Refrensi dan Informasi Program P2SDA

(1)

Halaman | 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Disahkannya undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air yang menggantikan Undang-undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan menandai secara formal pergeseran paradigma tata pengelolaan (governance) sumber daya air yang berlaku di Indonesia, yang rintisannya telah dimulai sejak awal dekade 90-an. Undang-undang ini merupakan bentuk pengakuan eksplisit bahwa, pertama, air bukan hanya barang sosial melainkan juga barang ekonomi yang untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan, sehingga pemanfatannya harus mengikuti asas efisiensi dan keadilan. Kedua, karena sifatnya sebagai common pool resource maka di dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan penerapan asas desentralisasi, partisipasi dan keterpaduan.

Selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah (UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah), maka pelaksanaan kebijakan sumber daya air (SDA) tidak hanya sekedar implementasi seperangkat teknologi artefak, melainkan juga harus melaksanakan amanat peningkatan kapasitas kelembagaan SDA, khususnya di daerah. Hal tersebut sebagaimana tercantum pada Pasal 2 ayat (4) ya g er u yi Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintah daerah lai ya da pasal ayat 5 ya g er u yi Hu u ga se agai a a dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan

umum, pemanfaatan sumber daya alam da su er daya lai ya .

Landasan tersebut lebih diperjelas dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, yaitu urusan pemerintahan yang


(2)

Halaman | 2

dibagi bersama antar tingkatan atau susunan pemerintahan yang meliputi 31 bidang urusan pemerintahan, diantaranya penataan ruang, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat dan desa, pertanian dan ketahanan pangan. Salah satu program yang mengimplementasikan kebijakan tersebut antara lain bidang keirigasian dan konservasi lahan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Program tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan pendapatan petani, mensejahterakan masyarakat, meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola program pemerintah, menciptakan masyarakat yang mandiri dan otonom.

Program-program yang mengimplementasikan pemberdayaan dan penguatan kelembagaan di bidang keirigasian, konservasi sumber daya air dan lahan dalam rangka pengentasan kemiskinan, baik yang bersumber dari PHLN maupun APBN

antar lain program Water Resources and Irrigation Sector Management Program

(WISMP) yang dilaksanakan di 13 Provinsi dan 99 Kabupaten, Nusa Tenggara Barat - Water Resources Management Program (NTB-WRMP) dan Participatory Irrigation Sector Project (PISP), Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK), dan Penanganan Lahan Kritis.

Mengingat fasilitas teknis terkait dengan kelembagaan sumber daya air dan irigasi perlu diperkuat juga dengan penguatan kapasitas kelembagaan pada aspek pemberdayaan, perencanaan, koordinasi, dan sinkronisasi program pembangunan daerah, maka Ditjen Bina Bangda sesuai dengan kewenangannya telah mengembangkan suatu program Pembinaan dan Perkuatan Kelembagaan Sumber Daya Air (PPKSDA) baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) maupun Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).

Pencapaian tujuan dan keberlanjutan program PPKSDA dalam membangun basis data yang baik perlu didukung melalui fasilitas sekretariat yang dapat mengkoordinir dan mengkonsolidasikan program, serta menginventarisir


(3)

Halaman | 3

berbagai kebutuhan peningkatan percepatan program pengembangan dan pengelolaan sumber daya air dan irigasi, sehingga diperoleh berbagai gambaran kemajuan pelaksanaan program mulai dari pusat hingga daerah. Basis data yang terkait dengan program PPKSDA akan memberikan manfaat kepada para pihak yang berkepentingan (stakeholders) sebagai bahan masukan dalam rangka perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan di bidang sumber daya air dan irigasi, serta perencanaan program yang akan datang.

Melalui implementasi program PPKSDA yang sudah berlangsung selama ini dalam kerangka program pengelolaan sumber daya air dan irigasi dalam tataran pelaksanaan perlu terus didukung dan difasilitasi sehingga diharapkan implementasi program dapat sesuai capaian program PPKSDA dan tidak keluar dari sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian perencanaan program dan realisasi program dapat tepat dilaksanakan, serta anggaran dapat digunakan secara efektif dan efisien. Pada tataran implementasi program PPKSDA pun

diperlukan suatu kesekretrariatan yang dapat mengkoordinir dan

mengkonsolidasikan program, serta menginventarisir berbagai kebutuhan peningkatan percepatan program pengembangan dan pengelolaan sumber daya air dan irigasi sehingga diperoleh berbagai gambaran kemajuan pelaksanaan program mulai dari Pusat hingga Daerah.

Selain daripada itu, sekretariat pengelola program PPKSDA dapat

mendeterminasi pencapaian target program dan proses pelaksanaan program kegiatan apakah telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau belum. Konteksnya adalah sebagai evaluasi program dan media umpan balik untuk mendapatkan berbagai informasi penunjang yang diharapkan dapat mendorong ke arah perbaikan pelaksanaan program PPKSDA untuk tahun-tahun berikutnya.


(4)

Halaman | 4

Berkaitan dengan pemantauan kegiatan yang menjadi bagian tugas manajemen pengelola program di tingkat Pusat, maka kegiatan monitoring dan pengawasan pengelolaan sumber daya air dan irigasi di provinsi dan kabupaten dilaksanakan oleh Tim Pusat. Kegiatan tersebut selain merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran kemajuan pencapaian tujuannya juga dapat dijadikan sebagai media konsultasi, advising, asistensi dan koordinasi berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi program PPKSDA di lapangan, guna mencari berbagai alternatif solusi pemecahan masalah sebagai bahan peningkatan keinerja sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut dan dalam rangka memperoleh berbagai gambaran program PPKSDA maka dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan koordinasi,

konsolidasi, dan sinkronisai program PPKSDA melalui Bantuan Teknis

Sekretariat Pembinaan Perkuatan Kelembagaan Sumber Daya Air Tahun

Anggaran sebagai lanjutan dari kegiatan yang sama pada Tahun Anggaran

sebelumnya (Tahun Anggaran 2009 & 2010).

1.2

Tujuan, Sasaran, dan Keluaran

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari Bantuan Teknis Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA Tahun Anggaran 2011 adalah melanjutkan pencapaian tujuan kegiatan sebagai berikut:

(1) Membantu Ditjen Bangda dalam perencanaan dan pelaksanaan program

pembinaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi di provinsi dan kabupaten pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(2) Membantu Ditjen Bangda dalam mengidentifikasi permasalahan dan

menginventarisir upaya pemecahan masalah berikut rencana tindak lanjut kegiatannya pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.


(5)

Halaman | 5

(3) Membantu Ditjen Bangda dalam melaksanakan pengelolaan PPSKDA pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(4) Membantu Ditjen Bangda dalam memantau dan melakukan evaluasi

terhadap kegiatan pembinaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi yang dilakukan oleh unsur pengelola program di tingkat provinsi, kabupaten maupun Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(5) Membantu merumuskan tindak lanjut dan rekomendasi perencanaan

kegiatan dan pembiayaan program pembinaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi sebagai bahan peningkatan kinerja pada tahun berikutnya baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

1.2.2 Sasaran

Sasaran dari kegiatan Bantuan Teknis Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA Tahun Anggaran 2011 adalah adanya fasilitasi identifikasi, inventarisasi, dan pengelolaan kesekretariatan seluruh program kegiatan terkait dengan pelaksanaan kegiatan PPKSDA dalam mendukung inventarisasi dokumen hasil kegiatan dan pencapaian tujuan kepustakaan.

1.2.3 Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Bantuan Teknis Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA Tahun Anggaran 2011 adalah:

(1) Terkoordinasinya dan terkonsolidasinya program PPKSDA pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(2) Teridentifkasi berbagai data dan informasi terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan baik di tingkat provinsi dan kabupaten.

(3) Diperolehnya hasil evaluasi kegiatan untuk tahun berikutnya dapat berupa Dokumen kemajuan fisik dan keuangan program PPKSDA baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN tingkat provinsi dan kabupaten.


(6)

Halaman | 6

(4) Diperolehnya Informasi permasalahan dan isu-isu pokok yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program PPKSDA dan PPSIP sebagai pijakan bagi pengembangan program untuk tahun berikutnya.

(5) Teridentifikasinya perkembangan kemajuan kinerja pengelolaan sumber daya air dan irigasi baik tingkat provinsi maupun kabupaten.

1.3

Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan pada kegiatan Bantuan Teknis Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA Tahun Anggaran 2011 adalah sebagai berikut:

(1) Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program pembinaan

pengelolaan sumber daya air dan irigasi di provinsi dan kabupaten baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(2) Melakukan identifikasi permasalahan dan menginventarisir upaya

pemecahan masalah berikut rencana tindak lanjut kegiatannya pada beberapa program baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(3) Melaksanakan pengelolaan program PPSKDA baik yang bersumber dari

APBN maupun PHLN.

(4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan pembinaan

pengelolaan sumber daya air dan irigasi yang dilakukan oleh unsur pengelola program di tingkat provinsi, kabupaten baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(5) Membantu dalam mengevaluasi perencanaan dan implementasi program

pembinaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi sebagai bahan peningkatan kinerja pada tahun berikutnya baik yang bersumber dari APBN maupun PHLN.

(6) Menginventarisir kebutuhan operasional sekretariat PPKSDA melalui proses need assessment terhadap apa yang menjadi kebutuhan operasional bagi persiapan dan pelaksanaan program pengelolaan sumber daya air dan irigasi pada tahun yang berjalan dan tahun selanjutnya.

(7) Penyusunan rekapitulasi berbagai kebutuhan operasional sekretariat

PPKSDA Ditjen Bina Bangda.

(8) Melakukan proses pengaturan atau pengelolaan PPKSDA dan pertemuan sinkronisasi, koordinasi, konsolidasi PPKSDA.


(7)

Halaman | 7

(9) Menyusun instrumen kebutuhan untuk pelaksanaan PPSKDA dan jadwal

pelaksanaan PPKSDA.

(10) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait dengan

penyelenggaraan kegiatan PPKSDA dan subdit P2SDA.

(11) Mengumpulkan dan menganalisis seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan program PPKSDA baik yang diselenggarakan secara swakelola maupun kontraktual.

(12) Membantu penyelenggaraan kegiatan PPKSDA dan subdit P2SDA baik pada

proses perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam hal penyusunan perumusan dan proses kompilasi dan pencetakan prosiding hasil kegiatan.

(13) Membantu penyusunan laporan akhir pelaksanaan kegiatan program

PPKSDA.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika penyusunan Laporan Akhir Bantek Pengelolaan Sekretariat PPKSDA Tahun 2011 terdiri dari 8 bab, yaitu:

Bab 1, Pendahuluan

Bab awal ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, sasaran dan keluaran, ruang lingkup pekerjaan, pembiayaan, dan sistematika pembahasan.

Bab 2 , Program Participatory Irrigation Sector Project (PISP)

Bab ini berisi uraian singkat tentang rangkuman Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Participatory Irrigation Sector Project (PISP) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Bab 3, Program Water Resources and Irrigation Sektor Management Program (WISMP)

Bab ini berisi uraian singkat tentang rangkuman Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Water Resources and Irrigation Sektor Management Program (WISMP) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010

Bab 4, Program Nusa Tenggara Barat - Water Resources Management Program (NTB - WRMP)

Bab ini berisi uraian singkat tentang rangkuman Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Nusa


(8)

Halaman | 8

Tenggara Barat - Water Resources Management Program (NTB - WRMP) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010.

BAB 5, Program Bantuan Teknis Pusat Program Konservasi Kabupaten Sumbawa

Bab ini berisi uraian singkat tentang rangkuman Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Bantuan Teknis Pusat Program Konservasi Kabupaten Sumbawa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

Bab 6 , Program Bantuan Teknis Pengembangan dan Tindak Lanjut Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK)

Bab ini berisi uraian singkat tentang Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Bantuan Teknis engembangan dan Tindak Lanjut Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK) tahun 2010.

Bab 7, Program Bantuan Teknis Pengembangan Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Komisi Irigasi di Daerah

Bab ini berisi uraian singkat tentang Perencanaan, Pendanaan, Hasil yang dicapai, Kendala, Rekomendasi pelaksanaan kegiatan Program Bantuan Teknis Pengembangan Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Komisi Irigasi di Daerah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010

Bab 8, Program Konservasi Lahan dan Pengentasan Kemiskinan di Semarang Atas (PKLPKSA)

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, metodologi dan pendekatan, perencanaan kegiatan, lokasi proyek dan pemilihan desa prioritas, financial monitoring reports, hasil yang dicapai, dan kesimpulan Program Konservasi Lahan dan Pengentasan Kemiskinan di Semarang Atas (PKLPKSA)


(9)

Halaman | 9

BAB 2

PROGRAM PARTICIPATORY IRRIGATION SECTOR

PROJECT (PISP)

2.1.

Pendahuluan

Proyek Sektor Irigasi Partisipatif (selanjutnya disebut PISP) dilaksanakan sesuai kebijakan reformasi pengelolaan irigasi yang baru-baru ini dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif atau disingkat PPSIP dan ditetapkan berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan. Dua peraturan kunci di antaranya adalah kebijakan dan peraturan reformasi sumber daya air nasional, sebagaimana ditetapkan di UU No. 7 tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya tentang kebijakan reformasi irigasi partisipatif sebagaimana dimaksud di Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2006.

Kebijakan pengembangan dan pengelolaan system irigasi partisipatif atau PPSIP ini disemangati oleh lima prinsip dasar: 1) Redefinisi tugas dan tanggung jawab; 2) Pemberdayaan petani; 3) Partisipasi P3A/GP3A; 4) Pembiayaan yang memadai secara partisipatif dan transparan; dan 5) Kesinambungan operasi daerah irigasi.

2.2.

Tujuan dan Sasaran

2.2.1.

Tujuan

Tujuan jangka panjang PISP adalah (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan (2) mengurangi kemiskinan di pedesaan di 26 kabupaten tersebar di 6 provinsi (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan). Tujuan jangka pendek PISP adalah mendorong desentralisasi pengelolaan irigasi


(10)

Halaman | 10

sehingga mampu berkelanjutan di kabupaten-kabupaten sasaran seiring dengan peningkatan produksi pertanian dan hasil panen lahan irigasi.

2.2.2.

Sasaran

(1) Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengelola irigasi.

(2) Terwujudnya penguatan kapasitas kelembagaan kab/kota dan

P3A/GP3A/IP3A dalam pengelolaan irigasi.

(3)Terwujudnya sinkronisasi program keirigasian antara lembaga pengelola irigasi terkait di daerah

(4)Terwujudnya kinerja pengelolaan irigasi jaringan irigasi yang efisien , efektif dan akuntabel

(5) Penguatan kapasitas kelembagaan Dinas Provinsi dan Kabupaten

(6)Tersusunnya pedoman perencanaan pembangunan daerah bagi Bappeda

Provinsi dan Kab/Kota

(7)Tersusunnya pedoman penyusunan Peraturan Daerah bidang irigasi

Tabel 2.1. Lokasi Proyek PISP

No. Provinsi (6)

Kabupaten (26)

2006 2007 2008

Core (5) Seleksi I (5) Seleksi II (15) (I)

1. Lampung Lampung

Selatan

- Lampung Timur,

Lampung Tengah

Pasawaran

2. Banten - Lebak Pandeglang

3. Jawa Barat Garut Kuningan Indramayu,

Cirebon

4. Jawa Tengah Banyumas Purworejo Brebes, Tegal,

Cilacap

5. Jawa Timur Madiun Tulungagung Bojonegoro,

Lamongan, Ngawi, Kab. Malang


(11)

Halaman | 11

6. Sulawesi

Selatan

Sinjai Maros Bone, Bulukumba,

Tana Toraja

2.3.

Pendanaan

Proyek Sektor Irigasi Partisipatif (PISP) merupakan sebuah proyek reformasi pengelolaan irigasi, didanai oleh Asian Development Bank dan Pemerintah Belanda (ADB Loan 2064 (SF)/2065-INO/Grant GON 4299-INO) yang saat ini tengah dilaksanakan di 27 kabupaten di 6 provinsi: Lampung Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan. Alokasi dana bantuan ADB (19,0 juta US dollar dari Asian Development Funds dan 54,0 juta dollar lainnya bersumber dari Ordinary Capital Resources) dinyatakan efektif terhitung tanggal 2 Juni 2005 dengan closing date dijadwalkan tanggal 30 Juni 2011. Sementara itu, dana hibah (grant) dari Pemerintah Belanda sudah tersedia tanggal 5 Mei 2005. Tujuh puluh lima persen dari total biaya proyek (126,0 juta dollar) berasal dari ADB dan Pemerintah Belanda. Sedang 38,0 juta sisanya dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten serta P3A/GP3A/IP3A.

2.3.1.

Status

Anggaran

dan

Penyerapan

Keuangan

Pelaksanaan PISP untuk Konsultan PISP

2

(1) Rekalibrasi Bulan Juni 2008 dan Realokasi Indikatif Alokasi Anggaran PISP Bangda

Bulan Juni 2008, alokasi anggaran PISP (Juli 2007) untuk Bangda sebesar USD 9.771.307 dikurangi USD 1.336.743 (atau 13,7%) hingga menjadi USD 8.434.564. Kemudian di tahun 2009, alokasi anggaran aslinya (sebesar USd 9.771.307) dikembalikan melalui revisi alokasi. Perubahan-perubahan komponen (atau kategori) pinjamannya adalah sebagai berikut:


(12)

Halaman | 12

Tabel 2.2. Perubahan Alokasi Komponen Pinjaman Kontrak Konsultan: 3 Revisi (31 Desember, 2010)

Loan Item Original USD

000

Allocation

Revised 2008

U“D 000

Allocation

Revised 2009

U“D 000

Allocation

1. Vehicles 021.9 021.9 021.9

2. Equipment & Materials 684.1 325.4 684.1 3. Capacity Building 2,418.4 3,629.1 2,418.4 4. Surveys, Studies & Audits 1,820.7 688.5 1,820.7 5a. Consultants (Foreign Costs) 1,098.6 462.5 1,098.6 5b. Consultants (National Costs) 1,968.7 1,600.0 1,968.7

6. NGO Services 1,758.9 1,707.5 1,758.9

Total 9,771.3 8,434.6 9,771.3

(2) Status Akumulasi Pemanfaatan DIPA: 2006 – 2010

Tabel berikut memuat status akumulasi DIPA untuk 7 kategori pinjaman PISP yang berhubungan dengan Bangda dari tahun 2006 sampai 2010.

Tabel 2.3.

Ringkasan DIPA PISP Bangda dan Realisasi DIPA dari 2006 – 2010 (31 Desember 2010)

Loan Item Total DIPA 2006 - 2010 Mil. of Rp.

Total DIPA Expenditures 2006 –

2010 Mil. of Rp.

Unutilized Balance from 2006 – 2010 Mil.

of Rp.

1. Vehicles 198.5 198.5 --

2. Equipment & Materials 2,029.3 2,029.3 --

3. Capacity Building 56,586.1 48,342.2 8,243.9

4. Surveys, Studies & Audits 5,676.9 4,139.7 1,537.2 5a. Consultants (Foreign Costs) 7,702.0 4,695.3 3,006.7 5b. Consultants (National Costs) 21,169.9 18,328.6 2,841.3

6. NGO Services 26,537.4 15,723.3 10,814.1

Total 119,900.1 93,456.9 26,443.2

Dari data di atas tampak, jumlah pemanfaatan dana Bangda melalui DIPA adalah Rp. 119.900,1 juta dengan penyerapan aktual atau realisasi DIPA mencapai Rp. 93.456,9 juta sehingga sisanya sebesar Rp. 26.443,2 juta dari anggaran yang


(13)

Halaman | 13

disetujui. Dengan jumlah sisa anggaran tercatat pada kategori NGO Services (TPM/KTPMs) dan Capacity Building categories.

2.4 Hasil Yang Dicapai

2.4.1 Kegiatan Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)

Sumber Daya Daerah

(1) Kemajuan penetapan Perda Irigasi selama tahun 2010, atau antara akhir 2009 dan akhir 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi tahun 2010, termasuk Kamajuan hingga akhir 2009

Sasaran Kemajuan sampai

Desember, 2009

Kemajuan di tahun

2010

Akumulasi Kemajuan hingga 31 Desember,

2010

No. % No. No. %

1. Provinsi 6 5 83% -- 5 83%

2. Kabupaten 26 24 92% 1 25 96%

3. Total 32 29 91% 1 30 94%

(2) Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi menurut Provinsi

Tabel 2.5. Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi di Daerah Peserta PISP: (30 September 2010)

Nama

Provinsi

Status Kemajuan Penetapan Perda Irigasi

Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten

Jumlah Ditetapkan

% Ditetapkan

Jumlah Ditetapkan

% Ditetapkan

Lampung -- -- 3 75

Banten 1 100 2 100

Jawa Barat 1 100 4 100

Jawa Tengah 1 100 5 100

Jawa Timur 1 100 6 100

Sulsel 1 100 5 80

Total 5 83 25 96


(14)

Halaman | 14

(3) Status Kemajuan Pembentukan Komir

Tabel 2.6. Ringkasan Status Pembentukan Komisi Irigasi (Komir) : (31 December 2010)

Tahap

Jumlah Unit (Provinsi, Kabupaten) Tingkat Prov. Tingkat Kab. Total

No. % No. % No. %

1. Jumlah Provinsi 6 100 6 100

2. Jumlah Kabupaten 26 100 26 100

3. Tahap Penetapan

3.1 Draft Konsep Komir 6 100 26 100 32 100

3.2 SK Penetapan* 5 83 26 100 32 100

* Penetapan oleh SK Gubernur (provinsi) dan SK Bupati (kabupaten)

Tabel 2.7. Status Kemajuan Pembentukan Komir PISP menurut Provinsi (31 December 2010)

Nama Provinsi

Status Kemajuan Pembentukan Komir

Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten

Jumlah Dibentuk

% Dibentuk Jumlah

Dibentuk

% Dibentuk

Lampung 1 100 3 75

Banten 1 100 2 100

Jawa Barat 1 100 4 100

Jawa Tengah -- -- 5 100

Jawa Timur 1 100 6 100

Sulawesi Selatan

1 100 5 100

Total 6 100 25 96

N 6 100 26 100

(4) Redefinisi Tugas dan Fungsi Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI) PPSIP (Bagian A.1.2): Status Kemajuan Penyusunan Perda Terkaitnya di tahun 2010.

Kemajuan penyusunan perda tentang redefinisi tugas Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI) selama tahun 2010 adalah sebagai berikut:


(15)

Halaman | 15

Tabel 2.8. Status Kemajuan Penetapan Perda Redefinisi Tugas dan Tanggung Jawa KPI di tahun 2010

Sasaran (jml. Daerah) Kemajuan sampai 31 Desember, 2009 Kemajuan di tahun 2010 Akumulasi Kemajuan sampai 31 Desember, 2010

Jml. % Jml. Jml. %

1. Provinsi 6 1 17% -- 1 17%

2.

Kabupate n

26 12 46% 6 18 69%

3. Total 32 13 41% 6 19 59%

(5) Program Pelatihan 2009 dan 2010 di Daerah dan Kemajuannya

Tabel 2.9. Cakupan dan Kemajuan Pelatihan Daerah Tahun 2009 Kemajuan Program Pelatihan PISP-2 (Kursus, Peserta)

Jenis Pelatihan Jumlah unit (Provinsi, Kabupaten) Kemajuan: Jml. Peserta Rencana Kemajuan

(jml.)

Kemajuan (%)

1. Pelatihan TPM/KTPM 6 6 6 436

2. Pelatihan PSETK 38 38 100% 2.298

3. Pelatihan TNA 8 1 12% 40

Total 52 45 87% 2.774

Tabel 2.10. Status Perserta Perempuan dalam Pelatihan TPM tahun 2009 Menurut Provinsi

Provinsi

Jumlah Peserta Menurut Jenis Kelamin

% Peserta menurut Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan

Lampung 31 11 42 74% 26%

Banten 25 11 36 69% 31%

Jawa Barat 85 28 113 75% 25%

Jawa Tengah 83 23 106 78% 22%

Jawa Timur 103 6 109 94% 6%

Sulawesi Selatan

19 11 30 73% 37%


(16)

Halaman | 16

Tabel 2.11.

Status Jender Peserta Pelatihan PSETK tahun 2009 menurut Provinsi

Provinsi

Jumlah Peserta Menurut Jenis Kelamin

% Peserta menurut Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan

Lampung 210 31 241 87% 13%

Banten 105 31 136 77% 23%

Jawa Barat 268 36 304 88% 12%

Jawa Tengah 852 32 884 96% 4%

Jawa Timur 291 10 301 97% 3%

Sulsel 350 82 432 81% 19%

Total 2,066 232 2,298 90% 10%

Tabel 2.12. Peserta Seluruh Jenis Pelatihan di tahun 2009 Berdasarkan Jender menurut Provinsi

Provinsi

Jumlah Peserta Rincian Jender %

Male Female Total Male Female

Lampung 241 42 283 85% 15%

Banten 130 42 172 76% 24%

Jawa Barat 353 64 417 85% 15%

Jawa Tengah 935 55 990 94% 6%

Jawa Timur 394 16 410 96% 4%

Sulawesi Selatan 397 105 502 79% 21%


(17)

Halaman | 17

Tabel 2.13. Status Jender Peserta Pelatihan KTPM dan TPM 2010 (31 Des. 2010)

Provinsi Jumlah Juml. KTPM + TPM dilatih %

Perempuan KTPM TPM Laki-laki Perempuan Total

1. Lampung 3 40 34 9 43 21%

2. Banten 4 26 24 6 30 20%

3. Jawa Barat 5 57 50 12 62 19%

4. Jawa Tengah 6 58 51 13 64 20%

5. Jawa Timur 3 25 26 2 28 7%

6. Sulawesi Selatan 10 122 100 32 132 24%

Total KTPM+ TPM 31 328 285 74 359 21%

2.4.2. Kegiatan Pemberdayaan P3A/GP3A (Bagian A.2)

Tabel beriku menampilkan data status jender dan pengurus P3A sampai saat ini. (Lihat juga Lampiran 6.15 pada Lampiran bagian 6 untuk data lebih terinci hingga tingkat kabupaten)

Tabel 2.14.

Status Data Partisipasi Kaum Perempuan dalam Keanggotaan (Pengurus) P3A (30 September 2010)

Provinsi Jml. P3A Sasaran

Jml. P3A dgn Data Jender

Status Jender Keanggotaan P3A % P3A dengan pengurus perempuan Jml

Anggota

% Laki-Laki

% Perempuan

1. Lampung 293 240 1,132 98.9 1.1 4.1

2. Banten 288 242 2,423 94.2 5.8 41.3

3. Jawa Barat 722 647 4,076 99.7 0.3 2.2

4. Jawa Tengah 1,084 867 5,938 92.9 7.1 33.1

5. Jawa Timur 977 720 5,062 98.6 1.4 6.3

6. Sulsel 918 918 5,195 93.1 6.9 34.4


(18)

Halaman | 18

Tabel 2.15. Status Perekrutan KTPM dan TPM tahun 2010 (31 Desember, 2010)

Provinsi PISP Jumlah TPM/KTPM Orang

Bulan

KTPM TPM Total

1. Lampung 3 40 43 323

2. Banten 4 26 30 300

3. Jawa Barat 5 57 62 744

4. Jawa Tengah 6 58 64 548

5. Jawa Timur 3 25 28 225

6. Sulawesi Selatan 10 122 132 943

Total 31 328 359 3,083

2.5.

Isu-isu Kunci dan Rekomendasi

2.5.1.

Keterlambatan Penetapan Perda Irigasi dan Akibatnya

terhadap Produk Hukum Lainnya

Keterlambatan penetapan perda Irigasi telah berdampak pada dan menghambat pelaksanaan kegiatan PISP terkait lainnya, mis. Pembentukan Komisi Irigasi (Komir) dan penetapan Perda Redefinisi Tugas Kelembagaan Pengelolaan Irigasi. Namun, status terkininya menunjukkan hampir semua Perda Irigasi sudah ditetapkan, dimana kemajuan di tingkat provinsi dan kabupaten masing-masing mencapai 83% dan 92%. Kemajuan untuk produk hukum lainnya juga dipercepat dan tetap dijadikan sebagai fokus prioritas kegiatan Bappeda dibantu konsultan PISP-2 selama paruh pertama tahun 2011.

2.5.2.

Kajian terhadap Perda Irigasi Eksisting dan Draft Perda

Irigasi

untuk

Menjamin

Kesesuaiannya

dengan

Kebijakan Nasional tentang Reformasi Irigasi dan

Menampung Kebutuhan dan Aspirasi Setempat

Beberapa Perda Irigasi yang sudah ditetapkan, sepertinya mengacu ke konsep lama sebagaimana tertuang di PP 77 sehingga kurang menampung semangat


(19)

Halaman | 19

kebijakan reformasi pengelolaan irigasi saat ini sebagaimana ditetapkan pada PP 20 tahun 2006. Masalah kedua adalah banyaknya Draft Perda Irigasi yang disalin dari model umum tanpa adaptasi memadai sesuai karakteristik kondisi irigasi dan aset prasarana irigasi setempat. Karena itu baik draft Perda Irigasi maupun yang sudah ditetapkan perlu dikaji ulang untuk diperbaiki dengan lebih memperhatikan kondisi setempat sebelum dituangkan dalam pedoman pelaksanaannya.

2.5.3.

Pengoperasian Komisi Irigasi atau Komir

Sebagian besar daerah peserta proyek sudah menetapkan SK pembentukan Komisi Irigasi, yaitu 100% untuk provinsi dan 96% untuk kabupaten. Diharapkan sisa Perda Irigasi yang belum ditetapkan akan selesai awal 2010, sehingga Komisi Irigasi yang belum dibentuk akan dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Selama awal 2010 telah berlangsung diskusi dengan dinas-dinas daerah dan konsultan bersamaan dengan Road Show dan pihak lain terkait pengoperasian Komisi Irigasi. Ini seharusnya menjadi kegiatan fokus utama selama paruh pertama tahun 2011 dengan menyediakan ruang kantor permanen, pengadaan peralatan, penunjukkan petugas (mungkin cukup paruh waktu) bertugas menyusun rencana dan menangani kegiatan Komir, menjamin alokasi dana pembiayaan dan menjadwalkan pertemuan rutin.

2.5.4. Pemuatan Aspek-Aspek Jender dan Sasarannya di

Produk-Produk Hukum (Perda Irigasi, Komir) baik

Melalui Revisi Draft atau Penambahan Klausul melalui

Penetapan Peraturan Lainnya

Saat ini tengah diambil langkah-langkah untuk menambahkan klausul aspek-aspek jender, dengan menggunakan klausul model yang sudah dirumuskan dan dibagikan sebelumnya, baik melalui revisi draft atau menambahkan klausul-klausul amendemen melalui penetapan peraturan penggantinya yang bisa


(20)

Halaman | 20

Pergub) sambil menunggu amendemen berikutnya terhadap produk hukum aslinya. Sasaran jender adalah (a) 15% pengurus P3A berasal dari kaum hawa dan (b) 33% peserta pelatihan di bawah program PISP adalah kaum perempuan.

2.5.5. Pemanfaatan Modul Aspek-Aspek Jender sebagai

Pedoman Teknis dan Kegiatan Pelatihan 2010

Selama tahun 2011, perlu tetap memanfaatkan modul-modul gender di berbagai jenis pelatihan dan pembekalan teknis dengan sasaran peserta P3A dan petani, termasuk pelatihan TPM/KTPM berikutnya. Khusus pelatihan TPM/KTPM, modul jender yang dipakai selama pelatihan TOT TPM/KTPM tahun 2008 mengalami sejumlah perubahan dan revisi termasuk teori-teori jender dan aspek-aspek hukum yang disesuaikan dengan sasaran jender PISP sebagaimana tertuang dalam program aksi jender (GAP) PISP. Bahan-bahan pendukungnya termasuk PISP GAP sudah ditambahkan sebagai Lampiran.

2.5.6. Penetapan Perda Redefinisi Tugas Kelembagaan

Pengelola Irigasi (KPI)

Selama tahun 2011 di tingkat daerah, perserta proyek memiliki kebutuhan serupa dan saling berkaitan yaitu perlunya menyelesaikan formulasi dan penetapan Peraturan Bupati dan Gubernur tentang Redefinisi Tugas dan Fungsi Kelembagaan Pengelola Irigasi dan personilnya, sesuai dengan kebijakan reformasi PPSIP. Sampai saat ini, produk-produk hukum tersebut sudah selesai hanya di satu (17%) provinsi dan 12 (46%) dari 26 kabupaten sasaran. Kendala utama di masa lalu yang menghambat langkah-langkah berikutnya adalah (a) keharusan menetapkan terlebih dulu Perda Irigasi sebelum penetapan Perda

‘edefi isi Tugas da pe e tuka Ko isi Irigasi, da perlu ya a tua teknis dan finansial untuk memfasilitasi proses tersebut. Banyak daerah belum menetapkan produk-produk hukum tadi, tetapi sudah menyusun draft-nya.


(21)

Halaman | 21

2.5.7. Pembentukan dan Aktivasi KPCMO dan KPIU PISP di

Kabupaten Baru Toraja Utara

Di kabupaten baru Toraja Utara hasil pemekaran kabupaten Tana Toraja, dimana sejumlah DI eksisting PISP berada, masih perlu dilakukan konsolidasi langkah-langkah dasar untuk memenuhi persyaratan ikut serta dan partisipasi dalam program PISP. Terutama sekali membentuk dan mengaktifkan lembaga-lembaga koordinasi dan pengelolaan PISP, misalnya KPCMO (Kabupaten Project Coordination and Monitoring Office) dan PIUs (Project Implementation Units) di lingkungan Bappeda, Dinas Pertanian dan Dinas SDA.

2.5.8. Perekrutan, Mobilisasi, Pelatihan dan Koordinasi

TPM/KTPM di 15 Kabupaten PISP dimana proses

perekrutan ini direncanakan berlangsung pada tahun

2011

Di tahun 2011, terdapat 15 kabupaten PISP di 6 provinsi yang membutuhkan mobilisasi, pelatihan dan penugasan TPM/KTPM secepatnya agar dukungan kepada P3A/GP3A terkait kegiatan konstruksi dan O&M menjadi optimal, dimana kegiatan ini di bawah pengelolaan dinas SDA dan dinas Pertanian. Hal lain yang perlu mendapat perhatian oleh Bappeda adalah bagaimana mengkoordinasi kegiatan TPM/KTPM sehingga penempatan mereka serta input pekerjaan mereka sesuai dengan kebutuhan Dinas SDA dan Dinas Pertanian setempat.

2.5.9. Melanjutkan Penyusunan Profil Kelembagaan

Daerah-Daerah Peserta PISP (Provinsi, Kabupaten)

Untuk daerah yang belum menyelesaikan penyusunan profil kelembagaan mereka atau belum menyerahkan ke Bangda, mada daerah tersebut wajib menyelesaikannya awal tahun 2011. Tenaga ahli Institutional Specialist daerah akan membantu mengedit dan finalisasi laporan profil kelembagaan. Dalam profil kelembagaan, status perkembangan dinas-dinas penanggung jawab irigasi


(22)

Halaman | 22

maupun kemajuan PISP beserta data terbaru tentang kondisi sosial-ekonomi daerah akan dievaluasi yang mencakup berbagai macam aspek.

2.5.10. Penyelesaian

Pengumpulan Data Berdasarkan Jender

tentang Personil di lingkungan Institusi pelaksana

PISP dan Irigasi sebagai bahan penyusunan Laporan

Penyelesaian Proyek (PCR)

Sebagai bagian dari kegiatan dokumentasi dan penilaian peran kaum perempuan dalam pelaksanaan proyek PISP untuk kemudian dimuat pada Laporan Tahunan 2010 dan Laporan Penyelesaian Proyek (PCR), Konsultan PISP-2 tetap terus melakukan pengumpulan dan tabulasi data menurut jender terkait partisipasi dan peran kaum perempuan di sejumlah institusi pelaksana proyek maupun P3A dan GP3A. Institusi dimaksud termasuk (a) PPCMO dan KPCMO PISP, (b) PPIU dan KPIU Bappeda, Dinas SDA dan Dinas Pertanian, (c) Komir dan (d) TPM/KTPM dan (e) P3A dan GP3A.

Untuk memfasilitasi kegiatan ini, arahan teknis, pedoman wawancara dan kuesioner sederhana perlu dirumuskan untuk selanjutnya disosialisasikan berdama konsultan PISP daerah selama triwulan terakhir 2010. Terkait data tentang partisipasi kaum perempuan sebagai pengurus P3A dan GP3A hendaknya terus dicari untuk memastikan peran dan jabatan yang mereka sandang di organisasi tersebut.

2.5.11.Melanjutkan Upaya-Upaya Tenaga Ahli Institutional

Planning Specialist Membantu Kegiatan RP2I di

Daerah

Kegiatan utama dari ke 6 tenaga ahli Institutional Planning Specialist yang dimobilisasi bulan Januari 2010 adalah pemberian bantuan teknis dalam perencanaan dan operasionalisasi konsep RP2I termasuk pelatihan staff dinas daerah. Meskipun tanggung jawab penetapan TOR dan ruang lingkup tugas


(23)

Halaman | 23

tenaga ahli RP2I Specialist berada di tangan Dinas SDA, dibantu Konsultan PISP-1 tetapi masih dibutuhkan kerjasama erat antara Bangda, NPCMO dan Ditjen SDA dan terutama sekali antar Bappeda dan Dinas SDA. Proses ini membutuhkan dukungan dan bantuan teknis dari Konsultan PISP-1 dan PISP-2 di daerah untuk memastikan bahwa kegiatan fasilitasi RP2I benar-benar dilaksanakan secara tepat waktu dan terpadu.


(24)

Halaman | 24

BAB 3

PROGRAM WATER RESOURCES AND IRRIGATION

SEKTOR MANAGEMENT PROGRAM (WISMP)

3.1. Pendahuluan

Program WISMP (Water Resources and Irrigation Sector Managament

Program) merupakan salah satu program yang dikembangkan dalam mewujudkan reformasi kebijakan pengelolaan irigasi. Program WISMP mengandung inspirasi dan semangat konsolidasi sektor sumberdaya air dan irigasi yang sudah didesentralisasi, serta Kelembagaan Pengelolaan Irigasi di tingkat masyarakat yang sudah dibentuk dalam rangka reformasi. Desentralisasi ya g e jadi roh progra WI“MP e ga du g pe gertia ke a diria daerah dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pengelolaan sumber daya air dan irigasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka program WISMP 1 dilaksanakan melalui penyelenggaraan proses penguatan kapasitas kelembagaan baik di tingkat pemerintahan daerah maupun masyarakat petani pemakai air dalam meningkatkan kinerja pengaturan dan perencanaan sektor sumber daya air dan irigasi, serta kemampuan manajemen dan pendanaan dari instansi-instansi pemerintah terkait dan masyarakat petani pemakai air di tingkat daerah irigasi dalam menjaga keberlanjutan kebijakan sektor sumber daya air dan irigasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistim Irigasi Partisipatif.


(25)

Halaman | 25

Perencanaan program WISMP-1 diterapkan dalam AWP selama 5 tahun anggaran yang berlangsung dari 2006 -2010 yang pelaksanaan kegiatannya dalam dua program, yang pertama untuk Pusat (NPIU Ditjen Bangda Kementerian Dalam Negeri) dan kedua untuk Daerah (Bappeda Provinsi dan Kabupaten) yang terfokus pada Peningkatan Kemampuan Pemerintahan dan P3A, Peningkatan Kemampuan SKPD terkait dengan Pengairan dan Pengelolaan Proyek.

Tabel 3.1. Lokasi Proyek WISMP

No. Provinsi (13) Kabupaten (99)

1. Prov. NAD Kab. Pidie; Kab. Bireun; Kab. Aceh Barat Daya; Kab. Pidie jaya.

2. Prov. Sumatera Utara

Kab. Simalungun; Kab. Deli Sedang; Kab. Serdang Baedagi; Kab. Humbang Hasundutan.

3. Prov. Sumatera Barat

Kab. Tanah Datar; Kab. Solok; Kab. Solok Selatan; Kab. Lima Puluh kota; Kab. Padang Pariaman; Kab. Pesisir Selatan; Kab. Pasaman; Kab. Agam; Kab. Kotamadya Padang. 4. Prov. Sumatera

Selatan

Kab. OKU Timur; Kab. Musi Rawas; Kab. OKU Selatan; kab. Lahat.

5. Prov. Lampung Kab. Lampung Utara; Kab. Tulang Bawang.

6. Prov. Jawa Barat Kab. Cianjur; Kab. Bogor; Kab. Karawang; Kab. Sukabumi; Kab. Bekasi; Kab. Purwakarta; Kab. Subang; Kab. Bandung; Kab. Bandung Barat.

7. Prov. Jawa Tengah Kab. Semarang; Kab. Magelang; Kab. Pati; Kab. Grobogan; Kab. Klaten; Kab. Blora; Kab. Sukoharjo; Kab. Sragen; Kab. Rembang; Kab. Jepara; Kab. Kudus; Kab. Demak; Kab. Boyolali; Kab. Temanggung; Kab. Kendal; Kab Wonogiri; Kab. Karanganyar; Kab. Pubalingga.

8. Prov. D.I. Yogyakarta

Kab. Kulon Progo; Kab. Bantul; Kab. Sleman; Kab. Gunung Kidul.

9. Prov. Jawa Timur Kab. Bangkalan; Kab. Pasuruan; Kab. Banyuwangi; Kab. Kediri; Kab. Mojokerto; Kab. Nganjuk; Kab. Probolinggo; Kab. Jombang; Kab. Sidoarjo; Kab. Jember; Kab.

Bondowoso; Kab. Situbondo; Kab. Sumenep; Kab. Sampang; Kab. Pamekasan.

10. Prov. Sulawesi Selatan

Kab. Wajo; Kab. Sidrap; kab. Enrekang; Kab. Pinrang; Kab. Luwu Utara; Kab. Luwu; Kab. Jeneponto; Kab. Barru; Kab. Gowa; Kab. Pangkep.; Kab. Soppeng; Kab. Takalar; Kab. Bantaeng; kab. Luwu Timur.


(26)

Halaman | 26 11. Prov. Sulawesi

Tengah

Kab. Donggala; Kab Toli-Toli; Kab. Parigi Moutong; Kab. Banggai; Kab. Yojo Una-una; kab. Buol; Kab. Morowali; Kab. Poso.

12. Prov. Sulawesi Barat Kab. Mamuju; Kab. Polewali Mandar. Kab. Manuju Utara; Kab. Majene.

13. Prov. NTT Kab. Manggarai; Kab. Manggarai Barat; Kab. Sumba Timur; Kab. Manggarai Timur.

3.2.

Maksud, Tujuan, dan Sasaran

Program WISMP 1 dimaksudkan untuk membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam rangka pemantapan dan pencapaian tujuan program reformasi kebijakan pengelolaan sektor sumber daya air dan irigasi secara lebih komprehensif, serta pengembangan program peningkatan kemampuan daya dukung kelembagaan yang dibutuhkan untuk memperkuat kelanjutan kerangka kelembagaan WATSAL.

Tujuan program WISMP 1 secara umum adalah agar dapat memulai proses peningkatan kemampuan mencakup:

1. Memperbaiki pemerintahan, penyempurnaan sistem pengaturan,

pengelolaan kelembagaan, keberlanjutan fiskal, perencanaan dan kinerja dalam pengelolaan sumber daya air dan irigasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

2. Fasilitasi untuk meningkatkan produktivitas fisik dan ekonomi pertanian beririgasi; dan

3. Mengembangkan proyek APL tahap 2. Rencana pelaksanaan proyek untuk WISMP APL 1 adalah hanya untuk mencapai dua tujuan umum yang pertama

Sedangkan tujuan khusus program pengelolaan irigasi partisipatif meliputi: 1. Program peningkatan kemampuan pengaturan pengelolaan jaringan irigasi

agar perkumpulan petani pemakai air berpartisipasi dalam pengelolaan irigasi sesuai dengan kemampuannya;


(27)

Halaman | 27

2. Proses peningkatan kemampuan untuk meningkatkan partisipasi lembaga pengelola irigasi dan meningkatkan kinerja pengelolaannya;

3. Keberlanjutan fiskal dalam pendanaan irigasi, dan

4. Peningkatan kemampuan untuk program pertanian beririgasi.

Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan pengelolaan irigasi secara demokratis dan partisipatif baik di tingkat Pusat maupun Daerah, termasuk di tingkat masyarakat petani pemakai air dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan dan Pengelolaan Sistim Irigasi Partisipatif (PPSIP) secara berkelanjutan.

3.3. Pendanaan Program Water Resources and Irrigation

Sektor Management Program (WISMP)

Anggaran dana dalam pelaksanaan program WISMP-1 dilaksanakan selama 5 tahun, dimulai sejak tahun 2006 dan berakhir di tahun 2010 yang bersumber dari PHLN (Peminjaman Hibah Luar Negeri). Alokasi dana untuk program keseluruhan kegiatan WISMP-1 mencapai sebesar USD 84 juta (Loan dan Grant) atau sebesar Rp. 714.000.000.000,- (1 USD setara dengan Rp. 8500). Besaran anggaran yang bersumber loan/grant tersebut dalam program kegiatan WISMP-1 untuk NPIU Bangda beserta PPMU/PPIU Bappeda Kabupaten yang mencapai sebesar Rp. 197.698.377.100,- dengan dialokasikan kepada daerah sebesar Rp. 145.138.471.100,- sedangkan untuk pusat sebesar Rp. 52.559.906.000,- selama 5 tahun masa kegiatan, besaran jumlah anggaran tersebut digunakan untuk peningkatan irigasi partisipatif dan pengelolaan proyek yang besaran anggaran masing-masing mencapai Rp. 95.489.424.500,-.

Sumber dana dalam pelaksanaan program WISMP-1 tidak hanya berasal dari PHLN, tetapi juga bersumber dari GoI (Goverment of Indonesia) baik dari pusat


(28)

Halaman | 28

ataupun daerah sebesar Rp. 48.040.125.399,- yang ditujukan untuk NPIU Bangda dan Satker Bappeda (Provinsi dan Kabupaten) selama 5 tahun masa kegiatan (2006-2010), dengan alokasi dana yang diberikan kepada pusat sebesar Rp. 10.271.432.000 atau sebesar 21.38 %, dan kepada daerah sebesar Rp 37.768.693.399 atau sebesar 78.62 %.

Bila dilihat secara keseluruhan besar anggaran dalam kegiatan program WISMP-1 yang bersumber dari GoI mencapai 24.3 % atau lebih besar dari ketentuan porsi pembiayaan antara GoI dan Loan yang masing-masing sebesar 20 % (GoI) dan 80 % (Loan). Berdasarkan pada Pelaksanaan Program khususnya yang dikelola oleh NPIU Ditjen Bina Bangda, PPMU/PPIU Bappeda provinsi dan KPMU/KPIU Bapeda Kabupaten selama 5 tahun (2006-2010) menunjukan indikasi yang positif terlihat dari penyerapan kegiatan dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan yang cukup nyata.

3.4. Hasil Yang Dicapai

3.4.1.

Kemajuan Redefinisi Tugas Kelembagaan Pengelolaan

Irigasi

Target WISMP 1 terkait dengan ditetapkannya redefinisi tugas KPI oleh pemerintah daerah adalah terbentuknya 112 produk dari 13 provinsi dan 99 kabupaten/kota. Berkaitan dengan hal tersebut, maka capaian dokumen daerah terkait dengan redefinisi tugas, wewenang, dan tanggungjawab KPI dapat dilihat dari Perda tentang Satuan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK), SK Gubernur/Bupati tentang SPTK, dan SK Gubenrur/Bupati tentang Redefinisi Tugas KPI.

Selama pelaksanaan kegiatan prorgam WISMP 1 sudah tercapai 100% terhadap target terakhir terkait dengan penetapan Perda tentang SOTK atau sudah 13 provinsi yang menetapkan Perda tersebut, sedangkan pada tingkat kabupaten


(29)

Halaman | 29

tercapai sebesar 98% atau sudah 97 kabupaten yang menetapkan Perda tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Perkembangan Perda SOTK Tingkat Provinsi Program WISMP 1 (2006-2010)

Gambar 3.2. Perkembangan Perda SOTK Tingkat Kabupaten Program WISMP 1 (2006-2010)

3.4.2.

Kemajuan Pemberdayaan Organisasi P3A/GP3A/IP3A

Pemberdayaan organisasi P3A/GP3A/IP3A dalam pengelolaan irigasi sekurang-kurangnya mengandung 2 (dua) hal pokok sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14

0 2

10

1 0

13 11

13

Provinsi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2006 2007 2008 2009 2010 Total Target Original

Target Terakhir 0

16

77

4

0

97

70


(30)

Halaman | 30

(1) Penguatan dalam organisasi yang dilakukan secara demokratis hingga memiliki status hukum jelas atau berbadan hukum sesuai kebutuhannya dan mempunyai hak dan tanggung jawab atas pengelolaan irigasi diwilayahnya.

(2) Memfasilitasi organisasi, mengembangkan kemampuan sendiri dibidang

teknis, keuangan, manajerial, administrasi dan organisasi agar dapat mengelola daerah irigasi secara mandiri dan berkelanjutan dalam proses dinamis dan bertanggung jawab.

Target yang diharapkan secara nasional meliputi pembentukan P3A sebanyak 11.500 unit, pembentukan GP3A sebanyak 1.150 unit,dan legalisasi badan hukum GP3A sebanyak 1.500 unit (1.150 unit dari WISMP 1 dan 350 unit dari program sebelumnya baik JIWMP maupun IWIRIP). Capaian kinerja pemberdayaan organisasi P3A/GP3A/IP3A dalam pelaksanaan program WISMP 1 (2006-2010) dijelaskan sebagai berikut.

Sejalan dengan hal tersebut, kemudian Gubernur dan Bupati menetapkan Keputusan Daerah terkait dengan Satuan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) di setiap daerahnya. Status kemajuan perkembangan penetapan Keputusan Gubernur dan Bupati tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3. sebagai berikut.

Gambar 3.3. Perkembangan SK Gubernur Tentang SOTK Provinsi Program WISMP 1 (2006-2010)

0 2 4 6 8 10 12 14

0 1

6 2

0 9

11 13


(31)

Halaman | 31

Pada gambar tersebut di atas terlihat bahwa kinerja penetapan SK Gubernur tentang SOTK baru tercapai sebesar 69.2% terhadap target terakhir (13 provinsi) atau sebesar 81.8% terhadap target original (11 provinsi). Sedangkan pada tingkat kabupaten kinerjanya menunjukkan capaian sebesar 88.9% terhadap target terakhir (99 kabupaten) atau sebesar 125.6% terhadap target original (70 kabupaten), sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3.4. sebagai berikut.

Gambar 3.4. Perkembangan SK Bupati Tentang SOTK Kabupaten Program WISMP 1 (2006-2010)

Pengaturan SOTK tersebut dilanjutkan dalam bidang pengelolaan irigasi melalui penetapan SK Gubernur dan SK Bupati terkait dengan Redefinisi Tugas KPI. Pemerintah Provinsi partisipan program WISMP 1, melalui Satuan Kerja Pengembangan Peningkatan Kelembagaan Sumber Daya Air umumnya telah membentuk Tim untuk melaksanakan penyusunan SK Gubernur tentang Redefinisi Tugas KPI melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Pengkajian ulang tugas pokok dan fungsi SKPD yang termasuk dalam kelembagaan pengelolaan irigasi;

b. Menyusun draft Rancangan Peraturan Gubernur tentang Wewenang,

Tugas, dan Tanggung Jawab Kelembagaan Pengelolaan Irigasi Provinsi Jawa Timur;

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2006 2007 2008 2009 2010 Total Target Original

Target Terakhir

0 4

64

18

2

88

70


(32)

Halaman | 32

c. Melaksanakan konsultasi publik tentang draft Rancangan Peraturan

Gubernur tentang Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab KPI untuk mendapatkan masukan dan menjaring inspirasi dari para pihak/stakeholder irigasi guna menyempurnakan draft tersebut;

d. Revisi draft Rancangan Peraturan Gubernur berdasarkan hasil konsultasi publik;

e. Mengirimkan draft Rancangan Peraturan Gubernur kepada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi untuk diproses lebih lanjut guna ditetapkan; dan

f. Mensosialisasikan Peraturan Gubernur tentang Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab KPI Provinsi Jawa Timur yang telah diundangkan.

Capaian pembentukan SK Gubernur tentang Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Kelembagaan Pengelolaan Irigasi yang telah ditetapkan di provinsi baru sebesar 46.2% terhadap target terakhir (13 provinsi) atau sebesar 54.5% terhadap target original (11 provinsi), sebagaimana disajikan pada Gambar 3.5. sebagai berikut.

0 2 4 6 8 10 12 14

0

2

0

3

1

6

11

13


(33)

Halaman | 33 Gambar 3.5. Perkembangan SK Gubernur Tentang Redefinisi Tugas KPI Provinsi

Program WISMP 1 (2006-2010)

Sedangkan pada tingkat kabupaten kinerjanya menunjukkan capaian sebesar 19.2% terhadap target terakhir (99 kabupaten) atau sebesar 27.2% terhadap target original (70 kabupaten), sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3.6. sebagai berikut.

Gambar 3.6. Perkembangan SK Bupati Tentang Redefinisi Tugas KPI Kabupaten Program WISMP 1 (2006-2010)

3.4.3.

Pembentukan P3A

Pembentukan organisasi P3A adalah upaya yang dilakukan oleh petani pemakai air di tingkat tersier untuk membentuk wadah petani yang secara demokratis dalam rangka PPSIP di wilayah kerjanya. Secara umum tujuan pembentukan P3A adalah sebagai berikut:

(1) Menyelenggarakan PPSIP pada jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Peningkatan kemampuan untuk berperan serta dalam PPSIP pada jaringan primer dan sekunder.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2006 2007 2008 2009 2010 Total Target Original

Target Terakhir

0 0

6 11

2

19

70


(34)

Halaman | 34

(3) Menampung masalah dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok tanam.

(4) Sebagai wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, curah pendapat serta membuat keputusan-keputusan guna memecahkan permasalahan yang dihadapi petani.

(5) Memberi pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi

kebutuhan air irigasi untuk usaha pertaniannya.

(6) Menjadi wakil petani dalam melakukan kerjasama dengan pihak luar termasuk pemerintah daerah atau lembaga lain yang berhubungan dengan kepentingan petani.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran proses pembentukan organisasi P3A/GP3A/IP3A selama program WISMP 1 sudah tercapai kemajuan dengan indikasi perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat antara lain dari indikasi pembentukan untuk organisasi P3A secara total (13 provinsi dan 99 kabupaten) mencapai kinerja sebesar 82.9% atau sudah terbentuk sebanyak 9.533 unit P3A dari target 11.500 unit P3A.

Sebaran pembentukan tersebut menunjukkan indikasi capaian tertinggi terdapat di provinsi DI Yogyakarta (203.2%) dan terendah di provinsi Sumatera Selatan (40.3%). Status perkembangan kemajuan pembentukan P3A tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut.


(35)

Halaman | 35

Tabel 3.1. Status Kemajuan Pembentukan Organisasi P3A Unit Program WISMP 1 (2006 -2010)

No. Provinsi Target Kemajuan Persentase (%)

1. Aceh 364 465 127.7

2. Sumatera Utara 617 370 60

3. Sumatera Barat 300 279 93

4. Sumatera Selatan 814 328 40.3

5. Lampung 457 207 45.3

6. Jawa Barat 1.313 1.359 103.5

7. Jawa Tengah 2.159 1.686 78.1

8. DI Yogyakarta 342 695 203.2

9. Jawa Timur 2.455 2.193 89.3

10. Sulawesi Selatan 1.786 1.024 57.3

11. Sulawesi Tengah 440 463 105.2

12. Sulawesi Barat 196 213 108.7

13. Nusa Tenggara Timur 257 251 97.7

Jumlah 11.500 9.533 82.9

3.5.

Permasalahan, Rekomendasi, dan usulan Program

WISMP 2

3.5.1. Permasalahan

Inventarisasi permasalahan yang ditemukan selama ini pada aspek implementasi kegiatan adalah sebagai berikut:

(1) Banyak Peraturan dan Panduan dari Pusat yang terlambat/belum diterima

oleh daerah sehingga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

(2) Kegiatan atau undangan dari Pusat (NPIU Bangda dan NPMU) dilakukan secara beruntun pada waktu yang berurutan, sehingga membuat daerah kesulitan mengatur jadwalnya.

(3) Sering terjadi rolling jabatan di daerah yang berdampak pada pergantian personil yang menangani WISMP.

(4) Kurang tersedianya sarana penunjang operasional lapangan berupa


(36)

Halaman | 36

(5) Kesulitan mendapatkan realisasi keuangan di tingkat Satuan Kerja (Satker). (6) SK Satker tidak bisa ditetapkan disebabkan keterlambatan DIPA

(7) Kurangnya koordinasi antara instansi pengelola program WISMP

(Bappeda, PU dan Pertanian) terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

(8) Terbatasnya jumlah dan kemampuan sumber daya manusia yang

menangani Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) di daerah

(9) Penyusunan program kerja KOMIR dan pertemuan rutin/berkala oleh

KOMIR belum terlaksana di beberapa kabupaten. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: (i) Pembentukan KOMIR belum mengkuti peraturan yang ada; (2) Belum terbentuk dan beroperasinya sekretariat Komir; (3) Tidak tersedianya dana operasional.

(10) Masih minimnya penerbitan Perda tentang Irigasi baik di Provinsi maupun kabupaten dikarenakan: (1) Besarnya pendanaan yang dibutuhkan dalam rangka penetapan Perda; dan (2) Penetapan Perda tentang Irigasi seringkali menunggu penetapan Perda terkait lainnya.

(11) Belum optimalnya koordinasi dan sistem pelaporan antara PPMU

(provinsi) dengan KPMU (kabupaten) sehingga mengakibatkan kurangnya informasi perkembangan kegiatan di kabupaten.

(12) Kemajuan pengesahan Profil KPI Provinsi oleh gubernur masih rendah, disebabkan adanya proses administrasi birokrasi yang harus dilewati untuk bisa di tandatangani oleh gubernur.

(13) Progress Penyusunan Success Story WISMP 1 belum semua Provinsi bisa menyusunnya, disebabkan masih rendahnya pemahaman tentang substansi dalam penulisan success story, dan metode dalam penulisan itu sendiri.

(14) Adanya perbedaan data kemajuan kegiatan WISMP 1 yang disampaikan melalui laporan QPR maupun laporan pertengahan tahun (SACPR) oleh


(37)

Halaman | 37

konsultan IDPIM dan IMRI seperti data jumlah Perda, Komir, daerah irigasi, Jumlah P3A/GP3A/IP3A dan lain sebagainya.

(15) Masalah yang terjadi dalam implementasi aplikasi PMIS adalah masih banyaknya kekurangan data di tingkat organisasi P3A/GP3A/IP3A dari aspek iuran dan pelatihan, sedangkan untuk kegiatan di tingkat Bappeda ketidaktersediaan data data adalah dari aspek realisasi keuangan untuk kegiatan di Tahun Anggaran 2006 dan 2007, hal ini disebabkan karena mobilisasi konsultan baru dilaksanakan pada akhir tahun 2008 sehingga sangat sulit untuk mendapatkan data realisasi keuangan tersebut.

(16) Pelaksanaan kegiatan pada tahun 2010 sangat terlambat, ini seiring dengan belum terbitnya DIPA 2010. sehingga pencairan anggaran Loan/Grant masih 0% (belum ada realisasi).

(17) Pencairan anggaran dari APBD (Paralel Financing) sampai dengan Bulan September 2010 baru sekitar 15%, atau Rp 1,6 milyar dari yang teralokasi dalam AWP sebesar Rp 10,4 milyar. Ini dikarenakan daerah masih menunggu terkait dengan terbitnya DIPA 2010 (Loan/Grant) dari Bangda. (18) Daerah juga ada yang meragukan apakah DIPA 2010 akan terbit atau tidak,

karena DPRD sering menanyakan. Jika memang DIPA 2010 tidak terbit ada beberapa daerah akan mengalokasikan APBD-nya (paralel financing) ke

pos ya g lai ya g le ih e utuhka .

3.5.2. Rekomendasi

Rekomendasi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program WISMP 1 dapat diupayakan melalui beberapa hal adalah sebagai berikut:

(1) Telah diupayakan revisi buku panduan pelaksanaan kegiatan baik untuk kegiatan PSETK maupun program pendampingan dan dilakukan perbanyakan untuk dibagikan kepada sleuruh daerah program partisipan.


(38)

Halaman | 38

(2) Perlu adanya sinkronisasi jadual pelaksanaan kegiatan di Pusat dengan rencana pelaksanaan kegiatan di Daerah.

(3) Perlu adanya himbauan dari Pusat agar tidak terjadi pergantian posisi jabatan terlalu cepat, atau diupayakan priode transisi dimana pejabat lama masih dilibatkan untuk mentransfer pengetahuan dan kemampuannya kepada petugas yang baru.

(4) Diupayakan adanya penambahan kendaraan bermotor untuk program

selanjutnya sesuai dengan penilaian kebutuhan yang tepat.

(5) Adanya surat edran untuk percepatan pelaoran kemajuan kegiatan dan realisasi keuangan.

(6) Perlu komunikasi yang lebih intensif dalam penetapan SK Satker dengan pejabat di tingkat Pusat terkait dengan penerbitan DIPA.

(7) Perlu upaya pengembangan program fasilitasi koordinasi melalui

peningkatan rapat pertemuan teknis diantara satker yang terkait.

(8) Diupayakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparatur

pelaksana yang didukung pule oleh tenaga pendukung sekerteariat yang handal.

(9) Perlu revitalisasi pengembangan Komisi Irigasi sesuai dengan peraturan perundanga nyang berlaku, yang didukung oleh tenaga sekretariat secara lebih tepat dan anggaran pendanaan dari sumber APBD setempat.

(10) Upaya percepatan pembentukan Perda Irigasi melalui surat edaran dari Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, dan fasilitasi konsep secara tepat dari konsultan (IDPIM maupun IMRI) untuk menunjang kegiatan tersebut.

(11) Perlu pengembangan system pelaporan yang efektif dari setiap pelaksana kegiatan sehingga memudahlan Bapeda sebagai unit pengelola dalam melakukan koordinasi perencanaan.


(39)

Halaman | 39

(12) Untuk mempercepat penyelesaian pengesahan profil KPI provinsi oleh gubernur segera dikeluarkan surat oleh NPIU Bangda untuk mendukung kelancaran pengesahannya.

(13) Memberikan penegasan kembali kepada daerah bahwa Profil KPI

merupakan produk daerah perlu pengesahan Kepala Daerah sehingga dapat dijadikan sumber acuan yang syah bagi keperluan perencanaan pembangunan.

(14) Untuk mempercepat Penyusunan success story WISMP 1 dilakukan melalui

fasilitasi pertemuan antara konsultan IDPIM dengan berbagai pemangkju kepentingan baik di Pusat maupun Daerah.

(15) Untuk mendapatkan atau menyamakan data collecting yang dilakukan oleh

konsultan IDPIM dan IMRI akan dilakukan pertemuan konsultan di regional masing-masing maupun di pusat dalam rangka sinkronisasi data, selanjutnya data tersebut akan di gunakan oleh PPMU/KPMU dalam pelaporan nantinya.

(16) Untuk mengatasi kekurangan data seperti yang disebutkan diatas, maka konsultan akan memaksimalkan fungsi asisten teknis untuk mencari data sampai ke tingkat organisasi P3A/GP3A/IP3A dengan bekerjasama dengan Tenaga Pendamping Masyarakat (KTPM/TPM) yang bertugas di daerah irigasi yang bersangkutan.

(17) Program WISMP 2 perlu dibentuk semacam Sekretariat Pengolahan Data dan Informasi WISMP yang berfungsi khusus untuk melakukan pengolahan data (pemasukan/pemutakhiran data) kedalam sistem informasi yang ada. Hal ini diupayakan untuk memperkuat peran Bappeda dalam hal koordinasi, sinkronisasi, serta konsolidasi data terkait peran Bappeda sebagai Project Manajemen Unit.

(18) DIPA pada tahun mendatang sebaiknya tepat waktu terbitnya, sehingga tidak menghambat pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di daerah.


(40)

Halaman | 40

(19) Perlu dorongan dari NPIU Bangda (melalui surat atau pertemuan

pertemuan) untuk dapat melaksanakan kegiatan yang sumber dananya dari APBD (paralel financing) yang sudah tertuang dalam AWP dan tidak perlu menunggu DIPA yang terlambat terbit.

(20) Perlunya surat dari Ditjen Bina Bangda secara berkelanjutan yang dikirim ke daerah terkait terlambatnya DIPA. Ini diperlukan daerah sebagai informasi terkini sehingga daerah tidak selalu bertanya tanya bagaimana dari kelanjutan atau berita terkait DIPA yang terlambat.

3.5.3. Usulan Program WISMP 2 Komponen B1 Penguatan

Kelembagaan Pengelolaan Irigasi Partisipatif (NPIU Bangda

dan PPMU/PPIU, KPMU/KPIU Bappeda)

Berdasarkan pengalaman pembelajaran program WISMP 1, maka NPIU Ditjen Bina Bangda mengusulkan pengembangann program 15 kegiatan baru baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yaitu sebagai berikut:

(1) Usulan Program pada NPIU Ditjen Bina Bangda, meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Jambore PPSIP, indikator keberhasilannya adalah adanya tukar

pengalaman pembelajaran keberhasilan PPSIP dan penguatan KPI. b. Penyusunan modul pelatihan KPI dalam rangka pelaksanaan program

PPSIP (metode dan syllabus), indikator keberhasilannya adalah tersedianya modul pelatihan KPI (metode dan syllabus).

c. Pengembangan Pusat Pengolahan Data dan Informasi KPI, indikator keberhasilannya adalah tersedianya data dan informasi program PPSIP dan KPI yang berkelanjutan.

d. Penyusunan penetapan konsep pedoman evaluasi kinerja Komir,

indikator keberhasilannya adalah adanya pedoman evaluasi kinerja Komis di Daerah


(41)

Halaman | 41

e. TOT PSETK, indikator keberhasilannya adalah tersedianya tenaga pelatih PSETK di Prov. dan Kab.

f. Monitoring dan evaluasi penyusunan PSETK, indikator keberhasilannya adalah peningkatan pemanfaatan PSETK dalam perencanaan dan pembangunan DI.

(2) Usulan Program pada NPIU Ditjen Bina Bangda, meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Tindak Lanjut Perda melalui Penyusunan Renstra PPSIP/RP2I dan

Penguatan KPI, indikator keberhasilannya adalah adanya sinkronisasi Renstra PPSIP/RP2I dan Penguatan KPI dengan Perda Irigasi

b. Rapat koordinasi rutin dan berkala program penguatan KPI, indikator keberhasilannya adalah terselenggaranya rapat rutin dan berkala

c. Lokakarya kinerja KPI, indikator keberhasilannya adalah

terselenggaranya lokakarya di tingkat provinsi dan Adanya proses tukar informasi kinerja KPI antar kabupaten.

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja KPI, indikator

keberhasilannya adalah peningkatan kinerja KPI

e. Pengembangan Pusat Pengolahan Data dan Informasi KPI, indikator keberhasilannya adalah tersedianya data dan informasi program PPSIP dan KPI yang berkelanjutan

f. Penyusunan penetapan konsep pedoman evaluasi kinerja Komir, Adanya

pedoman evaluasi kinerja Komisi di Daerah

g. Pelatihan Peningakan Kemampuan dan Kinerja Komir, indikator

keberhasilannya adalah adanya peningkatan kemampuan penyusunan dan pelaksaaan program kerja Komir

h. Sinkronisasi program pendampingan dengan Fasilitasi pembinaan dan penguatan KPL, indikator keberhasilannya adalah terintegrasinya


(42)

Halaman | 42

program pendampingan oleh TPM/KTPM dengan KPL dan Terlaksananya program pendampingan berbasis KPL

i. Sosialisasi pemanfaatan dokumen PSETK, indikator keberhasilannya adalah telah digunakannya dokumen PSETK sebagai rujukan dalam Musrenbang, termasuk dalam design dan rehabilitasi jaringan irigasi serta pertanian beririgasi

j. Monitoring dan evaluasi penyusunan PSETK, indikator keberhasilannya adalah peningkatan pemanfaatan PSETK dalam perencanaan dan pembangunan Daerah Irigasi (DI).


(43)

Halaman | 43

BAB 4

PROGRAM NUSA TENGGARA BARAT

WATER

RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM (NTB – WRMP)

4.1. Latar Belakang

Nusa Tenggara Barat Water Resources Managament Program (NTB – WRMP) Grant TF - 055997 dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkonsolidasikan sektor Sumber Daya Air dan irigasi yang sudah didesentralisasi, serta lembaga pengelola irigasi di tingkat masyarakat yang sudah dibentuk dalam rangka reformasi pengelolaan sumber daya air. Program ini akan dilaksanakan melalui penyelenggaraan proses penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mencapai peningkatan kinerja pengaturan dan perencanaan sektor sumber daya air dan irigasi, serta untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan pendanaan dari masyarakat petani pemakai air dan instansi - instansi pemerintah terkait dalam menjaga keberlanjutan sektor sumber daya air dan irigasi.

Secara umum, Program NTB – WRMP telah mengadopsi kebijakan sumber daya

air yang terbaru (Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air) dan pada saat implementasinya telah mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 20 Tentang Irigasi, beserta rancangan produk turunannya. Dalam konteks tersebut, kegiatan program NTB – WRMP yang sudah disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sudah sesuai dengan kebijakan terbaru dan siap dilaksanakan di seluruh lokasi kegiatan program sejak tahun 2006.

Program NTB – WRMP dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan tersebar di 7 (tujuh) Kabupaten yaitu : Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok


(44)

Halaman | 44

Timur, Dompu, Bima, Sumbawa dan Sumbawa Barat, diselenggarakan selama 5 tahun (2006 – 2010), dengan garis besar uraian program yaitu membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan program

peningkatan kemampuan untuk memperkuat keberlanjutan program

Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP).

Salah satu komponen kegiatan program NTB – WRMP terkait dengan aspek kelembagaan (masyarakat petani dan pemerintah daerah) berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri. Sesuai ketetapan pembagian peran (role sharing) Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif pada bulan Juni 2008, peran dari Ditjen Bangda Kementerian Dalam Negeri mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Aspek regulasi (peraturan daerah) bidang irigasi

2. Fasilitasi pedoman dan standar pelaksanaan pemerintahan di bidang irigasi.

3. Aspek penguatan kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat.

4. Koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan bidang irigasi.

5. Fasilitasi perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan

evaluasi kelembagaan irigasi.

6. Pendidikan dan pelatihan kelembagaan irigasi.

7. Fasilitasi pemberdayaan melalui Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM)

4.2. Maksud dan Tujuan Program NTB – WRMP (Tahun 2009)

Maksud pelaksanaan kegiatan program NTB – WRMP adalah menyelaraskan, memantapkan dan mencapai tujuan program reformasi kebijakan sektor sumber daya air dan irigasi secara lebih komprehensif.

Tujuan program NTB – WRMP secara umum sebagaimana tertuang dalam Project

Management Manual (PMM) secara umum adalah untuk memulai proses peningkatan kemampuan pada provinsi dan 7 kabupaten yang mencakup:


(45)

Halaman | 45

 Menyempurnakan sistem pengaturan, pengelolaan lembaga, perencanaan

dan kinerja dalam pengelolaan sumber daya air dan irigasi sesuai kebijakan yang dituangkan dalam Undang – Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang – Undang No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, Undang – Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, Undang – Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dan

Peraturan Presiden No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

 Fasilitasi untuk peningkatan produktivitas fisik dan ekonomi pertanian beririgasi.

Sedangkan tujuan khusus program untuk pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, meliputi :

(i) Proses peningkatan kemampuan pengaturan dan perencanaan Sumber

Daya Air Wilayah Sungai

(ii) Proses peningkatan kemampuan untuk kinerja lembaga pengelola

wilayah sungai yang lebih baik

(iii) Pengelolaan dan Pelaksanaan RIM di wilayah sungai. (iv) Program konservasi sumber daya air.

Tujuan khusus program untukpenguatan pengelolaan irigasi partisipatif yang lebih baik, meliputi :

(i) Program peningkatan kemampuan pengaturan dan P3A

(ii) Proses peningkatan kemampuan untuk lembaga pengelola irigasi Kabupaten

(iii) Pengelolaan & pelaksanaan sub proyek A–1, A–2, B–1, dan B–2. (iv) Peningkatan kemampuan untuk program pertanian beririgasi.


(46)

Halaman | 46

Pelaksanaan Program NTB – WRMP dibagi menjadi 3 (tiga) komponen : Komponen A : Pengelolaan SDA Wilayah Sungai

A.1. Sektor Pengaturan dan Perencanaan

A.2. Peningkatan Lembaga Pengelola Wil.Sungai A.3. Pengelolaan Wilayah Sungai dan RIM

A.4. Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Wilayah Sungai A.5. Studi Khusus (Konservasi)

Komponen B : Penguatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif B.1.Peningkatan Tata Pemerintahan dan P3A

B.2.Peningkatan Kapasitas Instansi Kabupaten B.3.Pengelolaan Pembiayaan Irigasi / DPI B.4.Peningkatan Pertanian Beririgasi

Komponen C : Pengelolaan Proyek dan Bantuan Teknis

Berkaitan dengan peran dan kewenangan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan program NTB – WRMP adalah sebagai berikut :

(1) Meningkatkan kemampuan kelembagaan pengelola irigasi baik di

tingkat Pemerintah maupun masyarakat petani pemakai air.

(2) Terwujudnya pemahaman tentang program penguatan dan peningkatan

kemampuan kelembagaan melalui berbagai bentuk kegiatan

penyadaran publik.

(3) Tercapainya koordinasi pelaksanaan program dengan baik diantara

pemangku kepentingan terkait dengan pengelolaan irigasi.

(4) Terselenggaranya berbagai fasilitasi kegiatan program penguatan


(47)

Halaman | 47

maupun kabupaten / kota sebagai input pencapaian tujuan NTB – WRMP.

(5) Tersusunnya berbagai pedoman pelaksanaan kegiatan program

penguatan & peningkatan kemampuan kelembagaan pengelola irigasi.

(6) Tersusunnya rencana program kegiatan tahunan (Annual Work Program

/ AWPR) tahun 2009.

4.3. Sasaran Program NTB

WRMP

Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan program NTB – WRMP adalah sebagai berikut:

(1) Koordinasi dan sinkronisasi diantara kelembagaan pengelola irigasi melalui pemahaman yang optimal terhadap program reformasi kebijakan pengelolaan irigasi pada tahap awal program NTB – WRMP.

(2) Pengembangan kelembagaan yang memiliki kemampuan dalam

pengelolaan sumber daya air dan irigasi yang berkelanjutan.

4.4. Pendanaan dan Realisasi Program NTB – WRMP

4.4.1. Tahun Anggaran 2009

a. Pendanaan

Berdasarkan DIPA TA 2009, total pembiayaan untuk program NTB – WRMP

komponen B Ditjen Bina Bangda dan Bappeda Provinsi dan Kabupaten adalah sebesar Rp 11.437.918.000,-

b.Realisasi Fisik dan Keuangan

Berdasarkan SPM / SP2D yang telah diterima oleh NPIU Ditjen Bina Bangda per bulan Desember 2009, maka realisasi keuangan adalah sebagai berikut:


(48)

Halaman | 48  Provinsi NTB : Rp 439.858.427,- atau 88 %

 Kabupaten Lombok Barat : Rp. 258.680.000,- atau 74 %

 Kabupaten Lombok Tengah : Rp. 286.794.000,- atau 82 %

 Kabupaten Lombok Timur : Rp. 326.430.476,- atau 93 %

 Kabupaten Sumbawa : Rp. 546.964.400,- atau 50 %

 Kabupaten Dompu : Rp. 292.517.500,- atau 98 %

 Kabupaten Bima : Rp 299.717.000,- atau 100 %

 Kabupaten Sumbawa Barat : Rp. 338.3773500,- Atau 100 %

 Sehingga secara keseluruhan penyerapan keuangan per Bulan Desember 2009

adalah Rp. 10.228.057.505,- atau 89 %

Sedang realisasi fisik adalah sebagai berikut:

 Pusat :94 %

 Provinsi NTB : 88 %

 Kabupaten Lombok Barat : 74%

 Kabupaten Lombok Tengah :82 %

 Kabupaten Lombok Timur :93 %

 Kabupaten Sumbawa :50 %

 Kabupaten Sumbawa Barat : 100 %

 Kabupaten Dompu :98 %

 Kabupaten Bima : 100 %

4.4.2. Tahun 2010

a. Pendanaan

Berdasarkan DIPA TA 2010, total pembiayaan untuk program NTB – WRMP

komponen B Ditjen Bina Bangda dan Bappeda Provinsi serta Kabupaten adalah sebesar Rp 13.848.424.000,-


(49)

Halaman | 49

Berdasarkan SPM / SP2D yang telah diterima oleh NPIU Ditjen Bina Bangda per bulan Desember 2010, maka realisasi keuangan adalah sebagai berikut :

 Pusat :Rp.1.173.139.019,- atau 11 %

 Provinsi NTB : Rp 100.000.000,- atau 20 %

 Kabupaten Lombok Barat : Rp. 34.000.000,- atau 14.53 %

 Kabupaten Lombok Tengah : Rp. 37.000.000,- atau 15.82 %

 Kabupaten Lombok Timur : Rp. 52.000.000,- atau 22.22 %

 Kabupaten Sumbawa : Rp. 25.000.000,- atau 1.77 %

 Kabupaten Dompu : Rp. 141.300.000,- atau 47.41 %

 Kabupaten Bima : Rp. 64.000.000,- atau 27.35 %

 Kabupaten Sumbawa Barat : Rp. 52.000.000,- Atau 22.22 %

 Sehingga secara keseluruhan penyerapan keuangan per Bulan Desember 2009

adalah Rp. 1.678.439.019,- atau 12.12 %

Sedang realisasi fisik adalah sebagai berikut:

 Pusat :11 %

 Provinsi NTB : 20 %

 Kabupaten Lombok Barat : 14.53%

 Kabupaten Lombok Tengah :15.82 %

 Kabupaten Lombok Timur :22.22 %

 Kabupaten Sumbawa :1.77 %

 Kabupaten Sumbawa Barat : 22.22 %

 Kabupaten Dompu :47.41 %

 Kabupaten Bima : 27.35 %

4.5.

Manfaat dan Dampak kegiatan

4.5.1

Tahun 2009


(1)

Halaman | 178 dengan usaha untuk melakukan konservasi lahan dan upaya meningkatkan pendapatan masyarakat miskin yang terlibat.

2. Status tingkat penyerapan/ pemanfaatan dana adalah sebagai berikut:

 Nilai Dana Hibah yang disepakati dalam Grant Agreement Program Konservasi Lahan dan Pengentasan Kemiskinan di Semarang Atas TF 053816-IND tanggal 22 Desember 2005 adalah sebesar USD 1.299.030.  Sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, telah terserap dana hibah

sebesar USD 1.161.893,82

 Saldo rekening khusus Program KLPKSA tgl 31 Desember 2008 adalah sebesar USD 128.591,19.

3. Potensi yang bisa dihasilkan dari program sangat besar, baik potensi konservasi lahan maupun potensi pendapatan ekonomi. Potensi konservasi tidak hanya diperhitungkan dari peningkatan tingkat penutupan lahan, melainkan juga dari meningkatnya daya ikat tanah oleh perakaran tanaman dan berkurangnya potensi air larian (run off) pada lahan yang dikelola petani konservasi. Sedangkan potensi pendapatan ekonomi akan diperoleh dari hasil tanaman pokok dan tanaman sela (semusim).

4. Ringkasan kuantitas kemajuan pelaksanaan program KLPKSA sampai dengan Desember 2008 adalah sebagai berikut : (a). Telah ditandatangani 639 dokumen perjanjian kerjasama pengelolaan lahan bengkok antara Pemerintah Kota Semarang dan Petani Konservasi dengan luas lahan oleh tiap petani sekitar 0,25 ha. (b). Telah tertanam 135,51 ha lahan bengkok dari 162 ha yang direncanakan (83,65%), (c). Tanaman pokok yang hidup dilokasi sampai dengan saat ini sejumlah 17.354 batang berbagai jenis tanaman konservasi. (d). Untuk tanaman social planting, telah disampaikan bibit kepada petani dan ditanam sejumlah 3.364 durian, 2.546 mangga, 2.272 jati, dan 630 rambutan. (e). Telah terbentuk 43 kelompok tani yang beranggotakan 639 petani yang tersebar di 5 kecamatan dan 1 (satu) lembaga Asosiasi Petani Konservasi (APVASI) di tingkat Kota Semarang. (f).


(2)

Halaman | 179 Telah berhasil digulirkan dana bergulir senilai Rp 445.139.000 kepada 38 kelompok tani konservasi. (g). Telah direalisasikan Hibah Pedesaan senilai Rp 1.686.899.000 kepada 39 kelurahan yang tersebar di dalam dan diluar wilayah progra, diwujudkan dalam bentuk chek DAM, tanggul, sumur resapan, embung, dan penghijauan lahan. (h). Berhasil dilaksanakan beberapa pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan personal instansi pemerinta, antara lain pelatihan manajemen proyek, pelatihan manajemen dan administrasi kelompok, pelatihan pemasaran, pelatihan budidaya tanaman dan lain-lain. (i). Juga telah direalisasikan fasilitas air siraman (5 sumur bor dalam, 16 sumur bor dangkal, 30 sumur gali, 8 intake, dan 1 gravitasi), yang bermanfaat untuk penyiaraman tanaman pokok dan pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat selama musim kemarau.

5. Penguatan kelembagaan kelompok tani dan APVASI penting dalam menentukan efektivitas pelaksanaan program dan pasca kegiatan program. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan fungsi kelompok tani dan APVASI sangat perlu untuk diteruskan.

6. Untuk menyiapkan kegiatan pasca proyek, pihak PMU perlu menyiapkan keberlangsungan program melalui optimalisasi dana APBD-nya.

7. Untuk mengelola dana Revolving Fund (RF) yang berkelanjutan dan akuntabel, maka perlu segera ada penetapan kelembagaan pengelola dana RF dan mekanisme pengelolaan RF, bilamana perlu dicantumkan dibuat mekanisme pemberian penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) dalam pelaksanaannya.

8. Dalam rangka menjamin keberlangsungan kegiatan paska program dan kemandirian petani, maka perlu ada kesiapan kelembagaan petani yang lebih berkembang dalam membangun dinamika organisasinya, seperti: adanya satu kelembagaan asosiasi yang mempunyai kejelasan kewenangan, adanya


(3)

Halaman | 180 kepastian mekanisme kerja antara kelompok tani dan asosiasi, dan sebagainya.

9. Untuk lebih menjamin keberlanjutan program dalam jangka panjang perlu segera disusun suatu usulan regulasi (Perda) yang mengatur tentang adanya Ruang Terbuka Hijau, adanya rencana program kegiatan pembinaan oleh Pemerintah Kota pasca program, dan adanya program kegiatan yang terpadu baik secara horisontal dan vertikal (dengan Camat-Lurah).


(4)

Halaman | 181

BAB 9

REKOMENDASI

Beberapa hal penting terkait dengan peranan dan fungsi Bantek Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA T.A 2011, tercermin dari Kerangka Acuan Kerja khususnya tentang Sasaran, Keluaran, dan Ruang Lingkup Bantek Sekretariat Pengelolaan Program PPKSDA 2011. Sesuai tujuannya dalam membantu Ditjen Bangda Kemendagri merumuskan tindak lanjut dan rekomendasi perencanaan kegiatan dan pembiayaan program pembinaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi sebagai bahan peningkatan kinerja pada tahun berikutnya, maka peranan dan fungsi Bantek Sekretariat adalah:

 Fasilitasi identifikasi, inventarisasi, dan pengelolaan kesekretaritan seluruh program kegiatan terkait dengan pelaksanaan kegiatan PPKSDA dalam mendukung inventarisasi dokumen hasil kegiatan dan pencapaian tujuan kepustakaan.

 Failitasi koordinasi dan konsolidasi perencanaan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan program PPKSDA.

 Fasilitasi evaluasi kegiatan untuk memperoleh Informasi permasalahan dan isu-isu pokok yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program PPKSDA sebagai pijakan bagi pengembangan program untuk tahun berikutnya.

Selain daripada itu, peranan dan fungsi juga tercermin dari Ruang Lingkup, yaitu:

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan PPKSDA dan subdit P2SDA;

 Mengumpulkan dan menganalisis seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan program PPKSDA baik yang diselenggarakan secara swakelola maupun kontraktual.


(5)

Halaman | 182 Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya meningkatkan kinerja Bantek dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Subdit P2SDA, khususnya terkait dengan operasional program-program PPKSDA pada masa mendatang, Tim Teknis Bantek Sekretariat PPKSDA 2011 memandang perlu untuk merekomendasikan perlunya hal-hal sebagai berikut:

1. Dukungan Fasilitas Perpustakaan Produk-produk Program PPKSDA dan Irigasi

Dalam hal ini yang dimaksud Fasilitas Perustakaan adalah suatu unit kerja yang menghimpun dan menyimpan seluruh hasil (produk) pelaksanaan kegiatan Program PPKSDA yang dikelola secara khusus dan sistematis, dan setiap saat dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

Aktifitas utama dari perpustakaan adalah menghimpun informasi dalam berbagai bentuk atau format untuk pelestarian dokumen produk-produk Program PPKSDA, dan sumber informasi serta sumber ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, maksud dari adanya fasilitas perpustakaan adalah:

 Sebagai sarana atau wahana untuk menghimpun berbagai sumber informasi terkait Program PPKSDA dan informasi lainnya yang dikoleksi secara terus menerus dan diproses sesuai dengan disiplin ilmu perpustakaan.

 Sebagai sarana atau wahana untuk melestarikan produk-produk Program PPKSDA dan sumber informasi lainnya melalui aktifitas penataan, pemeliharaan dan pengawetan koleksi.

 Sebagai pusat data dan informasi, yang akan berguna bagi perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang program pengelolaan SDA dan irigasi.


(6)

Halaman | 183 2. Dukungan Sistem Basis Data Program PPKSDA dan Irigasi.

Sebagaimana diketahui bahwa program tentang Sumber Daya Air dan Irigasi meliputi program Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP), Nusa Tenggara Barat Water Resources Management Program (NTB-WRMP), Participatory Irrigation Sector Project (PISP), Profil Sosial Ekonomi Teknis Kelembagaan (PSETK), Konservasi Sumbawa, Penanganan Lahan Kritis dan SDA Berbasis Masyarakat, dan Integrated Citarum Water Resources Management and Investment Program (ICWRMIP).

Suatu keniscayaan bahwa elemen data yang terkandung di dalam program-program tersebut perlu dikelola dengan baik melalui suatu sistem basis data yang baik dan benar, agar data dimaksud dapat meberikan manfaat layanan informasi secara cepat, tepat, dan akurat, serta terjaga dan terawat.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan Basis Data program PPKSDA dan Irigasi adalah himpunan terpadu data program PPKSDA dan Irigasi yang saling berelasi (berhubungan), disimpan dalam media penyimpanan eletronik, dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan informasi secara cepat, tepat, dan akurat. Komponen – komponen utama dari sebuah sistem basis data adalah sebagai berikut:

 Perangkat keras (hardware);

 Sistem operasi (operating system);

 Basis data (database);

 Sistem (aplikasi/perangkat lunak) pengelola basis data (DBMS);

 Aplikasi (perangkat lunak) lain.

Demikian rekomendasi, untuk kiranya menjadi bahan pertimbangan Subdit P2SDA Direktorat FPRLH Ditjen Bina Bangda dalam pengelolaan program-program PPKSDA di masa mendatang.