya sebesar USd 9.771.307 dikembalikan melalui revisi alokasi. Perubahan-perubahan
komponen atau kategori pinjamannya adalah sebagai berikut:
Halaman | 12
Tabel 2.2. Perubahan Alokasi Komponen Pinjaman Kontrak Konsultan: 3 Revisi 31 Desember, 2010
Loan Item Original USD
000 Allocation
Revised 2008 U“D 000
Allocation Revised 2009
U“D 000 Allocation
1. Vehicles 021.9
021.9 021.9
2. Equipment Materials
684.1 325.4
684.1
3. Capacity Building
2,418.4 3,629.1
2,418.4
4. Surveys, Studies Audits
1,820.7 688.5
1,820.7
5a. Consultants Foreign Costs 1,098.6
462.5 1,098.6
5b. Consultants National Costs 1,968.7
1,600.0 1,968.7
6. NGO Services
1,758.9 1,707.5
1,758.9
Total 9,771.3
8,434.6 9,771.3
2 Status Akumulasi Pemanfaatan DIPA: 2006 – 2010
Tabel berikut memuat status akumulasi DIPA untuk 7 kategori pinjaman PISP yang berhubungan dengan Bangda dari tahun 2006 sampai 2010.
Tabel 2.3. Ringkasan DIPA PISP Bangda dan Realisasi DIPA dari 2006
– 2010 31 Desember 2010
Loan Item Total DIPA 2006 - 2010
Mil. of Rp. Total DIPA
Expenditures 2006 –
2010 Mil. of Rp. Unutilized
Balance from 2006
– 2010 Mil. of Rp.
1. Vehicles 198.5
198.5 --
2. Equipment Materials 2,029.3
2,029.3 --
3. Capacity Building 56,586.1
48,342.2 8,243.9
4. Surveys, Studies Audits 5,676.9
4,139.7 1,537.2
5a. Consultants Foreign Costs 7,702.0
4,695.3 3,006.7
5b. Consultants National Costs 21,169.9
18,328.6 2,841.3
6. NGO Services 26,537.4
15,723.3 10,814.1
Total 119,900.1
93,456.9 26,443.2
Dari data di atas tampak, jumlah pemanfaatan dana Bangda melalui DIPA adalah Rp. 119.900,1 juta dengan penyerapan aktual atau realisasi DIPA mencapai Rp.
93.456,9 juta sehingga sisanya sebesar Rp. 26.443,2 juta dari anggaran yang
Halaman | 13
disetujui. Dengan jumlah sisa anggaran tercatat pada kategori NGO Services TPMKTPMs dan Capacity Building categories.
2.4 Hasil Yang Dicapai 2.4.1 Kegiatan Peningkatan Kapasitas Capacity Building
Sumber Daya Daerah
1 Kemajuan penetapan Perda Irigasi selama tahun 2010, atau antara akhir 2009 dan akhir 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi tahun 2010, termasuk Kamajuan hingga akhir 2009
Sasaran Kemajuan sampai
Desember, 2009 Kemajuan
di tahun 2010
Akumulasi Kemajuan hingga 31 Desember,
2010 No.
No. No.
1. Provinsi 6
5 83
-- 5
83 2. Kabupaten
26 24
92 1
25 96
3. Total 32
29 91
1 30
94 2 Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi menurut Provinsi
Tabel 2.5. Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi di Daerah Peserta PISP: 30 September 2010
Nama Provinsi
Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten Jumlah
Ditetapkan Ditetapkan
Jumlah Ditetapkan
Ditetapkan Lampung
-- --
3 75
Banten 1
100 2
100 Jawa Barat
1 100
4 100
Jawa Tengah 1
100 5
100 Jawa Timur
1 100
6 100
Sulsel 1
100 5
80 Total
5 83
25 96
N 6
100 26
100
Halaman | 14
3 Status Kemajuan Pembentukan Komir
Tabel 2.6. Ringkasan Status Pembentukan Komisi Irigasi Komir : 31 December 2010
Tahap Jumlah Unit Provinsi, Kabupaten
Tingkat Prov. Tingkat Kab.
Total No.
No. No.
1. Jumlah Provinsi 6
100 6
100 2. Jumlah Kabupaten
26 100
26 100
3. Tahap Penetapan 3.1 Draft Konsep Komir
6 100
26 100
32 100
3.2 SK Penetapan 5
83 26
100 32
100 Penetapan oleh SK Gubernur provinsi dan SK Bupati kabupaten
Tabel 2.7. Status Kemajuan Pembentukan Komir PISP menurut Provinsi 31 December 2010
Nama Provinsi Status Kemajuan Pembentukan Komir
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten
Jumlah Dibentuk
Dibentuk Jumlah
Dibentuk Dibentuk
Lampung 1
100 3
75 Banten
1 100
2 100
Jawa Barat 1
100 4
100 Jawa Tengah
-- --
5 100
Jawa Timur 1
100 6
100 Sulawesi
Selatan 1
100 5
100 Total
6 100
25 96
N 6
100 26
100
4 Redefinisi Tugas dan Fungsi Kelembagaan Pengelola Irigasi KPI PPSIP Bagian A.1.2: Status Kemajuan Penyusunan Perda Terkaitnya di tahun 2010.
Kemajuan penyusunan perda tentang redefinisi tugas Kelembagaan Pengelola Irigasi KPI selama tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Halaman | 15
Tabel 2.8. Status Kemajuan Penetapan Perda Redefinisi Tugas dan Tanggung Jawa KPI di tahun 2010
Sasaran jml.
Daerah Kemajuan
sampai 31 Desember, 2009
Kemajuan di tahun
2010 Akumulasi
Kemajuan sampai 31
Desember, 2010 Jml.
Jml. Jml.
1. Provinsi 6
1 17
-- 1
17 2.
Kabupate n
26 12
46 6
18 69
3. Total 32
13 41
6 19
59 5 Program Pelatihan 2009 dan 2010 di Daerah dan Kemajuannya
Tabel 2.9. Cakupan dan Kemajuan Pelatihan Daerah Tahun 2009 Kemajuan Program Pelatihan PISP-2 Kursus, Peserta
Jenis Pelatihan Jumlah unit Provinsi, Kabupaten
Kemajuan: Jml.
Peserta Rencana
Kemajuan jml.
Kemajuan
1. Pelatihan TPMKTPM 6
6 6
436 2. Pelatihan PSETK
38 38
100 2.298
3. Pelatihan TNA 8
1 12
40 Total
52 45
87 2.774
Tabel 2.10. Status Perserta Perempuan dalam Pelatihan TPM tahun 2009 Menurut Provinsi
Provinsi Jumlah Peserta Menurut Jenis
Kelamin Peserta menurut
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan Total
Laki-Laki Perempuan
Lampung 31
11 42
74 26
Banten 25
11 36
69 31
Jawa Barat 85
28 113
75 25
Jawa Tengah 83
23 106
78 22
Jawa Timur 103
6 109
94 6
Sulawesi Selatan
19 11
30 73
37 Total
346 90
436 79
21
Halaman | 16
Tabel 2.11. Status Jender Peserta Pelatihan PSETK tahun 2009 menurut Provinsi
Provinsi Jumlah Peserta Menurut Jenis
Kelamin Peserta menurut
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Total
Laki-Laki Perempuan
Lampung 210
31 241
87 13
Banten 105
31 136
77 23
Jawa Barat 268
36 304
88 12
Jawa Tengah 852
32 884
96 4
Jawa Timur 291
10 301
97 3
Sulsel 350
82 432
81 19
Total 2,066
232 2,298
90 10
Tabel 2.12. Peserta Seluruh Jenis Pelatihan di tahun 2009 Berdasarkan Jender menurut Provinsi
Provinsi Jumlah Peserta
Rincian Jender Male
Female Total
Male Female
Lampung 241
42 283
85 15
Banten 130
42 172
76 24
Jawa Barat 353
64 417
85 15
Jawa Tengah 935
55 990
94 6
Jawa Timur 394
16 410
96 4
Sulawesi Selatan 397
105 502
79 21
Total 2.450
324 2.774
88 12
Halaman | 17
Tabel 2.13. Status Jender Peserta Pelatihan KTPM dan TPM 2010 31 Des. 2010
Provinsi Jumlah
Juml. KTPM + TPM dilatih Perempuan
KTPM TPM
Laki-laki Perempuan
Total
1. Lampung 3
40 34
9 43
21 2. Banten
4 26
24 6
30 20
3. Jawa Barat 5
57 50
12 62
19 4. Jawa Tengah
6 58
51 13
64 20
5. Jawa Timur 3
25 26
2 28
7 6. Sulawesi Selatan
10 122
100 32
132 24
Total KTPM+ TPM 31
328 285
74 359
21
2.4.2. Kegiatan Pemberdayaan P3AGP3A Bagian A.2
Tabel beriku menampilkan data status jender dan pengurus P3A sampai saat ini. Lihat juga Lampiran 6.15 pada Lampiran bagian 6 untuk data lebih terinci hingga
tingkat kabupaten
Tabel 2.14. Status Data Partisipasi Kaum Perempuan dalam Keanggotaan Pengurus P3A
30 September 2010
Provinsi Jml. P3A
Sasaran Jml. P3A
dgn Data Jender
Status Jender Keanggotaan P3A P3A
dengan pengurus
perempuan Jml
Anggota Laki-
Laki Perempuan
1. Lampung 293
240 1,132
98.9 1.1
4.1 2. Banten
288 242
2,423 94.2
5.8 41.3
3. Jawa Barat 722
647 4,076
99.7 0.3
2.2 4. Jawa Tengah
1,084 867
5,938 92.9
7.1 33.1
5. Jawa Timur 977
720 5,062
98.6 1.4
6.3 6. Sulsel
918 918
5,195 93.1
6.9 34.4
Total 4,282
3,687 23,826
95.7 4.3
21.0
Halaman | 18
Tabel 2.15. Status Perekrutan KTPM dan TPM tahun 2010 31 Desember, 2010
Provinsi PISP Jumlah TPMKTPM
Orang Bulan
KTPM TPM
Total
1. Lampung 3
40 43
323 2. Banten
4 26
30 300
3. Jawa Barat 5
57 62
744 4. Jawa Tengah
6 58
64 548
5. Jawa Timur 3
25 28
225 6. Sulawesi Selatan
10 122
132 943
Total 31
328 359
3,083
2.5. Isu-isu Kunci dan Rekomendasi 2.5.1. Keterlambatan Penetapan Perda Irigasi dan Akibatnya
terhadap Produk Hukum Lainnya
Keterlambatan penetapan perda Irigasi telah berdampak pada dan menghambat pelaksanaan kegiatan PISP terkait lainnya, mis. Pembentukan Komisi Irigasi
Komir dan penetapan Perda Redefinisi Tugas Kelembagaan Pengelolaan Irigasi. Namun, status terkininya menunjukkan hampir semua Perda Irigasi sudah
ditetapkan, dimana kemajuan di tingkat provinsi dan kabupaten masing-masing mencapai 83 dan 92. Kemajuan untuk produk hukum lainnya juga dipercepat
dan tetap dijadikan sebagai fokus prioritas kegiatan Bappeda dibantu konsultan PISP-2 selama paruh pertama tahun 2011.
2.5.2. Kajian terhadap Perda Irigasi Eksisting dan Draft Perda Irigasi
untuk Menjamin
Kesesuaiannya dengan
Kebijakan Nasional tentang Reformasi Irigasi dan Menampung Kebutuhan dan Aspirasi Setempat
Beberapa Perda Irigasi yang sudah ditetapkan, sepertinya mengacu ke konsep lama sebagaimana tertuang di PP 77 sehingga kurang menampung semangat
Halaman | 19
kebijakan reformasi pengelolaan irigasi saat ini sebagaimana ditetapkan pada PP 20 tahun 2006. Masalah kedua adalah banyaknya Draft Perda Irigasi yang disalin
dari model umum tanpa adaptasi memadai sesuai karakteristik kondisi irigasi dan aset prasarana irigasi setempat. Karena itu baik draft Perda Irigasi maupun yang
sudah ditetapkan perlu dikaji ulang untuk diperbaiki dengan lebih memperhatikan kondisi setempat sebelum dituangkan dalam pedoman
pelaksanaannya.
2.5.3. Pengoperasian Komisi Irigasi atau Komir
Sebagian besar daerah peserta proyek sudah menetapkan SK pembentukan Komisi Irigasi, yaitu 100 untuk provinsi dan 96 untuk kabupaten. Diharapkan
sisa Perda Irigasi yang belum ditetapkan akan selesai awal 2010, sehingga Komisi Irigasi yang belum dibentuk akan dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Selama
awal 2010 telah berlangsung diskusi dengan dinas-dinas daerah dan konsultan bersamaan dengan Road Show dan pihak lain terkait pengoperasian Komisi
Irigasi. Ini seharusnya menjadi kegiatan fokus utama selama paruh pertama tahun 2011 dengan menyediakan ruang kantor permanen, pengadaan peralatan,
penunjukkan petugas mungkin cukup paruh waktu bertugas menyusun rencana dan menangani kegiatan Komir, menjamin alokasi dana pembiayaan dan
menjadwalkan pertemuan rutin.
2.5.4. Pemuatan Aspek-Aspek Jender dan Sasarannya di Produk-Produk Hukum Perda Irigasi, Komir baik
Melalui Revisi Draft atau Penambahan Klausul melalui Penetapan Peraturan Lainnya
Saat ini tengah diambil langkah-langkah untuk menambahkan klausul aspek- aspek jender, dengan menggunakan klausul model yang sudah dirumuskan dan
dibagikan sebelumnya, baik melalui revisi draft atau menambahkan klausul- klausul amendemen melalui penetapan peraturan penggantinya yang bisa
erupa Le ar ta
aha , atau isa pula peratura BupatiGu er ur Per up,
Halaman | 20
Pergub sambil menunggu amendemen berikutnya terhadap produk hukum aslinya. Sasaran jender adalah a 15 pengurus P3A berasal dari kaum hawa dan
b 33 peserta pelatihan di bawah program PISP adalah kaum perempuan.
2.5.5. Pemanfaatan Modul Aspek-Aspek Jender sebagai Pedoman Teknis dan Kegiatan Pelatihan 2010
Selama tahun 2011, perlu tetap memanfaatkan modul-modul gender di berbagai jenis pelatihan dan pembekalan teknis dengan sasaran peserta P3A dan petani,
termasuk pelatihan TPMKTPM berikutnya. Khusus pelatihan TPMKTPM, modul jender yang dipakai selama pelatihan TOT TPMKTPM tahun 2008 mengalami
sejumlah perubahan dan revisi termasuk teori-teori jender dan aspek-aspek hukum yang disesuaikan dengan sasaran jender PISP sebagaimana tertuang
dalam program aksi jender GAP PISP. Bahan-bahan pendukungnya termasuk
PISP GAP sudah ditambahkan sebagai Lampiran.
2.5.6. Penetapan Perda Redefinisi Tugas Kelembagaan Pengelola Irigasi KPI
Selama tahun 2011 di tingkat daerah, perserta proyek memiliki kebutuhan serupa dan saling berkaitan yaitu perlunya menyelesaikan formulasi dan
penetapan Peraturan Bupati dan Gubernur tentang Redefinisi Tugas dan Fungsi Kelembagaan Pengelola Irigasi dan personilnya, sesuai dengan kebijakan
reformasi PPSIP. Sampai saat ini, produk-produk hukum tersebut sudah selesai hanya di satu 17 provinsi dan 12 46 dari 26 kabupaten sasaran. Kendala
utama di masa lalu yang menghambat langkah-langkah berikutnya adalah a keharusan menetapkan terlebih dulu Perda Irigasi sebelum penetapan Perda
‘edefi isi Tugas da pe e tuka Ko isi Irigasi, da perlu ya a tua
teknis dan finansial untuk memfasilitasi proses tersebut. Banyak daerah belum menetapkan produk-produk hukum tadi, tetapi sudah menyusun draft-nya.
Halaman | 21
2.5.7. Pembentukan dan Aktivasi KPCMO dan KPIU PISP di Kabupaten Baru Toraja Utara
Di kabupaten baru Toraja Utara hasil pemekaran kabupaten Tana Toraja, dimana sejumlah DI eksisting PISP berada, masih perlu dilakukan konsolidasi langkah-
langkah dasar untuk memenuhi persyaratan ikut serta dan partisipasi dalam program PISP. Terutama sekali membentuk dan mengaktifkan lembaga-lembaga
koordinasi dan pengelolaan PISP, misalnya KPCMO Kabupaten Project Coordination and Monitoring Office dan PIUs Project Implementation Units di
lingkungan Bappeda, Dinas Pertanian dan Dinas SDA.
2.5.8. Perekrutan, Mobilisasi, Pelatihan dan Koordinasi TPMKTPM di 15 Kabupaten PISP dimana proses
perekrutan ini direncanakan berlangsung pada tahun 2011
Di tahun 2011, terdapat 15 kabupaten PISP di 6 provinsi yang membutuhkan mobilisasi, pelatihan dan penugasan TPMKTPM secepatnya agar dukungan
kepada P3AGP3A terkait kegiatan konstruksi dan OM menjadi optimal, dimana kegiatan ini di bawah pengelolaan dinas SDA dan dinas Pertanian. Hal lain yang
perlu mendapat perhatian oleh Bappeda adalah bagaimana mengkoordinasi kegiatan TPMKTPM sehingga penempatan mereka serta input pekerjaan mereka
sesuai dengan kebutuhan Dinas SDA dan Dinas Pertanian setempat .
2.5.9. Melanjutkan Penyusunan Profil Kelembagaan Daerah- Daerah Peserta PISP Provinsi, Kabupaten
Untuk daerah yang belum menyelesaikan penyusunan profil kelembagaan mereka atau belum menyerahkan ke Bangda, mada daerah tersebut wajib
menyelesaikannya awal tahun 2011. Tenaga ahli Institutional Specialist daerah akan membantu mengedit dan finalisasi laporan profil kelembagaan.
Dalam profil kelembagaan, status perkembangan dinas-dinas penanggung jawab irigasi
Halaman | 22
maupun kemajuan PISP beserta data terbaru tentang kondisi sosial-ekonomi daerah akan dievaluasi yang mencakup berbagai macam aspek.
2.5.10. Penyelesaian Pengumpulan Data Berdasarkan Jender
tentang Personil di lingkungan Institusi pelaksana PISP dan Irigasi sebagai bahan penyusunan Laporan
Penyelesaian Proyek PCR
Sebagai bagian dari kegiatan dokumentasi dan penilaian peran kaum perempuan dalam pelaksanaan proyek PISP untuk kemudian dimuat pada Laporan Tahunan
2010 dan Laporan Penyelesaian Proyek PCR, Konsultan PISP-2 tetap terus melakukan pengumpulan dan tabulasi data menurut jender terkait partisipasi
dan peran kaum perempuan di sejumlah institusi pelaksana proyek maupun P3A dan GP3A. Institusi dimaksud termasuk a PPCMO dan KPCMO PISP, b PPIU dan
KPIU Bappeda, Dinas SDA dan Dinas Pertanian, c Komir dan d TPMKTPM dan e P3A dan GP3A.
Untuk memfasilitasi kegiatan ini, arahan teknis, pedoman wawancara dan kuesioner sederhana perlu dirumuskan untuk selanjutnya disosialisasikan
berdama konsultan PISP daerah selama triwulan terakhir 2010. Terkait data tentang partisipasi kaum perempuan sebagai pengurus P3A dan GP3A hendaknya
terus dicari untuk memastikan peran dan jabatan yang mereka sandang di organisasi tersebut.
2.5.11.Melanjutkan Upaya-Upaya Tenaga Ahli Institutional Planning Specialist Membantu Kegiatan RP2I di
Daerah
Kegiatan utama dari ke 6 tenaga ahli Institutional Planning Specialist yang dimobilisasi bulan Januari 2010 adalah pemberian bantuan teknis dalam
perencanaan dan operasionalisasi konsep RP2I termasuk pelatihan staff dinas daerah. Meskipun tanggung jawab penetapan TOR dan ruang lingkup tugas
Halaman | 23
tenaga ahli RP2I Specialist berada di tangan Dinas SDA, dibantu Konsultan PISP-1 tetapi masih dibutuhkan kerjasama erat antara Bangda, NPCMO dan Ditjen SDA
dan terutama sekali antar Bappeda dan Dinas SDA. Proses ini membutuhkan dukungan dan bantuan teknis dari Konsultan PISP-1 dan PISP-2 di daerah untuk
memastikan bahwa kegiatan fasilitasi RP2I benar-benar dilaksanakan secara tepat waktu dan terpadu.
Halaman | 24
BAB 3
PROGRAM WATER RESOURCES AND IRRIGATION SEKTOR MANAGEMENT PROGRAM WISMP
3.1. Pendahuluan
Program WISMP Water Resources and Irrigation Sector Managament Program merupakan salah satu program yang dikembangkan dalam
mewujudkan reformasi kebijakan pengelolaan irigasi. Program WISMP mengandung inspirasi dan semangat konsolidasi sektor sumberdaya air dan
irigasi yang sudah didesentralisasi, serta Kelembagaan Pengelolaan Irigasi di tingkat masyarakat yang sudah dibentuk dalam rangka reformasi. Desentralisasi
ya g e jadi roh progra WI“MP e ga du g pe gertia ke a diria daerah dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pengelolaan sumber daya
air dan irigasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka program WISMP 1 dilaksanakan melalui penyelenggaraan proses penguatan kapasitas kelembagaan baik di tingkat
pemerintahan daerah maupun masyarakat petani pemakai air dalam meningkatkan kinerja pengaturan dan perencanaan sektor sumber daya air dan
irigasi, serta kemampuan manajemen dan pendanaan dari instansi-instansi pemerintah terkait dan masyarakat petani pemakai air di tingkat daerah irigasi
dalam menjaga keberlanjutan kebijakan sektor sumber daya air dan irigasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang
Pengembangan dan Pengelolaan Sistim Irigasi Partisipatif.
Halaman | 25
Perencanaan program WISMP-1 diterapkan dalam AWP selama 5 tahun anggaran yang berlangsung dari 2006 -2010 yang pelaksanaan kegiatannya
dalam dua program, yang pertama untuk Pusat NPIU Ditjen Bangda Kementerian Dalam Negeri dan kedua untuk Daerah Bappeda Provinsi dan
Kabupaten yang terfokus pada Peningkatan Kemampuan Pemerintahan dan P3A, Peningkatan Kemampuan SKPD terkait dengan Pengairan dan Pengelolaan
Proyek.
Tabel 3.1. Lokasi Proyek WISMP
No. Provinsi 13
Kabupaten 99
1. Prov. NAD
Kab. Pidie; Kab. Bireun; Kab. Aceh Barat Daya; Kab. Pidie jaya.
2. Prov. Sumatera
Utara Kab. Simalungun; Kab. Deli Sedang; Kab. Serdang Baedagi;
Kab. Humbang Hasundutan.
3. Prov. Sumatera
Barat Kab. Tanah Datar; Kab. Solok; Kab. Solok Selatan; Kab. Lima
Puluh kota; Kab. Padang Pariaman; Kab. Pesisir Selatan; Kab. Pasaman; Kab. Agam; Kab. Kotamadya Padang.
4. Prov. Sumatera
Selatan Kab. OKU Timur; Kab. Musi Rawas; Kab. OKU Selatan; kab.
Lahat. 5.
Prov. Lampung Kab. Lampung Utara; Kab. Tulang Bawang.
6. Prov. Jawa Barat
Kab. Cianjur; Kab. Bogor; Kab. Karawang; Kab. Sukabumi; Kab. Bekasi; Kab. Purwakarta; Kab. Subang; Kab. Bandung;
Kab. Bandung Barat.
7. Prov. Jawa Tengah
Kab. Semarang; Kab. Magelang; Kab. Pati; Kab. Grobogan; Kab. Klaten; Kab. Blora; Kab. Sukoharjo; Kab. Sragen; Kab.
Rembang; Kab. Jepara; Kab. Kudus; Kab. Demak; Kab. Boyolali; Kab. Temanggung; Kab. Kendal; Kab Wonogiri;
Kab. Karanganyar; Kab. Pubalingga.
8. Prov. D.I.
Yogyakarta Kab. Kulon Progo; Kab. Bantul; Kab. Sleman; Kab. Gunung
Kidul. 9.
Prov. Jawa Timur Kab. Bangkalan; Kab. Pasuruan; Kab. Banyuwangi; Kab.
Kediri; Kab. Mojokerto; Kab. Nganjuk; Kab. Probolinggo; Kab. Jombang; Kab. Sidoarjo; Kab. Jember; Kab.
Bondowoso; Kab. Situbondo; Kab. Sumenep; Kab. Sampang; Kab. Pamekasan.
10. Prov. Sulawesi Selatan
Kab. Wajo; Kab. Sidrap; kab. Enrekang; Kab. Pinrang; Kab. Luwu Utara; Kab. Luwu; Kab. Jeneponto; Kab. Barru; Kab.
Gowa; Kab. Pangkep.; Kab. Soppeng; Kab. Takalar; Kab. Bantaeng; kab. Luwu Timur.
Halaman | 26 11. Prov. Sulawesi
Tengah Kab. Donggala; Kab Toli-Toli; Kab. Parigi Moutong; Kab.
Banggai; Kab. Yojo Una-una; kab. Buol; Kab. Morowali; Kab. Poso.
12. Prov. Sulawesi Barat Kab. Mamuju; Kab. Polewali Mandar. Kab. Manuju Utara; Kab. Majene.
13. Prov. NTT Kab. Manggarai; Kab. Manggarai Barat; Kab. Sumba Timur;
Kab. Manggarai Timur.
3.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran