Halaman | 154
Dengan adanya insentif berupa akses untuk mengelola lahan, maka biaya pengembangan dapat dikurangi karena petani akan melakukan perluasan
kegiatan penanaman pada lahan yang dimilikinya kebun dan pekarangan dengan teknologi agroforestry atau kebun 3 strata. Hasil dari aktivitas
tumpangsari petani di lahan Negara menjadi sumber pendapatannya dalam rangka melakukan kegiatan pengelolaan di lahan lain. Sehingga biaya fasilitasi
dapat dikurangi menjadi sekitar 50 dari biaya input kegiatan rehabilitasi yang berlangsung selama ini. Pada jangka panjang, kumpulan petani miskin yang
menerima insentif berupa lahan dan didukung oleh kondisi sosial kelembagaan, ekonomi dan ekologi yang baik, akan melakukan kegiatan penanaman kayu dan
jenis tanaman keras untuk fungsi konservasi. Sekalipun untuk ini tidak didukung bantuan pemerintah.
Mekanisme pemberian insentif berupa akses terhadap lahan dilakukan melalui kelompok atau organisasi sejenis yang dibentuk dan dilegitimasi oleh masyarakat
petani anggotanya. Insentif telah disampaikan melalui kerjasama pengelolaan lahan antara Pemerintah Kota Semarang dengan petani selama 15
tahun. Lahan yang tersedia kemudian dialokasikan kepada setiap individu petani terpilih untuk mengelola lahan kurang lebih seluas 0,25 hektar. Meskipun
demikian, surat perjanjian ini bukan sebagai alat bukti pemilikan lahan yang tidak dapat diagunkan dan dipindah tangankan karena status pemilikan lahannya tetap
menjadi milik Pemerintah.
8.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan:
Tujuan utama dari pelaksanaan program dan kegiatan konservasi lahan dan pengentasan kemiskinan di wilayah Semarang Atas adalah:
1. Memperbaiki kondisi lingkungan Semarang Atas terutama dalam aspek konservasi lahan.
Halaman | 155
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah Semarang Atas terutama yang terlibat sebagai peserta program.
3. Mengembangkan model kerjasama antara berbagai pihak stakeholders yang terdiri pemerintah, masyarakat, LSM, dan Perguruan Tinggi dalam
menangani masalah lingkungan konservasi dan mengentaskan masyarakat miskin.
Sasaran:
Berdasarkan atas arah tujuan diatas, maka secara spesifik sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan program dan kegiatan ini meliputi;
1. Membantu masyarakat miskin di wilayah Semarang Atas dengan memanfaatkan lahan pemerintah untuk kegiatan produksi melalui pola
agro-forestry. 2. Meningkatkan pengelolaan lahan milik Pemerintah yang kurang produktif
dalam rangka penanggulangan masalah longsor, erosi, dan banjir. 3. Membantu petani miskin pemilik lahan melalui penanaman tanaman pola
agro-forestry pada lahan sendiri di wilayah Semarang Atas.
8.3. Metodologi dan Pendekatan
Kegiatan program Konservasi Lahan dan Pengentasan Kemiskinan di Kota
Semarang dilaksanakan dengan metode Partisipatif dengan memanfaatkan Fasilitator lapangan untuk memfasilitasi kegiatan pendampingan masyarakat.
Partisipasi dialog masyarakat, akan selalu dilaksanakan dalam setiap tahapan
kegiatan yang dilaksanakan di lapangan. Tahap paling awal yang akan dilaksanakan adalah need assesment untuk melihat kebutuhan masyarakat yang
berkaitan dengan konservasi, ekonomi, usaha tani, jenis-jenis tanaman yang diharapkan, teknik budidaya yang dikuasai, kemampuan organisasi, kelembagaan
yang sudah ada, keadaan kelembagaan tersebut, tokoh-tokoh masyarakat yang
Halaman | 156
ada, peran tokoh masyarakat, interaksi antar masyarakat lembaga masyarakat, serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat secara umum. Hal ini
sangat penting untuk memotret kondisi awal sebelum program dilaksanakan.
Pendekatan dengan memanfaatkan Fasilitator diperlukan untuk mempermudah
fasilitasi kegiatan teknis pendampingan lapangan. Mulai dari workshop- workshop perencanaan tingkat desa, workshop pemilihan jenis tanaman
konservasi, pendampingan teknik budidaya tanaman terpilih, teknik-teknik konservasi, prosedur pengajuan dana bergulir, pengelolaan dana bergulir, sistem
perguliran, pendampingan administrasi kelompok, dan lain-lain.
8.4. Perencanaan Kegiatan