golongan formalin berdasarkan PP, serta dampak kesehatan jika mengkonsumsi tahu berformalin. Kemudian, sikap penjual tahu
terkait informasi bahaya formalin pada tahu dan perilaku penjual tahu terkait tahu berformalin yang dibuktikan test keberadaan
kandungan formalin pada tahu dengan uji laboratorium.
4.11. Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas yang dimaksud dalam pengukuran adalah apakah pengukuran yang dilakukan benar-benar mengukur apa yang sebenarnya
ingin diukur. Dengan kata lain apakah ada kesesuaian antara metode yang digunakan dengan alat ukur yang digunakan dan objek yang diukur.
Sedangkan reliabilitas adalah konsistensi atau stabilitas atau keajegan suatu pengukuran artinya nilai yang dihasilkan dalam pengukuran suatu variabel
jika dilakukan berulang kali akan menghasilkan nilai yang sama atau serupa Hermawanto, 2010.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori validitas logik atau validity by definition dan termasuk dalam aspek
validitas internal. Validitas tersebut digunakan karena jenis instrumen dalam penelitian ini instrumen yang berbentuk test untuk mengukur pengetahuan
yang jawabannya benar dan salah. Selain itu instrument dalam bentuk non test untuk mengukur sikap dan perilaku yakni positif atau negatif, bukan
instrument ilmu alam seperti meteran dan timbangan. Validitas internal adalah bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan
instrument yang digunakan atau merupakan kesahihan inferensi induktif
sampel pada populasi sasaran, artinya jika ingin mengukur pengetahuan tentang formalin akan menghasilkan data pengetahuan tentang formalin
bukan data pengetahuan tentang bahan pewarna makanan Murti, 1997. Dalam penelitian ini validitas internal juga harus memenuhi dimensi
validitas kontruksi dan validitas muka. Validitas konstruksi adalah jika instrument itu dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang
didefinisikan teori Sugiyono, 2009. Sedangkan validitas muka yaitu kebenaran yang mempersoalkan kemampuan model pertanyaan dalam suatu
instrumen misalnya: kuesioner atau daftar pertanyaan untuk merefleksikan variabel yang hendak diukur dan untuk dapat ditafsirkan atau dimengerti
oleh responden dengan benar Murti, 1997. Validitas kontruksi dan validitas muka merupakan validitas yang harus dipenuhi dalam instrumen
test pengetahuan dan non test sikap dan perilaku dalam penelitian ini. Uji validitas dilakukan pada populasi lain yang memiliki ciri yang
sama dengan populasi yang akan diteliti. Populasi untuk validitas ini menggunakan penjual tahu di pasar Anyar Kota Tangerang. Berdasarkan
hasil uji validitas, terdapat satu pertanyaan yang tidak memenuhi validitas muka yakni pertanyaan yang kurang dimengerti untuk ditafsirkan responden
secara benar yakni B.2 tentang “apakah contoh-contoh makanan yang mengandung formalin?”. Sebagian responden yang mengetahui formalin
dilarang digunakan pada makanan menanyakan apa maksud dari pertanyaan tersebut. Sehingga pertanyaan diperbaiki sampai dimengerti oleh responden
menjadi “apakah contoh makanan yang mungkin dapat mengandung formalin?”.
Selain itu, pertanyaan D.3 tentang “Jika tahu hari ini tidak habis
dijual, apakah akan dijual lagi keesokan harinya?”. Banyak responden yang tidak mengerti dan kurang menggambarkan tentang indikasi perilaku
penjualan tahu berformalin berdasarkan definisi teori. Sehingga pertanyaan diganti dengan: “Biasanya tahu yang BapakIbu jual tahan berapa hari?”,
untuk mengetahui indikasi penjualan tahu berformalin, agar sesuai dengan validitas konstruksi atau sesuai definisi teori.
Setelah validitas tidak ada masalah hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah reabilitas. Uji reabilitas meliputi dua aspek yakni
stabilitas dan kesamaan. Stabilitas adalah konsistensi hasil satu pengukuran ke pengukuran lainnya oleh seorang pengamat, terhadap subjek penelitian
yang sama dan dengan instrumen yang sama. Sedangkan kesamaan adalah konsistensi antara hasil pengukuran seorang pengamat dan hasil pengukuran
oleh pengamat lainnya, terhadap subjek penelitian yang sama dan dengan instrumen yang sama Murti, 1997.
Keajekan antara satu pengukuran dengan pengukuran lainnya dapat diukur dengan ukuran yang disebut koefisien reabilitas. Keajekan
pengukuran dites melalui suatu uji coba dilakukan pada populasi studi sebelum penelitian yang sesungguhnya dilakukan, tetapi dapat juga
dilakukan pada sampel lainnya yang mempunyai karakteristik sama dengan populasi studi. Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara
melihat nilai r pada kolom “Cronbach’s Alpha”, jika nilai r hitung lebih
besar dari pada r tabel r hitung r tabel maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel Hastono, 2001. Uji validitas dan reabilitas dilakukan