Temuan Formalin Pada Tahu

perilaku penjualan makanan berformalin atau tidak. Tanpa adanya pengawasan oleh pemerintah dan petugas kesehatan, beberapa oknum tidak bertanggung jawab cenderung menambahkan bahan-bahan berbahaya agar kualitas makanan yang dijualnya lebih tahan lama dan mendapatkan keuntungan yang besar. Pengawasan dengan sidak ke beberapa pasar tertentu yang telah menjadi kegiatan rutin pemerintah, ternyata tidaklah cukup untuk menghentikan peredaran makanan berformalin. Perlu pengawasan dan kesadaran berbagai pihak terutama masyarakat untuk dapat membatu dalam menghentikan penjualan makanan berformalin.

6.3. Pengetahuan Penjual Tahu Mengenai Formalin

Pada variabel pengetahuan dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara dengan instrumen kuesioner. Menurut Notoatmodjo 2010 Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian responden. Wawancara juga dapat membantu dalam observasi. Tujuan dari wawancara bukan sekedar memperoleh angka lisan melainkan juga untuk memperoleh kesan langsung dari responden, menilai kebenaran responden, membaca mimik responden, menjelasakan pertanyaan jika tidak dimengerti dan memancing jawaban yang macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,7 memiliki pengetahuan tinggi dan 38,2 memiliki pengetahuan rendah terkait formalin, ciri tahu berfomalin, golongan formalin menurut PP, dan dampak penggunaan formalin bagi kesehatan. Walaupun pengetahuan sebagian responden tinggi, namun masih ditemukan sebesar 46,6 tahu mengandung formalin. Penelitian Habibah 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berbanding terbalik dengan praktik penjualan makanan berformalin. Responden dengan tingkat pengetahuan kurang justru tidak melakukan penjualan makanan berformalin. Sedangkan yang berpengetahuan baik, melakukan praktik penjualan makanan berformalin. Penelitian Yuniati, dkk 2008 juga menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 78,6 justu melakukan praktik penjualan makanan berformalin sebesar 78,6. Dengan demikian pengetahuan yang tinggi tentang makanan berformalin tidak berarti menunjukkan tidak adanya makanan berformalin yang dijual, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang selain pengetahuan. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo, 2007, pengetahuan dapat menjadi dasar bagi seseorang sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku. Sehingga pengetahuan merupakan salah satu bagian penting yang perlu diketahui dalam analisis perilaku seseorang. Selain itu, menurut Mubarak, dkk 2007, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan semakin luas pengetahuannya. Jika melihat dari distribusi pendidikannya, pendidikan sebagian besar responden dapat dikatakan tergolong sedang menuju rendah karena lebih banyak tamatan SMP dan tamatan SD diagram 5.2. Walaupun responden dalam penelitian ini tamatan SMP dan SD, namun hasil jawaban responden terhadap kuesioner menunjukkan secara keseluruhan pengetahuan responden tinggi. Tetapi jika diamati tiap item pertanyaan, masih banyak responden yang salah dalam menjawab di beberapa pertanyaan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden memang sudah cukup tinggi namun pengetahuan tersebut belum optimal. Pengetahuan yang belum optimal dapat dipengaruhi oleh domain kognitif. Terbentuknya pengetahuan oleh domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: tahu know, memahami comprehension, aplikasi application, analisis analysis, Sintesis synthesis, dan evaluasi evaluation Notoatmodjo, 2010. Responden dalam penelitian ini banyak yang salah dalam menjawab pertanyaan tertentu yang akan dijelaskan dalam sub-bab berikutnya dalam bab ini. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sebagian responden baru sampai tingkat tahu Know. Padahal tahap “Tahu know” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, karena responden hanya bisa menyebutkan, menguraikan sedikit, mendefinisikan, dan menanyakan. Responden belum sampai pada tingkat menyimpulkan dan tingkat pemecahan masalah. Sunaryo 2004 menambahkan bahwa pengetahuan juga merupakan hasil dari penginderaan manusia terhadap objek tertentu yang dipengaruhi intensitas, terutama dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi tidak mutlak dipengaruhi pendidikan formal melainkan dapat juga disebabkan oleh proses penginderaan dengan terpaparnya responden pada informasi-informasi terkait keamanan pangan khususnya makanan berformalin melalui media massa. Dari hasil wawancara dengan responden, kebanyakan responden yang berpengetahuan tinggi lebih banyak mendapatkan informasi terkait formalin dari berita-berita di televisi dan juga mendengar kabar beberapa bulan lalu pernah terjadi penggerebekan dan penyegelan salah satu pabrik makanan di daerah Semanan oleh polisi karena terbukti menggunakan formalin sebagai pengawet makanannya. Hal ini di dukung oleh penelitian Habsah 2009 yang menyatakan bahwa penjual yang berpengetahuan baik cenderung lebih sering melihat tayangan televisi seputar formalin sehingga pengetahuan yang dimilikinya mengenai formalin dapat dikatakan cukup memadai. Sedangkan responden yang berpengetahuan rendah, cenderung jarang melihat media massa terutama berita terkait formalin sehingga berdampak pada ketidaktahuannya mengenai dampak formalin bagi kesehatan. Televisi adalah media yang digunakan responden untuk menangkap informasi. Menurut Mubarak, dkk 2007, televisi merupakan media yang menyajikan pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak. Televisi tergolong ke dalam media massa. Kelebihan televisi salah satunya adalah medium yang menarik, modern, menyajikan informasi visual dan lisan secara simultan yang mudah diterima panca indera, serta sifatnya langsung dan nyata. Namun televisi memiliki kelemahan yakni sifat komunikasinya hanya satu arah, sehingga kurang efektif untuk penyuluhan yang membutuhkan pendekatan mendalam kepada responden.