2013. Di daerah Semanan terdapat sebanyak 300 pengerajin tahu beserta tempe, 100 pengerajin tahu yang tersebar di 9 pabrik tahu di KOPTI Semanan
Jakarta Barat, dan 34 penjual tahu yang tersebar di pasar daerah Semanan. Jumlah pedagang tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar
ciputat sebesar 19 penjual tahu dan pasar anyar tangerang sebanyak 17 penjual tahu Gatra, 2013.
Dengan ditemukannya tahu berformalin tersebut, hal ini juga menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap keamanan konsumen.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI mencatat sepanjang tahun 2012 terdapat 620 kasus permasalahan konsumen. Kasus permasalahan
konsumen juga masih terjadi hingga tahun 2013 dengan ditemukannya makanan berformalin seperti tahu berformalin Purbolaksono, dkk, 2014. Hal
tersebut tidak hanya merugikan keselamatan konsumen, namun juga merugikan konsumen secara finansial. Padahal pemerintah telah mengatur
hak konsumen mendapatkan makanan yang aman serta hak dan kewajiban pelaku usaha dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Padmono, 2014. Dalam penjualan tahu berformalin terdapat faktor perilaku penjual tahu
yang dapat mempengaruhi masih adanya tahu berformalin di pasaran. Faktor perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yakni faktor predisposisi,
faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi antara
lain pengetahuan dan sikap. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan sikap merupakan komponen yang penting dalam melakukan tindakan Notoatmodjo, 2010.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habsah 2012, faktor yang terkait penjualan makanan berformalin pada makanan adalah pengetahuan
dari pedagang yang menjual makanan tersebut. Kurangnya pengetahuan terkait bahan tambahan pangan BTP akan cenderung membuat kebiasaan
menjual makanan yang mengandung BTP yang tidak baik. Faktor yang sama juga diteliti oleh Permanasari 2010, didapatkan hasil 56,67 pengetahuan
pedagang kurang, 53,33 memiliki sikap negatif, dan 50 terbukti melakukan praktik perdagangan makanan berformalin.
Kemudian pada penelitian Nugrahiningtyas 2010 di pasar tradisional dan supermarket kota Jember menunjukkan bahwa masih minimnya
pengetahuan responden terkait tahu berformalin sebesar 60,7 di pasar tradisional dan sebesar 53,6 di supermarket menyebabkan masih
ditemukannya penjualan tahu berformalin. Dengan demikian masih minimnya pengetahuan dapat menyebabkan penjualan tahu berformalin masih ada di
pasaran. Mengingat dari hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya tahu yang
berformalin, maka hal tersebut membuktikan bahwa para penjual tahu masih ada yang menjual tahu yang mengandung formalin. Padahal pemerintah telah
melarang formalin sebagai pengawet dalam SNI-01-0222-1995, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai
tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tahun 2015.
1.2. Perumusan Masalah
Formalin adalah pengawet non pangan yang biasa digunakan dalam pengawetan mayat. Pemerintah melarang penggunaan formalin sebagai
bahan pengawet pangan sejak tahun 1982 melalui SNI 01-0222-1995 lampiran II, mengingat bahaya serius yang akan dihadapi jika formalin
masuk ke dalam tubuh manusia. Resiko kesehatan seperti kerusakan ginjal dapat terjadi secara akumulatif akibat mengkonsumsi formalin sebesar 0,2
mgkgday selama 30 tahun EPA, 1991. Namun kenyataannya makanan yang mengandung formalin masih dijual oleh beberapa pedagangpenjual
yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan operasi pasar oleh BPOM yang dilakukan di Pasar yang
ada di DKI Jakarta ditemukan sebesar 77,85 tahu berformalin BPOM, 2006. Penjualan tahu berformalin juga ditemukan di pasar daerah
Semanan-Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi pendahuluan yakni dari 10 sepuluh sampel tahu 8 delapan diantaranya mengandung
formalin. Sementara itu, Daerah Semanan-Jakarta Barat merupakan daerah
penghasil tahu terbesar di DKI Jakarta Keteng, 2013. Terdapat 100 pengerajin tahu yang tersebar di 9 pabrik tahu di KOPTI Semanan Jakarta
Barat dan 34 penjual tahu yang tersebar di pasar daerah Semanan. Jumlah penjual tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar ciputat
sebesar 19 penjual tahu dan pasar anyar tangerang sebanyak 17 pedadang tahu Gatra, 2013.
Mengingat dari hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya tahu yang berformalin, maka hal tersebut membuktikan bahwa para penjual tahu
masih ada yang menjual tahu yang mengandung formalin dan hal tersebut menunjukkan telah terjadi pelanggaran terhadap keamanan konsumen.
Padahal pemerintah telah melarang formalin sebagai pengawet dalam SNI- 01-0222-1995, karena dampak negatifnya bagi kesehatan. Disertai dengan
penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa keberadaaan tahu berformalin dapat dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan dan sikap dari
pedagang. Maka perlu dilakukan penelitian terkait gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai tahu berformalin di Pasar daerah
Semanan Jakarta Barat.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1 Berapa persentase tahu yang berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta Barat?
2 Bagaimana karakteristik penjual tahu di daerah Semanan Jakarta Barat? 3 Bagaimana tingkat pengetahuan penjual tahu di pasar daerah Semanan
Jakarta Barat tentang ciri tahu berformalin, golongan formalin berdasarkan PP, dan dampak formalin yang ada di tahu bagi kesehatan?
4 Bagaimana sikap penjual tahu di pasar daerah Semanan Jakarta Barat terhadap informasi bahaya formalin?
5 Bagaimana perilaku penjual tahu mengenai tahu formalin di pasar daerah Semanan Kalideres?
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual tahu mengenai
tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tahun 2015.
1.4.2. Tujuan Khusus
1 Mengetahui persentase tahu berformalin di jual di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tahun 2015.
2 Mengetahui karakteristik penjual tahu di daerah Semanan Jakarta Barat Tahun 2015.
3 Mengetahui tingkat pengetahuan penjual tahu di pasar daerah Semanan Jakarta Barat tentang ciri tahu berformalin, golongan
formalin berdasarkan peraturan pemerintah PP, dan dampak formalin yang ada di tahu bagi kesehatan.
4 Mengetahui sikap penjual tahu terhadap informasi bahaya formalin di pasar daerah Semanan Kalideres.
5 Mengetahui perilaku penjual tahu mengenai tahu formalin di pasar daerah Semanan Kalideres.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Bagi Pemerintah
Sebagai masukan bagi BPOM, Dinkes setempat, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, agar melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap
peredaran tahu
berformalin secara
berkesinambungan .
1.5.2. Manfaat Bagi Lembaga Konsumen
Sebagai masukan dan informasi bagi YLKI demi perlindungan konsumen dari dampak negatif kesehatan akibat tahu berformalin.
1.5.3. Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih makanan olahan yang aman untuk dikonsumsi dan lebih cermat dalam memilih
tahu yang beredar di pasaran.
1.5.4. Manfaat Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu
yang telah di dapat selama pembelajaran di perkuliahan.
1.5.5. Manfaat Bagi FKIK
Sebagai masukan bagi FKIK yang dapat menjadi dasar untuk melakukan advokasi terkait dampak kesehatan bagi masyarakat jika
tahu berformalin terus beredar dipasaran.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku
penjual tahu mengenai tahu berformalin di pasar daerah Semanan Jakarta