Halaman | 123
program kerja Komisi Irigasi Tahunan dan Lima Tahunan di Daerah dikaitkan dengan program Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Daerah; 9. Menyusun dan mengkompilasi konsep petunjuk pelaksanaan teknis
mekanisme pengajuan proposal dari GP3AP3A kepada Komisi Irigasi sebagai bahan rekomendasi secara lebih tepat;
10. Menyusun dan mengkompilasi konsep petunjuk pelaksanaan teknis pelaksanaan tugas Komisi Irigasi sebagaimana yang dituangkan dalam PP
20 Tahun 2006 tentang Irigasi dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 31PRTM12007 tentang Pedoman Mengenai Komisi Irigasi;
11. Menyusun dan mengkompilasi konsep pembentukan dan pengembangan tugas pokok dan fungsi Komisi Irigasi berbasis Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah di lokasi yang berada di luar program berbantuan luar negeri WISMP, PISP, dan NTB WRMP;
12. Merumuskan dan mengkompilasi model pengembangan dan penguatan kelembagaan Komisi irigasi di daerah yang bersinergi dengan kegiatan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah; dan 13. Menyusun pelaporan kegiatan secara tepat berdasarkan kompilasi hasil
laporan Tim Daerah.
7.2. Analisis Situasi,
Kegiatan dan
Pemberdayaan Kelembagaan Irigasi
7.2.1. Provinsi Sumatera Selatan
Halaman | 124
A. Analisis Kebijakan Daerah 1.
Peraturan tentang Irigasi
Peraturan Daerah tentang Irigasi di wilayah Sumatera Selatan masih dalam proses penyusunan dan pengesahan. Rekapitulasi penyusunan dan
penetapan perda irigasi terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 5.10. Penyusunan dan penetapan PERDA Irigasi
No. ProvKabupaten
PERDA IRIGASI Draft
Konsultasi Publik
Progres Pengesahan
No. SK
1. Prov. SumSel
√ √
√ 2.
Kab. OKU Timur √
√ 3.
Kab. OKU Selatan √
√ √
No 11 tahun 2009 4.
Kab. Musi Rawas 5.
Kab. Lahat
Perda Irigasi untuk wilayah provinsi Sumatera Selatan masih dalam proses pengesahan DPRD. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Musi Rawas dan
Lahat masih dalam proses penyusunan.
2. Aspek Legalitas Komir
Komir di Sumatera Selatan terbentuk sejak tahun 2009 di lima wilayah yaitu provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten
Lahat, Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten OKU Selatan. Komir telah ditetapkan dalam SK Gubernur maupun SK Bupati.
Tabel 5.11. Legalitas Komir di Sumatera Selatan No.
Wilayah Legalitas
1. Prov. Sumatera Selatan
589KPTS BAPPEDA 2009
Halaman | 125
2. Kab. Musi Rawas
472KPTSBAPPEDA2009 3.
Kab. Lahat 85KPTSBAPPEDA2009
4. Kab. OKU Timur
289 thn 2009 5.
Kab. OKU Selatan 35KPTSBAPEDA-PM2009
B. Identifikasi masalah Komisi Irigasi Daerah
Masalah yang dapat diidentifikasi dari Komisi Irigasi di wilayah Sumatera Selatan yaitu: Komisi Irigasi telah memiliki legalitas pembentukan, namun
Komisi Irigasi di tingkat provinsi maupun Kabupaten belum dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.
C. Analisis permasalahan
a. Organisasi Komisi Irigasi di wilayah Sumatera Selatan baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten sudah memiliki legalitas berupa SK gubernur dan SK Bupati. Personel Keorganisasian KOMIR di tingkat provinsi Sumatera Selatan,
Kabupaten Lahat dan Kabupaten Musi Rawas sudah terbentuk dan sesuai dengan permen PU. Keanggotaan Komir di wakili oleh berbagai kalangan
baik itu pemerintah maupun perwakilan petani.
b. Program Kerja Komir provinsi maupun kabupaten masih belum memiliki program kerja.
Penyusunan program kerja terkendala dengan tingkat pertemuan yang minim bahkan belum pernah dilakukan dikalangan pengurus provinsi
maupun kabupaten dikarenakan koordinasi yang lemah dan mobilitas yang tinggi diantara pengurus-pengurusnya. Selain itu pengurus-pengurus
komir terkendala dengan tugas dinas dari instansi terkait. Dengan belum tersusunnya program kerja maka keberadaan Komir masih
bersifat pasif. Aktivitas Komir di Kab. Musi Rawas masih terbatas pada
Halaman | 126
pengumpulan masalah-masalah yang disampaikan oleh perwakilan petani dan lewat kotak pos. Komir belum dapat berperan secara aktif.
D. Rekomendasi usulan pemecahan masalah
Berdasarkan permasalahan yang timbul di lapangan maka usulan pemecahan masalah yang direkomendasikan yaitu:
a. Sosialisasi kelembagaan dan penyamaan persepsi terhadap kinerja komisi irigasi, permasalahan teknis.
b. Perbaikan koordinasi ditingkat pelaksana komisi irigasi. c. Pembentukan pelaksana kesekretariatan yang bukan dari instansi
daerah sehingga memudahkan dalam aktifitas dan koordinasi. d. Adanya mekanisme penganggaran komisi irigasi yang jelas.
7.2.2. Provinsi Nusa Tenggara Timur