Halaman | 73
Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat
Keberlanjutan sistem pengelolaan partisipatif
Selanjutnya untuk mengidentifikasi potensi dampak kita tetap menggunakan pedoman kerja dan memanfaatkan struktur kerangka
logik logframe mata rantai keterkaitan hasil proyek.
Tabel 4.10 Skema umum dampak kegiatan rehab partisipatif Input
Output Hasil
Dampak
2
Paket
pekerjaan rehab
partisipatif sub proyek
komponen B TA 2010
Terlaksana
kegiatan rehab partisipatif TA
2010
Jaringan irigasi kembali
berfungsi
Arealluas tanam
meningkat
Intensitas tanam
meningkat
Keterampilan petani
meningkat
Petani lebih berdaya
Produksi
pertanian lahan beririgasi
meningkat
Kemandirian
petani meningkat
Dukungan terhadap
keberlanjutan sistem produksi
lahan beririgasi
c. Perkembangan Kegiatan Komir
Sebagai kosekuensi Komir sebagai salah satu unsur kelembagaan multipihak maka sudah selayaknya lembaga ini berperan aktif dan
aspiratif memberikan kontribusi berupa pemikiran, saran dan material dalam pengembangan sektor irigasi. Aktualisasi peran Komir ini
diwujudkan berupa rapat-rapat rutin maupun rapat-rapat pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pengelolaan irigasi di masing-
masing kabupaten.
Halaman | 74
Untuk dapat memberikan penilaian sosok Komir dan kinerjanya perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
koherensi dengan statut yang menjadi asas pembentukannya
statutory instrument yaitu Permen PU No. 31 tahun 2007
kesekretariatan dan fasilitasnya
keterkaitan dengan indikator kinerja NTB-WRMP
agenda dan frekuensi rapatpertemuan yang dilakukan
permasalahan apa saja yang masih dihadapi oleh Komir dalam melaksanakan perannya.
Kalau dilihat dari struktur organisasi dan bentuk kepengurusan semua kelembagaan Komir yang ada di pulau Sumbawa telah sesuai dengan
ketentuan yang diinginkan oleh Permen No. 31 tahun 2007 tentang Komir.
Namun hal penting yang hingga kini sebagian besar belum terpenuhi adalah kesekretariatan dan fasilitas pendukungnya seperti ruang
kantor, perabot, serta peralatan keperluan operasional kantor lainnya. Faktor pendanaanlah yang mungkin menjadi kendala utama belum
terpenuhinya hal ini. Kinerja Komir dapat pula dilihat dari aktivitas maupun frekuensi
lembaga tersebut melakukan pembahasan usulan Dana Pengelolaan Irigasi DPI di wilayah kerjanya. Menyangkut hal tersebut indikator
kinerja di dalam dokumen Project Management Manual PMM menyebutkan sebagai berikut :
Sekurang-kurangnya 160 GP3A dalam 7 kabupaten yang
berpartisipasi telah menyerahkan usulan DPI kepada Komisi Irigasi yang bersangkutan, disahkan oleh Dinas PUP yang
Halaman | 75
bersangkutan, berdasarkan rencana tahunan AWP dan profil pengelolaan asset.
Di 7 kabupaten yang berpartisipasi Komisi Irigasi yang
bersangkutan telah menerima, mengkaji ulang, mengevaluasi dan merekomendasi, tidak kurang dari 100 usulan GP3A tentang
pembiayaan melalui DPI yang telah disahkan oleh Dinas PUP yang bersangkutan dan mempublikasikan manfaatnya kepada
masyarakat.
Indikator tersebut dijabarkan lebih spesifik lagi menjadi target kinerja tahunan NTB-WRMP pulau Sumbawa.
Sampai sejauh ini dalam menjalankan misinya membantu pemerintah daerah merumuskan kebijakan pengelolaan irigasi, Komir masih
memiliki kelemahan-kelemahan antara lain:
Masih lemahnya pemahaman visi dan misi Komir terutama yang tertuang dalam Permen PU No. 31 tahun 2007
Kapasitas
SDM yang
melaksanakan aktivitas
Komir kesekretariatan Komir masih belum maksimal
Pendanaan masih terbatas
Kegiatan Komir belum jadi prioritas
Sejauh menyangkut aktivitas rapat-rapat rutin maupun pembahasan isu aktual, fungsi Komir sebagai media komunikasi dan koordinasi di
tingkat kabupaten sebenarnya dapat dikatakan sudah berjalan baik namun fungsi kesekretariatannya sajalah yang belum bekerja
sebagaimana mestinya. Hal ini diindikasikan dari belum tertibnya administrasi yang sebenarnya merupakan unsur utama penunjang
keberhasilan suatu organisasi. Di samping itu fasilitas pendukung
Halaman | 76
kesekretariatan baik berupa perabotan maupun alat kelengkapan kerja lainnya belum tersedia.
d. Kinerja TPMKTPM