Nilai Faktor Predisposisi Predisposing Factors

Selain itu, diperlukan ketersediaan SDM seperti tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan berkala terkait masalah kesehatan termasuk keamanan pangan untuk makanan berformalin yang beredar di masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut Notoatmodjo, 2010. Ketersediaan dan kecukupan sumber daya merupakan faktor penentu yang penting dalam mekanisme pengawasan dan pengendalian. Semakin kecil sumber daya maka akan semakin sulit melaksanakan kegigatan pengawasan dan pengendalian terutama terkait penyalagunaan formalin Hartati, 2007.

2.7.2. Keterampilan Petugas

Keterampilan adalah kemampuan praktis untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis dalam situasi tertentu. Proses perubahan pada keterampilan seseorang melibatkan hal-hal seperti persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respons yang tampak komplek, penyesuaian dan penciptaan. Keterampilan petugas dalam hal ini terkait dengan keterampilan mendeteksi kandungan formalin yang ada di dalam makanan seperti tahu. Keterampilan dapat terus meningkat apabila suatu kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang sebagian petugas kesehatan memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi kandungan formalin pada makanan karena mereka dituntut untuk dapat melakukan pengawasan keamanan pangan untuk masyarakat Notoatmodjo, 2010. Keterampilan petugas mendeteksi formalin telah dibuktikan dengan terdeteksinya kandungan formalin pada saat dilakukan operasi pasar. BPOM 2006 melalui operasi pasar menemukan 77,85 tahu mengandung formalin. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartati 2007, menunjukkan bahwa keterampilan untuk mendeteksi formalin pada makanan sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh pelatihan untuk keterampilan tersebut. Diketahui bahwa petugas pengawasan formalin telah mendapatkan pelatihan untuk dapat menjalankan tugas tersebut. Namun petugas dengan latar belakang pendidikan sanitasi merasa perlu pelatihan khusus untuk melakukan pengawasan dan pengendalian formalin. Hal tersebut penting karena berpengaruh terhadap kinerja petugas wasdal sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Sanitarian yang tidak pernah mengikuti pelatihan cenderung menampilkan kinerja butuk 2,1 kali lebih besar dari pada yang pernah mengikuti pelatihan Hartati, 2007.

2.7.3. Komitmen Pemerintah

Komitmen pemerintah dalam hal ini yakni dengan dukungan pemerintah dalam pembuatan kebijakan terkait penggunaan formalin. Kebijakan tersebut tertuang dalam Permenkes nomor 472MenkesPerV1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan, kemudian pada Permenkes Nomor 722MenkesPerIX1988 yakni larangan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti formalin dalam makanan BPOM, 2006. Selain itu Kepmen Perindustrian dan Perdagangan nomor 254MPPKep72000 tentang tata cara perniagaan formalin. Komitmen pemerintah juga terlihat dengan diadakannya operasi pasar melalui BPOM. Selain itu, Menteri Perdagangan Permendag No. 08M- DAGPER32006 membuat peraturan tentang distribusi dan pengawasan bahan berbahaya. Impor zat formalin hanya dapat dilakukan oleh para importir produsen yang diakui Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Menurut Menteri Perindustrian, ada empat langkah yang akan dilakukan pemerintah berhubungan dengan penyalahgunaan formalin yaitu: pertama, penyuluhan pada masyarakat, produsen khususnya UKM, dan produsen besar pemakai formalin. Kedua, pengawasan peredaran, produksi yang ditujukan kepada produsen dan importir. Ketiga, tindakan hukum terhadap para pelanggar. Keempat, melindungi industri kecil menengah dari penyalahgunaan zat berbahaya bukan hanya formalin Tjahajana, 2006.

2.8. Faktor Penguat Reinforcing Factor

2.8.1. Teman Pedagang

Teman terkadang menjadi bagian penting dari faktor-faktor yang memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu melakukan perilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Hal yang sama juga terjadi pada perilaku penjualan tahu berformalin, kadang- kadang meskipun pedagang mengetahui dan mampu melakukan perilaku menjual tahu berformalin, tetapi tidak melakukannya karena teman pedagang yang lain tidak menjual tahu berformalin Notoatmodjo, 2010.