Keterbatasan Penelitian Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penjual tahu Mengenai Tahu Berformalin di Pasar Daerah Semanan Jakarta Barat Tahun 2015
al, 2006. Selain itu, formalin juga dapat menimbulkan dampak akumulatif. Dampak akumulatif salah satunya kerusakan fungsi ginjal dapat terlihat
dalam kurun waktu 30 tahun jika mengkonsumsi tahu berformalin hal ini didasarkan dengan adanya reference dose RfD sebesar 0,2mgkghari yang
dikeluarkan oleh EPA 1991. Sedangkan dosis fatal formalin yang dapat menyebabkan kematian adalah 60-90 ml Sartono, 2001.
Larangan penggunaan formalin pada makanan juga didasarkan karena formalin menyebabkan makanan menjadi tidak baik dan dapat menimbulkan
banyak mudharat bagi kesehatan manusia. Dalam ajaran islam juga telah dijelaskan dalam Al-
Qur’an pada surat Al-Baqarah: 168 yang artinya :
“…Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan
itu adalah
musuh yang
nyata bagimu
…”Depatemen Agama RI, 2006. Tahu sebenarnya tergolong makanan yang halal karena terbuat dari
unsur kedelai dan tidak memiliki kandungan babi, darah, maupun bangkai. Tahu juga tergolong makanan yang baik karena bergizi dan sehat. Namun
jika tahu mengandung formalin maka tahu tergolong dalam makanan yang tidak baik dan berbahaya karena ada beberapa mudharat dampak
kesehatan yang dapat ditimbulkan jika mengkonsumsinya. Namun dengan masih ditemukannya tahu berformalin di dalam
penelitian ini, hal tersebut menunjukkan bahwa pengawasan keamanan pangan terkait formalin belum optimal. Menurut Hartati 2007 pengawasan
pemerintah merupakan faktor penguat yang dapat menentukan terjadinya
perilaku penjualan makanan berformalin atau tidak. Tanpa adanya pengawasan oleh pemerintah dan petugas kesehatan, beberapa oknum tidak
bertanggung jawab cenderung menambahkan bahan-bahan berbahaya agar kualitas makanan yang dijualnya lebih tahan lama dan mendapatkan
keuntungan yang besar. Pengawasan dengan sidak ke beberapa pasar tertentu yang telah menjadi kegiatan rutin pemerintah, ternyata tidaklah
cukup untuk menghentikan peredaran makanan berformalin. Perlu pengawasan dan kesadaran berbagai pihak terutama masyarakat untuk dapat
membatu dalam menghentikan penjualan makanan berformalin.