Provinsi Banten Analisis Situasi,

Halaman | 133 3 Optimalisasi P3A secara optimal di lapangan, dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya aspek Kapasitas kelembagaan, aspek manajemen kelembagaan, aspek pendanaan, dan aspek kapasitas personil pengurus lembaga. Di luar permasalahan yang perlu diperhatikan di atas, apabila Pemerintah Pusat berkepentingan dengan pengembangan komisi irigasi, ada langkah yang didapatkan di daerah yang menghendaki keberadaan komisi irigasi ini berada dibawah satu kebijakan kementrian tertentu agar pelaksanaan tugas dan fungsi komisi irigasi ini berjalan lebih efektif.

7.2.3. Provinsi Banten

A. Analisis Kebijakan daerah 1.

Peraturan tentang irigasi Seluruh perda irigasi di Provinsi dan Kabupaten sudah ditetapkan pada tahun yang sama. Perda Irigasi di Lebak yaitu Perda No. 5 Tahun 2008 tentang Irigasi ditetapkan Tanggal 30 Mei 2008, di Pandeglang yaitu Perda No. 3 Tahun 2008 tentang Irigasi, ditetapkan Tanggal 23 Juni 2008, dan di Provinsi yaitu Perda No. 15 Tahun 2008 tentang Irigasi, ditetapkan tanggal 17 Desember 2008. Perda-perda tersebut telah mengikuti ketentuan di dalam UU No. 7 tentang Sumber Daya Air dan PP. 20 tentang Irigasi. Perda ini sebagai payung pengembangan dan pengelolaan irigasi masih perlu direvisi dengan memasukan paradigma partisipatif dan restrukturisasi peran dan fungsi di dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi sesuai dengan ketentuan di dalam UU No.7 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No.20 2006 tentang Irigasi. Perda irigasi Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel 5.13. Halaman | 134 Tabel 5.13. Perda Irigasi KabupatenProvinsi Banten No. ProvinsiKab No. Perda Penetapan 1. Provinsi Banten No. 15 Tahun 2008 17 Des 2008 2. Kab. Lebak No. 5 Tahun 2008 30 Mei 2008 3. Kab. Pandeglang No. 3 Tahun 2008 23 Juni 2008 Proses penyusunan dan penetapan perda dinilai sangat lamban terutama dalam pembahasan di dewan sehingga baru ditetapkan tahun 2008. Tahapan penyusunan Perda tentang Irigasi yang telah dilakukan di tingkat provinsi dimulai dengan penyusunan Naskah Akademik tentang Pengelolaan Irigasi yang kemudian menjadi bahan dalam penyusunan Konsep Perda tentang Irigasi. Kendala yang menyebabkan terlambat tertundanya pembentukan Perda tentang Irigasi di PPIU provinsi adalah terkait dengan keterlambatan secara umum pelaksanaan PISP. Selain itu, Provinsi ini sebelumnya belum memiliki Perda tentang Irigasi, jadi harus melalui tahapan penyusunan Naskah Akademik tentang Pengelolaan Irigasi pada Tahun 2007, sebelum dapat dihasilkan Raperda tentang Irigasi. Penyusunan dan penetapan perda irigasi di Kabupaten Lebak dari tahun 2007 sd 2008 telah dilaksanakan melalui beberapa tahapan, baik tahap penyusunan draf oleh tim perumus. Tahap berikutnya adalah konsultasi publik yang dihadiri oleh berbagai stakeholder, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Kendala tertundanya pembentukan Perda tentang Irigasi di Kabupaten Lebak, adalah karena banyaknya perda-perda lain yang masih dalam proses pembahasan di Dewan. Halaman | 135 Sama halnya yang terjadi di Pandeglang, adalah diperlukannya waktu yang cukup untuk penyusunan Konsep Perda oleh Bappeda, Dinas PU dan Pertanian dan koreksi legal text-nya oleh bagian hukum. Selain itu pembahasan di Dewan memerlukan persiapan jadual yang sesuai dengan aktifitas di Dewan.

2. Aspek legalitas komir

Secara umum profil KOMIR di daerah Banten sudah terbentuk dan memiliki aspek legalitas yang jelas melalui keputusan gubernur ataupun keputusanperaturan Bupati. Berikut disampaikan aspek legalitas dari komisi irigasi di provinsi Banten dan kabupaten pilihan Lebak dan Pandeglang. Tabel 5.14. Komisi Irigasi KabupatenProvinsi Banten No. ProvinsiKab No. SK Penetapan 1. Provinsi Banten Keputusan Gubernur 611.05Kep.485-Huk2009 8 Okt 2009 2. Kab. Lebak No. 611kep.193Bappeda2009 29 Mei 2009 3 Kab. Pandeglang Perbup No. 31 Tahun 2007 5 Des 2007

B. Identifikasi Masalah Komisi Irigasi di Daerah

Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kurang optimalnya fungsi dan tugas dari KOMIR. Dari hasil evaluasi, permasalahan terbesar KOMIR adalah kurangnya koordinasi dan rapat rutin antar anggota KOMIR. 2. Dalam pembuatan program kerja, belum ada rekomendasi program atau kegiatan yang berasal dari usulan KOMIR, baik itu di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. Halaman | 136 3. Adanya kendala pembiayaan untuk operasional kegiatan KOMIR.. 4. Kurangnya pemahaman dari pejabat KOMIR mengenai irigasi umumnya dan KOMIR khususnya.

C. Analisis Permasalahan

Analisis dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Struktur organisasi KOMIR yang sesuai dengan Permen PU, pada prakteknya menyebabkan kurang optimalnya fungsi dan tugas dari tiap unsur KOMIR tersebut, dimana diantaranya disebabkan kesibukan dan terpecahnya konsentrasi pekerjaan. Sebenarnya dalam Permen PU tersebut ada solusi lain sebagai pelaksana sekretariat, yaitu adanya Kepala Sekretariatan yang bekerja penuh waktu. Namun dalam pelaksanaannya, kepala sekretariat masih dijabat oleh pegawai atau staf pemerintah daerah bukan dari pihak swasta maupun pihak P3A. Tidak adanya kepala sekretariat yang bekerja penuh waktu berdampak pada tidak optimalnya kinerja KOMIR, padahal kesekretariatan merupakan roda yang menggerakkan organisasi. 2. Dalam kaitannya dengan Musrenbang, sampai saat ini belum ada rekomendasi program atau kegiatan yang berasal dari usulan KOMIR, baik itu di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. Hal yang menjadi pertimbangan adalah memang belum ada standing point yang jelas terhadap rekomendasi KOMIR. Artinya perlu diperjelas status rekomendasi KOMIR, apakah hanya berupa himbauan, saran atau terikat dengan kebijakan kelada daerah Gubernur maupun Bupati. 3. Dalam Permen PU pasal 39 mengenai pembiayaan KOMIR, disebutkan bahwa pembiayaan untuk operasional KOMIR dibebankan pada APBD melalui satuan kerja pada tempat dimana sekretariat KOMIR berada. Sementara itu dari hasil evaluasi terhadap KOMIR di Provinsi Banten, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang, ada pemahaman yang Halaman | 137 rancu, dimana sekretariat dipahami bertempat di kantor Sekretaris, dimana pejabat sekretaris KOMIR berasal dari instansi yang menangani irigasi atau pertanian. Hal ini pada akhirnya menyebabkan tidak adanya dukungan penganggaran untuk KOMIR. 4. Pergantian pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintah daerah menyebabkan pergantian pejabat dalam struktur organisasi KOMIR. Dampak yang timbul adalah setiap kali ada pergantian pejabat maka setiap kali juga lah pemahaman terhadap Irigasi kembali lagi ke nol. Halaman | 138

D. Rekomendasi Usulan Pemecahan Masalah

Rekomendasi usulan pemecehan masalah dari Konsultan berdasarkan identifikasi masalah di atas adalah: 1. Review Permen PU tentang Komisi Irigasi berkaitan dengan pemahaman mengenai kelembagaan Komisi irigasi, khususnya berkaitan dengan keorganisasian. kepala kesekretariatan bukan melekat pada jabatan, tetapi dari unsur Komisi Irigasi seperti P3A 2. Hasil komisi Irigasi harus memiliki standing position yang jelas, misalnya bersifat mengikat terhadap instansi dan unit kerja terkait dengan irigasi ataupun menjadi dasar atau acuan kepala daerah dalam membuat program kerja. 3. Adanya dukungan yang jelas terhadap kelembagaan komisi irigasi, yaitu:  kebijakan  anggaran  perencanaan  kapasitas 4. Adanya program pelatihan pembuatan program kerja berkaitan dengan tata cara penentuan indicator dan sasaran 5. Mekanisme yang jelas mengenai pendanaan kelembagaain irigasi

7.2.4. Provinsi Nusa Tenggara Barat